Home About
JIKA ADA YANG DITANYAKAN ATAU DATA YANG KALIAN BUTUHKAN, SILAHKAN BERKOMENTAR PADA MATERI TERSEBUT...TERIMAKASIH

Wednesday, 9 October 2013

PENULISAN NASKAH KOMUNIKASI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
       Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media atau secara lebih praktis merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan desain pengembangan, serta evaluasi. Seperti halnya penulisan pada umumnya, penulisan untuk naskah film maupun video ini juga dimulai dengan identifikasi topik atau gagasan. Dalam pengembangan intruksional, topik maupun gagasan ini dirumuskan dalam tujuan khusus kegiatan intruksional atau pembelajaran. Konsep gagasan topik maupun tujuan yang khusus ini kemudian dikembangkan menjadi naskah dan diproduksi menjadi program film atau video.
       Dalam praktek, rangkaian kegiatan untuk mewujudkan gagasan menjadi program film atau video ini secara bertahap dilakukan melalui pembuatan sinopsis, treatment, storyboard atau perangkat gambar cerita, skrip atau naskah program dan skenario atau naskah produksi. Naskah merupakan persyaratan yang harus ada untuk suatu program yang terkontrol isi dan bentuk sajiannya (bandingkan dengan program ‘live’ yang diambil begitu saja apa adanya meskipun dapat direka rambu-rambu pengendaliannya). Dalam pembuatan film dan video pembelajaran posisi naskah sangat diperlukan seperti pentingnya perencanaan mengajar (baca : satpel) dalam kegiatan KBM. Artinya film pendidikan mengandung misi pendidikan dan pembelajaran yang harus diukur tingkat keberhasilannya, oleh sebab itu naskah mutlak diperlukan, disamping tahapan-tahapan lain dalam keseluruhan kegiatan produksi video.

1.2  Tujuan Penulisan
       Sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan menginformasikan kepada pembaca mengenai langkah-langkah pembuatan naskah film maupun video.

1.3  Manfaat Makalah
       Memahami dan mengetahui tentang langkah-langkah pembuatan naskah, khususnya naskah video dan film. Memberikan informasi kepada pembaca tentang langkah pembuatan dan produksi naskah.

BAB II
PENULISAN NASKAH
2.1  Menulis
       Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Menulis adalah salah satu bentuk berfikir, dan juga merupakan alat untuk membuat orang lain berpikir. Dengan menulis, seseorang mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah tulisan, baik dalam bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, cerpen, puisi, naskah, dan sebagainya.
   Seorang penulis tidak saja harus menguasai prinsip-prinsip menulis, berwawasan, dan berpengetahuan luas, menguasai kaidah-kaidah bahasa, terampil menyusun kalimat dalam sebuah paragraph, tetapi juga harus mengetahui prinsip-prinsip berpikir. Penulis harus memiliki informasi tentang apa yang akan ditulis. Informasi tersebut dapat diperoleh dari membaca dan mendengarkan dari berbagai sumber dan media informasi.
2.2  Fungsi Menulis
       Maksud dan tujuan penulis membuat tulisan adalah supaya pembaca memberikan respon yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya. Tujuan menulis menurut Hugoharting lewat (Tarigan 1994) di antaranya adalah sebagai berikut:
1.      Assigment purpose (tujuan penulisan)
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
2.      Altuistic purpose (tujuan altruistic)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3.      Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4.      Informational purpose (tujuan informasi)
Tulisan yang bertujuan yang memberi informasi atau karangan atau penerangan kepada pembaca.
5.      Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tujuan yang memperkenalkan atau menyatakan sang pengarang kepada pembaca.
6.      Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.
7.      Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikirannya dan gagasannya sendiri agar dapat diterima dan dimengerti oleh para pembaca.
2.3  Naskah
       Suatu naskah manuskrip (bahasa Latin: manu scriptus yang artinya ditulis tangan), secara khusus adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. Kata ‘naskah’ diambil dai bahasa Arab nuskhatum yang berarti sebuah potongan kertas.

1.      Naskah dalam sejarah
Sebelum ditemukannya percetakan, semua dokumen tertulis harus dibuat dan diperbanyak dengan ditulis tangan. Biasanya, naskah dibuat dalam bentuk gulungan atau buku, dan untaian naskah lontar / nipah, dluwang / daluang (kertas tradisional berserat kasar dari kulit pohon), dan kertas. Di Barat pada zaman klasik hingga abad-abad awal masa Kristen, naskah-naskah ditulis tanpa spasi antarkata, sehingga akan menyulitkan bagi yang tidak terlatih. Salinan aksara tersebut biasanya ditulis dalam aksara Yunani dan bahasa Latin dan berasal dari abad ke-4 hingga abad ke-8, digolongkan berdasarkan penggunaan huruf capital atau huruf kecil.
2.      Naskah masa kini
Menurut Library and Information Science, suatu naskah adalah semua barang tulisan tangan yang ada pada koleksi perpustakaan atau arsip; misalnya surat-surat atau buku harian milik seseorang yang ada pada koleksi perpustakaan. Dalam konteks lain, penggunaan istilah ‘naskah’ tidak semata untuk sesuatu yang ditulis tangan. Dalam penerbitan buku, majalah, dan music, naskah berarti salinan asli karya yang ditulis oleh seorang pengarang atau komponis. Dalam perfilman dan teater, naskah berarti teks pemain drama, yang digunakan oleh perusahaan teater atau kru film saat dibuatnya pertunjukan atau pembuatan film.
       Bentuk naskah dapat diklasifikasikan berdasarkan kelengkapan informasi yang terdapat di dalamnya, yaitu:
1.      Kerangka naskah (Rundown script)
Rundown script adalah naskah yang berisi hanya garis besar (outline) dari informasi yang akan disampaikan kepada pemirsa. Sebuah rundown script pada umumnya memerlukan improvisasi dari presenter atau ahli (axpert) yang akan muncul di dalam program.
2.      Semi naskah (Semi script)
Semi script adalah naskah yang sudah lebih rinci daripada rundown script.
3.      Naskah penuh (Full script)
Full script adalah naskah yang berisi informasi lengkap dan rinci tentang program yang akan diproduksi. Dalam sebuah full script terdapat informasi yang rinci tentang pelaku, adegan, setting dan property.
       Sebuah naskah mempunyai peran sentral dalam produksi sebuah program video dan televisi. Fungsi naskah dalam produksi program video dan televisi adalah sebagai berikut:
1.      Konsep dasar (basic concept)
2.      Arah (direction)
3.      Acuan (reference)
       Sebuah naskah adalah ide dasar yang diperlukan dalam sebuah produksi program video. Kualitas sebuah naskah sangat menentukan hasil akhir dari sebuah program. Sebuah naskah pada umumnya berisi gambaran atau deskripsi tentang pesan atau informasi yang disampaikan seperti alur cerita, karakter tokoh utama, dramatisasi, peran/figuran, setting, dan property atau segala hal yang berkaitan dengan pembuatan sebuah program video dan televisi. Sebuah naskah pada umumnya digunakan sebagai dokumen yang dapat mengarahkan sutradara dan kerabat kerja (crew) dalam bekerja menyelesaikan produksi program video. Naskah sebuah program video berisi beberapa informasi tentang adegan yang melibatkan actor, setting dan property. Sutradara dan kerabat kerja perlu mematuhi isi dan alur cerita yang terdapat dalam sebuah naskah. Sebuah naskah dapat digunakan sebagai referensi oleh sutradara dan kerabat kerja untuk mewujudkan sebuah ide atau gagasan menjadi sebuah program video yang komunikatif. Semua upaya kreatif dalam produksi dari sutradara dan kerabat kerja harus mengacu kepada sebuah naskah.

2.4  Tahap Penulisan Naskah
       Tahap penulisan sebuah naskah program video biasanya terdiri dari serangkaian kegiatan, yaitu:

1.      Merumuskan Ide
       Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) ide atau gagasan adalah rancangan yang tersusun dipikiran. Selama gagasan atau ide itu belum dituangkan menjadi suatu konsep dengan tulisan maupun gambar yang nyata, maka gagasan masih berada dalam pikiran. Gagasan menyebabkan timbulnya konsep yang merupakan dasar dari segala macam pengetahuan, baik sains maupun filsafat. Gagasan adalah suatu kekayan intelektual seperti hak cipta atau hak paten.
       Adapun dalam merumuskan ide penulisan naskah sebuah cerita yang akan dibuat menjadi program video dan televisi dapat pula diambil dari cerita yang sesungguhnya (true story) atau non fiksi dan rekaan atau fiksi. Banyak sekali sumber ide yang dapat dijadikan inspirasi untuk menulis sebuah naskah video dan televisi. Misalnya novel, cerita nyata, dan lain-lain. JFK merupakan contoh film yang digali dari peristiwa terbunuhnya salah seorang presiden termuda di Amerika Serikat. Oliver Stone, penulis sekaligus sutradara menggunakan banyak sumber informasi untuk membuat film tersebut sehingga dapat bertutur secara objektif.
2.      Melakukan Riset
       Riset sangat diperlukan setelah Anda telah menemukan sebuah ide yang akan dibuat menjadi sebuah program. Riset dalam konteks ini adalah suatu upaya mempelajari dan mengumpulkan informasi yang terkait dengan naskah yang akan  ditulis. Sumber informasi dapat berupa buku, koran atau bahan publikasi lain dan orang atau narasumber yang dapat memberi informasi yang akurat tentang isi atau substansi yang akan ditulis.
       Dari hasil riset penulis dapat mengetahui bagaimana struktur penuturan yang akan disusunnya. Penulis juga mengetahui gambaran apa yang dapat divisualisasikan, dan kemungkinan-kemungkinannya. Apabila harus menggunakan materi visual (footage), harus diteliti lebih dahulu apakah masih layak pakai atau tidak. Materi visual yang bisa didapatkan, merupakan faktor penting atau faktor kemudi bagi penulisan naskah dokumenter. Sering pula terjadi informasi yang terkumpul dari riset terlalu banyak, sehingga penulis kesulitan untuk menyeleksi informasi mana yang tepat untuk tema. Hal utama yang menjadi titik tolak seleksi informasi ialah, penulis dapat mengawalinya dengan mengamati hal utama dari peristiwa, sehingga mampu melukiskan konflik-konflik yang ingin diungkapkannya. Kemudian setelah itu penulis dapat menganalisanya lebih jauh, untuk mengkongkritkan akurasi informasi yang ada, serta yang masih dibutuhkan.
3.      Penulisan Outline
       Outline adalah kerangka, regangan, garis besar, guratan, sinopsis global, ringkasan seluruh cerita. Outline merupakan rencana penulisan dengan membuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap; rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Outline sangat penting sebagai pemandu langkah demi langkah dalam proses penulisan.
       Outline masing-masing penulis sangat tergantung dari karakter dan kepribadian penulisnya. Ada yang secara garis besar saja, yang rinci bab per bab, dan ada juga yang lebih detail sampai ke karakter dan adegan, namun pada umumnya hanya berisi garis besar informasi yang akan anda tulis menjadi sebuah script. Outline yang akan dibuat dapat membantu anda  menyusun dan menulis cerita, tanpa diketahui siapapun dan bisa menjadikannya ke dalam bentuk yang anda inginkan. Adapun jika anda membuat outline yang nantinya akan dibaca oleh orang lain, maka di sana ada format dan petunjuk khusus yang harus anda ikuti.
a.       Teknik membuat outline
       Sebelum membuat outline, ada baiknya kita menerapkan teknik “struktur tiga babak”, yakni membagi keseluruhan plot menjadi pembuka, permasalahan, dan penyelesaian (Britton, 2007; Ingermanson, 2005). Kemudian, setelah kita dapat mengidentifikasi adegan mana termasuk dalam kategori apa, maka kita dapat memilih satu dari tiga teknik pembuatan outline secara umum ini:
1)      Pemisahan bab
Pemisahan bab merupakan teknik pembuatan outline yang paling sering digunakan. Dalam teknik ini, kita membuat penjabaran singkat mengeai kejadian apa yang akan terjadi dalam sebuah bab dan karakter mana saja yang terlibat (Britton, 2007). Pemisahan bab membantu kita memastikan bahwa semua kejadian kunci atau penanda yang diperlukan sudah kita sertakan dan bahwa setiap kejadian mengarah pada ending (Britton, 2007). Selain itu, pemisahan bab juga mencegah kita terlalu dini mengakhiri sebuah bab (Masterson, 2000).
2)      Timeline
Dalam teknik timeline, kita membuat penjabaran singkat mengenai adegan dalam sebuah kronologi waktu. Teknik timeline umumnya didasarkan atas bulan, minggu, dan hari dari rentetan kejadian yang akan terjadi. Rachmadihardja (2008) berkata bahwa penggunaan timeline dapat membuat akurasi dan relevansi cerita tetap terjaga. 
3)      Karakter
Dalam teknik karakter, kita terlebih dahulu membuat penjabaran mendalam dan komprehensif mengenai karakter, dan kemudian  mengembankan cerita melalui penjabaran tersebut (Masterson, 2001). Dibandingkan dengan teknik lain, teknik ini sedikit lebih rumit, tetapi cukup bagus digunakan apabila karakter menjadi bagian terpenting cerita kita.
       Meskipun pada dasarnya teknik pembuatan outline ini cukup untuk memulai sebuah cerita, beberapa penulis merasa bahwa ada baiknya menjabarkan peristiwa dalam suatu adegan dengan lebih mendetail. Domet (2011) menyebutkan jenis outline tersebut: 
1)      Structure-plus
Teknik structure-plus merupakan pengembangan dari teknik “struktur tiga babak”, hanya saja struktur yang digunakam tidak hanya mencakup keseluruhan cerita, melainkan setiap adegan. Dalam structure plus kita menulis setting, karakter, dan tujuan dari tiap-tiap adegan, dan adegan itu lantas dibagi menjadi tiga struktur. Teknik ini merupakan struktur yang memberikan gambaran paling detail, tetapi sekali sebuah struktur dibuat, kita akan mengalami kesulitan untuk mengubahnya.
2)      Signpost
Berbeda dengan teknik sebelumnya, dalam teknik signpost kita hanya perlu menuliskan penjabaran singkat mengenai suatu adegan, dengan menyebutkan hanya setting dan karakter. Teknik ini membuat kita lebih bebas dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitas, tetapi karena kurang mendetail, kemungkinan untuk mengalami jalan buntu akan lebih besar.
4.      Penulisan Sinopsis
       Sinopsis adalah ringkasan cerita dari alur yang panjang menjadi cerita singkat namun dapat menjelaskan secara keseluruhan cerita tersebut. Sinopsis dan outline akan membantu memfokuskan perhatian Anda pada pengembangan ide yang telah Anda pilih sebelumnya. Penulisan sinopsis harus jelas sehingga dapat memberi gambaran tentang isi program video atau televisi yang akan kita buat. Dalam praktek, synopsis ini diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah mempermudah pemesan menangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai dan menentukan persetujuannya.
       Konsep sinopsis juga sering digunakan untuk kegiatan seni yang lain, misalnya dongeng, cerita bersambung, komik, pementasan teater, novel, media audio, media slide, dan sebagainya.

Contoh sinopsis 1:
“Episode menggambarkan suatu kecelakaan kapal ‘impian’. Dua orang, seorang kakek dan cucu gadisnya berhasil menyelamatkan diri ke pantai Pulau Karang.”
(Film: “Terdampar di Pulau Karang”)

Contoh sinopsis 2:
Film ini menggambarkan perjuangan seorang lelaki muda yang berusaha bertahan hidup dan berusaha keluar dari sebuah pulau terpencil akibat kecelakaan pesawat terbang, hingga akhirnya dia selamat.
(Film Layar Lebar “Case Away”).
 
5.      Penulisan Treatment
       Agak berbeda dengan sinopsis, treatment mencoba memberika uraian singkat secara deskriptif (bukan tematis) tentang bagaimana suatu episode ceritera atau rangkaian peristiwa pembelajaran (instructional event) yang nantinya akan digarap. Kalau pada sinopsis penulisannya dibuat sedemikian singkat, akan tetapi dalam treatment semua alur cerita yang akan ada dalam video tersebut diuraikan dari awal kemunculan gambar sampai program berakhir diuraikan secara deskriptif. Secara sederhana, penulisan treatment sama dengan kita menceritakan kembali pengalaman menonton film kepada orang lain, dimana kita bercerita bagaimana kronologis jalan cerita film tersebut.
       Seorang penulis harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan treatment menjadi sebuah naskah. Treatment yang ditulis dengan baik merupakan pondasi yang kokoh yang diperlukan untuk menulis sebuah naskah. Sebuah treatment harus berisi deskripsi yang jelas tentang lokasi, waktu, pemain, adegan dan properti yang akan direkam ke dalam program video. Treatment juga menggambarkan tentang sistematika atau sequence program video atau televisi yang akan diproduksi.
Contoh treatment:
“Cerita diawali dengan fajar menyingsing di ufuk timur sebuah pulau karang yang sepi dan gersang. Di kejauhan masih nampak samar-samar bangkai kapal ‘impian’ yang terdampar. Dua bosak tubuh kelihatan bergelantung pada sebilah papan yang terapung-apung tidak jauh dari tempat kejadian. Dengan susah payah mereka mulai berenang-renang menempuh gelombang dan berjalan tersuruk-suruk menuju pantai pulau karang yang gersang diiringi gemercik riak gelombang air laut yang kini telah mulai reda, dan seterusnya”.
6.      Storyboard
       Rangkaian kejadian seperti dilukiskan dalam treatment tersebut kemudian divisualisasikan dalam perangkat gambar atau sketsa sederhana pada kartu berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. Tujuan pembuatan storyboard ini antara lain adalah untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang akan divisualkan telah selesai dengan garis cerita (plot) maupun sekuens belajarnya. Di samping itu juga untuk melihat apakah kesinambungan alur ceritanya sudah lancar, storyboard juga dapat pergunakan sebagai moment-moment pengambilan (shots) menggantikan apa yang lazim disebut “shooting breakdown”. Bagi sebagian pembuat film terkadang storyboard tidak dilkaukan. Storyboard ini terlebih diperlukan dalam pembuatan media sound, slide dan pembuatan film animasi.
7.      Penulisan Naskah
       Keterangan-keterangan yang didapat dari hasil eksperimen dengan storyboard tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk naskah program menurut tata urutan yang sudah dianggap benar. Dalam pembuatan program film maupun video, script atau naskah program ini merupakan daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan prilaku belajar yang ingin dicapai. Penulisan skrip untuk program film dan program video pada umumnya sama, yaitu dalam bentuk halaman berkolom dua; sebelah kiri untuk menampilkan bentuk visualisasinya dan sebelah kanan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan suara termasuk dialog, narasi, music maupun efek suara. Tujuan utama suatu naskah program adalah sebagai peta atau pedoman bagi sutradara dalam mengendalikan penggarapan substansi materi ke dalam suatu program. Karena itu naskah yang baik akan dilengkapi dengan tujuan, sasaran, synopsis, tereatment. Yang terpenting dalam sebuah storyboard termuat unsur video dan audio, memudahkan bagi pemain, sutradara dan cameramen dalam kegiatan latihan dan persiapan shooting. Para pemain yang berperan dalam video tersebut menghapalkan naskah dan dialog berdasarkan naskah.
Contoh naskah skenario:
Judul: Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah
No.
VIDEO
AUDIO

Muncul logo pembuka, pembuat program disertasi tulisan PROYEK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN SEKOLAH disusul dengan persembahan judul MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
MUSIK JINGGEL

Animasi pembuka berisi cuplikan video siswa sedang membaca, tumpukan buku, rak-rak buku, siswa sedang membuka katalog dll disertai tulisan kerabat kerja.
MUSIK INSTRUMEN

Pemandangan suasana kota, gedung-gedung bertingkat hiruk pikuk orang lalu lalang dan beberapa fasilitas belajar seperti perpustakaan.
NARRATOR (OFF CAMP)
Kemajuan Indonesia saat ini sangat ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu cara untuk mewujudkan sumber daya yang tinggi adalah dengan menumbuhkan minat membaca sejak usia dini. Perpustakaan adalah solusi untuk menumbuhkan minat baca anak milai di tingkat sekolah dasar. Dan seterusnya….

Di sebuah ruangan kelas, seorang guru sedang mengajar dihadapan 30 orang siswa


Dari halaman sekolah, terlihat seorang guru keluar dari kelas menghampiri lonceng, sejenak melihat jam dan langsung memukul lonceng.
SUARA BEL

8.      Review Naskah
       Draf naskah yang telah selesai ditulis perlu ditelaah untuk melihat kebenaran substansinya dan juga cara penyampaian pesannya. Draf naskah harus ditelaah oleh orang yang mengerti substansi isi program (content expert) dan ahli media (media specialist).
9.      Finalisasi Naskah
       Finalisasi naskah merupakan langkah akhir sebelum naskah diserahkan kepada produser dan sutradara untuk diproduksi. Naskah final merupakan hasil revisi terhadap masukan-masukan yang diberikan oleh content expert dan ahli media.
2.5  Bentuk Program
       Bentuk program dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau isi program kepada pemirsa (audience). Bentuk program yang digunakan untuk menayangkan program video dan televisi sangat beragam yaitu:
a.       Dokumenter
       Dokumenter adalah program yang bercerita tentang suatu peristiwa yang telah berlangsung sebelumnya. Contoh film dokudrama yang kita kenal adalah Pengkhianatan G-30S PKI yang digarap oleh sutradara Arifin C. Noer, Pearl Harbour karya Jerry Bruckheimer  dan JFK yang ditulis dan disutradarai oleh Oliver Stone. Film tersebut  merupakan contoh-contoh film yang dikemas dengan menggunakan bentuk dokumenter.
b.      Talk show
       Program talk show adalah program  yang menampilkan pembicara, biasanya lebih dari satu orang, untuk membahas suatu tema atau topik tertentu. Program dengan format talk show biasanya dipandu oleh seorang moderator. Agar program talk show dapat menarik perhatian audience maka pembicara yang terlibat di dalam program harus memiliki latar belakang yang berlainan, pro dan kontra, terhadap topik yang dibahas.
c.       Demo
       Contoh program berbentuk demo adalah program masak memasak atau membuat kue dan tip otomotif. Program demo biasanya membahas resep atau cara  yang dipraktekan secara prosedural - tahap demi tahap. Melalui program berbentuk demo, pemirsa dapat mempelajari dan menerapkan suatu keterampilan (skill).
d.      Musical
       Program musikal merupakan program yang menampilkan acara musik dan tarian sebagai hiburan. Tentunya Anda sering melihat program musikal yang ditayangkan di stasiun televisi. Banyak kemasan program yang digunakan oleh produser televisi untuk menayangkan program musikal. MTV program misalnya selalu menayangkan klip-klip  video musik dari penyanyi terkenal untuk pemirsa kaum muda.
e.       Quiz
       Bentuk program lain yaitu quiz. Saat ini kita dapat melihat banyak sekali program TV yang berbentuk quiz. Program berbentuk quiz biasanya berisi tantangan yang melibatkan pesertanya atau bahkan pemirsa untuk menjawab tantangan tersebut. Peserta yang berhasil menjawab tantangan akan memperoleh reward (hadiah) sebagai imbalan. Contoh program berbentuk quiz yang sangat dikenal yaitu “Berpacu Dalam Melodi”  yang mengharuskan kontestan atau peserta menebak judul atau pencipta sebuah lagu berdasarkan penggalan nada yang dimainkan. Sekarang ini banyak quiz interaktif yang memeneri kesempatan audience terlibat langsung dengan program yang ditayangkan.
f.        Features
       Features merupakan program yang berisi segmen-segmen yang dikemas dalam bentuk penyajian yang bervariasi. Sebuah program berbentuk features biasanya membahas suatu topik yang menarik dengan menggunakan beberapa bentuk penyajian atau pendekatan program.
g.      Drama
       Inti dari sebuah program video dan televisi berbentuk drama adalah adanya konflik dari orang-orang yang terlibat (pelaku) di dalamnya. Program berbentuk drama biasanya dimulai dengan mengenalkan karakter dari orang-orang yang terlibat di dalamnya yang kemudian diikuti dengan konflik yang dibangun secara dramatik yang melibatkan para pelaku tersebut. Konflik ini biasanya diselesaikan pada akhir cerita. Penyelesaian konflik pada akhir cerita dapat berupa happy ending atau sebaliknya.
 

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
       Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media atau secara lebih praktis merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan desain pengembangan, serta evaluasi. Penulisan naskah sangat dibutuhkan ketika seseorang hendak membuat program baik video, film maupun bentuk program lainnya. Dalam penulisan naskah terdapat tahap-tahap pelaksanaannya. Yang pertama seseorang harus menuangkan idenya terlebih dahulu ke dalam bentuk tulisan, dan apa bila diperlukan riset maka penulis harus melakukan riset terlebih dahulu, misalnya seseorang yang akan membuat film dokumenter tentang G 30S PKI. Setelah itu penulis membuat sinopsis dari cerita atau film yang tertuang dalam idenya. Untuk memperjelas cerita yang akan di garap, penulis membuat treatment dan outline, lalu apabila dibutuhkan biasanya dibuat storyboard, tetapi biasanya pembuatan storyboard ini lebih digunakan pada pembuatan film animasi. Kemudian setelah itu masuklah kepada tahap penulisan skrip di mana skrip ini merupakan daftar rangkaian peristiwa akan memaparkan penuturan demi penuturan. Dan terakhir naskah yang telah selesai dibuat akan melalui proses review dan finalisasi naskah dimana naskah yang telah selesai ditulis perlu ditelaah untuk melihat kebenaran substansinya dan juga cara penyampaian pesannya.






DAFTAR PUSTAKA
Blum, R.A. (1984). Television Writing from Concept to Contract. London : Focal Press
Brady, J. (1981). The Craft of the Screenwriter. New York : Simon & Schuster.
Rachmadihardja, S.K. (2008). Langkah Mudah Jadi Penulis Kreatif  [buklet].  Tidak diterbitkan.
Rosidi, Imron. (2009). Menulis, Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius
Swain, D.V. dan Swain, J.R. (1988). Film Scriptwriting : A Practical Manual. Boston : Focal Press.
Winingsih, Rini. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Dengan Media Boneka (Stick Wayang Orang) Pada Siswa Kelas VIII B SMPN 2Sentolo. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Wolf, Jurgen, Kerry Cox. 1991. Successful Scripwriting. USA: Writer’s Digest Books
Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gagasan: Halaman ini terakhir diubah pada 03.30, 6 April 2013
Riyana, Cepi. 2009. Sinopsis, Naskah/Skript, Shooting Skript/Skenario, (online), (http://kurtek.upi.edu/media/sources/format%20naskah.pdf)
Strathy, .G.C. (2008). How to create a plot outline in 8 easy steps. How To Write A Book Now. Diakses melalui http://www.how-to-write-a-book-now.com/plot-outline.html pada 14 Mei 2011.



No comments:

Post a Comment

Silahkan baca dan share