PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan naskah secara teoritis
merupakan komponen dari pengembangan media atau secara lebih praktis merupakan
bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan
dan desain pengembangan, serta evaluasi. Seperti halnya penulisan pada umumnya,
penulisan untuk naskah film maupun video ini juga dimulai dengan identifikasi
topik atau gagasan. Dalam pengembangan intruksional, topik maupun gagasan ini
dirumuskan dalam tujuan khusus kegiatan intruksional atau pembelajaran. Konsep
gagasan topik maupun tujuan yang khusus ini kemudian dikembangkan menjadi
naskah dan diproduksi menjadi program film atau video.
Dalam praktek, rangkaian kegiatan untuk
mewujudkan gagasan menjadi program film atau video ini secara bertahap
dilakukan melalui pembuatan sinopsis, treatment,
storyboard atau perangkat gambar
cerita, skrip atau naskah program dan skenario atau naskah produksi. Naskah
merupakan persyaratan yang harus ada untuk suatu program yang terkontrol isi
dan bentuk sajiannya (bandingkan dengan program ‘live’ yang diambil begitu saja apa adanya meskipun dapat direka
rambu-rambu pengendaliannya). Dalam pembuatan film dan video pembelajaran
posisi naskah sangat diperlukan seperti pentingnya perencanaan mengajar (baca :
satpel) dalam kegiatan KBM. Artinya film pendidikan mengandung misi pendidikan
dan pembelajaran yang harus diukur tingkat keberhasilannya, oleh sebab itu
naskah mutlak diperlukan, disamping tahapan-tahapan lain dalam keseluruhan
kegiatan produksi video.
1.2 Tujuan Penulisan
Sebagai mana yang telah diuraikan
sebelumnya, berdasarkan latar belakang maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menjelaskan dan menginformasikan kepada pembaca mengenai langkah-langkah
pembuatan naskah film maupun video.
1.3 Manfaat Makalah
Memahami dan mengetahui tentang
langkah-langkah pembuatan naskah, khususnya naskah video dan film. Memberikan
informasi kepada pembaca tentang langkah pembuatan dan produksi naskah.
BAB II
PENULISAN NASKAH
2.1 Menulis
Menulis merupakan sebuah kegiatan
menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam
bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi
sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada
pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Seorang penulis
harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Menulis adalah salah
satu bentuk berfikir, dan juga merupakan alat untuk membuat orang lain
berpikir. Dengan menulis, seseorang mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau
pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah tulisan, baik dalam bentuk esai,
artikel, laporan ilmiah, cerpen, puisi, naskah, dan sebagainya.
Seorang penulis tidak saja harus
menguasai prinsip-prinsip menulis, berwawasan, dan berpengetahuan luas,
menguasai kaidah-kaidah bahasa, terampil menyusun kalimat dalam sebuah
paragraph, tetapi juga harus mengetahui prinsip-prinsip berpikir. Penulis harus
memiliki informasi tentang apa yang akan ditulis. Informasi tersebut dapat
diperoleh dari membaca dan mendengarkan dari berbagai sumber dan media
informasi.
2.2 Fungsi Menulis
Maksud dan tujuan penulis membuat
tulisan adalah supaya pembaca memberikan respon yang diinginkan oleh penulis
terhadap tulisannya. Tujuan menulis menurut Hugoharting lewat (Tarigan 1994) di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Assigment purpose
(tujuan penulisan)
Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
2. Altuistic purpose
(tujuan altruistic)
Penulis
bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para
pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan
penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyanya itu.
3. Persuasive purpose
(tujuan persuasif)
Tulisan
yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan.
4. Informational purpose
(tujuan informasi)
Tulisan
yang bertujuan yang memberi informasi atau karangan atau penerangan kepada
pembaca.
5. Self-expressive purpose
(tujuan pernyataan diri)
Tujuan
yang memperkenalkan atau menyatakan sang pengarang kepada pembaca.
6. Creative purpose
(tujuan kreatif)
Tulisan
ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri tetapi “keinginan kreatif”
di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan
mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.
7. Problem-solving purpose
(tujuan pemecahan masalah)
Dalam
tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang
penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi dan meneliti secara
cermat pikirannya dan gagasannya sendiri agar dapat diterima dan dimengerti
oleh para pembaca.
2.3 Naskah
Suatu naskah manuskrip (bahasa Latin: manu scriptus yang artinya ditulis
tangan), secara khusus adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan,
dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. Kata
‘naskah’ diambil dai bahasa Arab nuskhatum
yang berarti sebuah potongan kertas.
1. Naskah
dalam sejarah
Sebelum ditemukannya
percetakan, semua dokumen tertulis harus dibuat dan diperbanyak dengan ditulis
tangan. Biasanya, naskah dibuat dalam bentuk gulungan atau buku, dan untaian
naskah lontar / nipah, dluwang / daluang (kertas tradisional berserat kasar
dari kulit pohon), dan kertas. Di Barat pada zaman klasik hingga abad-abad awal
masa Kristen, naskah-naskah ditulis tanpa spasi antarkata, sehingga akan
menyulitkan bagi yang tidak terlatih. Salinan aksara tersebut biasanya ditulis
dalam aksara Yunani dan bahasa Latin dan berasal dari abad ke-4 hingga abad
ke-8, digolongkan berdasarkan penggunaan huruf capital atau huruf kecil.
2. Naskah
masa kini
Menurut Library and Information Science, suatu naskah adalah semua barang
tulisan tangan yang ada pada koleksi perpustakaan atau arsip; misalnya
surat-surat atau buku harian milik seseorang yang ada pada koleksi
perpustakaan. Dalam konteks lain, penggunaan istilah ‘naskah’ tidak semata
untuk sesuatu yang ditulis tangan. Dalam penerbitan buku, majalah, dan music,
naskah berarti salinan asli karya yang ditulis oleh seorang pengarang atau
komponis. Dalam perfilman dan teater, naskah berarti teks pemain drama, yang
digunakan oleh perusahaan teater atau kru film saat dibuatnya pertunjukan atau
pembuatan film.
Bentuk naskah dapat diklasifikasikan
berdasarkan kelengkapan informasi yang terdapat di dalamnya, yaitu:
1. Kerangka
naskah (Rundown script)
Rundown script
adalah naskah yang berisi hanya garis besar (outline)
dari informasi yang akan disampaikan kepada pemirsa. Sebuah rundown script pada umumnya memerlukan
improvisasi dari presenter atau ahli (axpert)
yang akan muncul di dalam program.
2. Semi
naskah (Semi script)
Semi script
adalah naskah yang sudah lebih rinci daripada rundown script.
3. Naskah
penuh (Full script)
Full script
adalah naskah yang berisi informasi lengkap dan rinci tentang program yang akan
diproduksi. Dalam sebuah full script
terdapat informasi yang rinci tentang pelaku, adegan, setting dan property.
Sebuah naskah mempunyai peran sentral
dalam produksi sebuah program video dan televisi. Fungsi naskah dalam produksi
program video dan televisi adalah sebagai berikut:
1. Konsep
dasar (basic concept)
2. Arah
(direction)
3. Acuan
(reference)
Sebuah naskah adalah ide dasar yang
diperlukan dalam sebuah produksi program video. Kualitas sebuah naskah sangat
menentukan hasil akhir dari sebuah program. Sebuah naskah pada umumnya berisi
gambaran atau deskripsi tentang pesan atau informasi yang disampaikan seperti
alur cerita, karakter tokoh utama, dramatisasi, peran/figuran, setting, dan property atau segala hal yang berkaitan dengan pembuatan sebuah
program video dan televisi. Sebuah naskah pada umumnya digunakan sebagai
dokumen yang dapat mengarahkan sutradara dan kerabat kerja (crew) dalam bekerja menyelesaikan produksi program video. Naskah
sebuah program video berisi beberapa informasi tentang adegan yang melibatkan actor, setting dan property.
Sutradara dan kerabat kerja perlu mematuhi isi dan alur cerita yang terdapat
dalam sebuah naskah. Sebuah naskah dapat digunakan sebagai referensi oleh
sutradara dan kerabat kerja untuk mewujudkan sebuah ide atau gagasan menjadi
sebuah program video yang komunikatif. Semua upaya kreatif dalam produksi dari
sutradara dan kerabat kerja harus mengacu kepada sebuah naskah.
2.4 Tahap Penulisan Naskah
Tahap
penulisan sebuah naskah program video biasanya terdiri dari serangkaian
kegiatan, yaitu:
1. Merumuskan
Ide
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) ide atau gagasan adalah rancangan yang tersusun dipikiran. Selama
gagasan atau ide itu belum dituangkan menjadi suatu konsep dengan tulisan
maupun gambar yang nyata, maka gagasan masih berada dalam pikiran. Gagasan
menyebabkan timbulnya konsep yang merupakan dasar dari segala macam
pengetahuan, baik sains maupun filsafat. Gagasan adalah suatu kekayan
intelektual seperti hak cipta atau hak paten.
Adapun dalam merumuskan ide penulisan
naskah sebuah cerita yang akan dibuat menjadi program video dan televisi dapat pula
diambil dari cerita yang sesungguhnya (true
story) atau non fiksi dan rekaan atau fiksi. Banyak sekali sumber ide yang
dapat dijadikan inspirasi untuk menulis sebuah naskah video dan televisi.
Misalnya novel, cerita nyata, dan lain-lain. JFK merupakan contoh film yang digali dari peristiwa terbunuhnya
salah seorang presiden termuda di Amerika Serikat. Oliver Stone, penulis sekaligus sutradara menggunakan banyak sumber
informasi untuk membuat film tersebut sehingga dapat bertutur secara objektif.
2. Melakukan
Riset
Riset sangat diperlukan setelah Anda
telah menemukan sebuah ide yang akan dibuat menjadi sebuah program. Riset dalam
konteks ini adalah suatu upaya mempelajari dan mengumpulkan informasi yang
terkait dengan naskah yang akan ditulis.
Sumber informasi dapat berupa buku, koran atau bahan publikasi lain dan orang
atau narasumber yang dapat memberi informasi yang akurat tentang isi atau
substansi yang akan ditulis.
Dari hasil riset penulis dapat
mengetahui bagaimana struktur penuturan yang akan disusunnya. Penulis juga
mengetahui gambaran apa yang dapat divisualisasikan, dan
kemungkinan-kemungkinannya. Apabila harus menggunakan materi visual (footage),
harus diteliti lebih dahulu apakah masih layak pakai atau tidak. Materi visual
yang bisa didapatkan, merupakan faktor penting atau faktor kemudi bagi
penulisan naskah dokumenter. Sering pula terjadi informasi yang terkumpul dari
riset terlalu banyak, sehingga penulis kesulitan untuk menyeleksi informasi
mana yang tepat untuk tema. Hal utama yang menjadi titik tolak seleksi
informasi ialah, penulis dapat mengawalinya dengan mengamati hal utama dari
peristiwa, sehingga mampu melukiskan konflik-konflik yang ingin diungkapkannya.
Kemudian setelah itu penulis dapat menganalisanya lebih jauh, untuk
mengkongkritkan akurasi informasi yang ada, serta yang masih dibutuhkan.
3. Penulisan
Outline
Outline
adalah kerangka, regangan, garis besar, guratan, sinopsis global, ringkasan
seluruh cerita. Outline merupakan
rencana penulisan dengan membuat garis-garis besar dari suatu karangan yang
akan digarap; rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas,
terstruktur, dan teratur. Outline
sangat penting sebagai pemandu langkah demi langkah dalam proses penulisan.
Outline
masing-masing penulis sangat tergantung dari karakter dan kepribadian
penulisnya. Ada yang secara garis besar saja, yang rinci bab per bab, dan ada
juga yang lebih detail sampai ke karakter dan adegan, namun pada umumnya hanya
berisi garis besar informasi yang akan anda tulis menjadi sebuah script. Outline yang akan dibuat dapat membantu anda menyusun dan menulis cerita, tanpa diketahui
siapapun dan bisa menjadikannya ke dalam bentuk yang anda inginkan. Adapun jika
anda membuat outline yang nantinya
akan dibaca oleh orang lain, maka di sana ada format dan petunjuk khusus yang
harus anda ikuti.
a. Teknik membuat outline
Sebelum membuat outline, ada
baiknya kita menerapkan teknik “struktur tiga babak”, yakni membagi keseluruhan
plot menjadi pembuka, permasalahan, dan penyelesaian (Britton, 2007;
Ingermanson, 2005). Kemudian, setelah kita dapat mengidentifikasi adegan mana
termasuk dalam kategori apa, maka kita dapat memilih satu dari tiga teknik
pembuatan outline secara umum ini:
1) Pemisahan
bab
Pemisahan bab merupakan
teknik pembuatan outline yang paling sering digunakan. Dalam teknik ini,
kita membuat penjabaran singkat mengeai kejadian apa yang akan terjadi dalam
sebuah bab dan karakter mana saja yang terlibat (Britton, 2007). Pemisahan bab
membantu kita memastikan bahwa semua kejadian kunci atau penanda yang diperlukan
sudah kita sertakan dan bahwa setiap kejadian mengarah pada ending
(Britton, 2007). Selain itu, pemisahan bab juga mencegah kita terlalu dini
mengakhiri sebuah bab (Masterson, 2000).
2) Timeline
Dalam teknik timeline,
kita membuat penjabaran singkat mengenai adegan dalam sebuah kronologi waktu.
Teknik timeline umumnya didasarkan atas bulan, minggu, dan hari
dari rentetan kejadian yang akan terjadi. Rachmadihardja (2008) berkata bahwa
penggunaan timeline dapat membuat akurasi dan relevansi cerita tetap
terjaga.
3) Karakter
Dalam teknik karakter, kita
terlebih dahulu membuat penjabaran mendalam dan komprehensif mengenai karakter,
dan kemudian mengembankan cerita melalui
penjabaran tersebut (Masterson, 2001). Dibandingkan dengan teknik lain, teknik
ini sedikit lebih rumit, tetapi cukup bagus digunakan apabila karakter menjadi
bagian terpenting cerita kita.
Meskipun pada dasarnya teknik pembuatan outline
ini cukup untuk memulai sebuah cerita, beberapa penulis merasa bahwa ada
baiknya menjabarkan peristiwa dalam suatu adegan dengan lebih mendetail. Domet
(2011) menyebutkan jenis outline tersebut:
1) Structure-plus
Teknik structure-plus
merupakan pengembangan dari teknik “struktur tiga babak”, hanya saja
struktur yang digunakam tidak hanya mencakup keseluruhan cerita, melainkan
setiap adegan. Dalam structure plus kita menulis setting, karakter, dan
tujuan dari tiap-tiap adegan, dan adegan itu lantas dibagi menjadi tiga
struktur. Teknik ini merupakan struktur yang memberikan gambaran paling detail,
tetapi sekali sebuah struktur dibuat, kita akan mengalami kesulitan untuk
mengubahnya.
2) Signpost
Berbeda dengan teknik
sebelumnya, dalam teknik signpost kita hanya perlu menuliskan penjabaran
singkat mengenai suatu adegan, dengan menyebutkan hanya setting dan karakter.
Teknik ini membuat kita lebih bebas dalam mengembangkan imajinasi dan
kreativitas, tetapi karena kurang mendetail, kemungkinan untuk mengalami jalan
buntu akan lebih besar.
4.
Penulisan
Sinopsis
Sinopsis
adalah ringkasan cerita dari alur yang panjang menjadi cerita singkat namun
dapat menjelaskan secara keseluruhan cerita tersebut. Sinopsis dan outline akan membantu memfokuskan
perhatian Anda pada pengembangan ide yang telah Anda pilih sebelumnya.
Penulisan sinopsis harus jelas sehingga dapat memberi gambaran tentang isi
program video atau televisi yang akan kita buat. Dalam praktek, synopsis ini
diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang tema atau
pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah mempermudah pemesan
menangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang
ingin dicapai dan menentukan persetujuannya.
Konsep sinopsis
juga sering digunakan untuk kegiatan seni yang lain, misalnya dongeng, cerita
bersambung, komik, pementasan teater, novel, media audio, media slide, dan
sebagainya.
Contoh sinopsis 1:
“Episode menggambarkan suatu kecelakaan kapal
‘impian’. Dua orang, seorang kakek dan cucu gadisnya berhasil menyelamatkan
diri ke pantai Pulau Karang.”
(Film: “Terdampar di Pulau Karang”)
Contoh sinopsis 2:
Film ini menggambarkan perjuangan seorang lelaki
muda yang berusaha bertahan hidup dan berusaha keluar dari sebuah pulau
terpencil akibat kecelakaan pesawat terbang, hingga akhirnya dia selamat.
(Film Layar Lebar “Case Away”).
5.
Penulisan Treatment
Agak
berbeda dengan sinopsis, treatment
mencoba memberika uraian singkat secara deskriptif (bukan tematis) tentang
bagaimana suatu episode ceritera atau rangkaian peristiwa pembelajaran (instructional event) yang nantinya akan
digarap. Kalau pada sinopsis penulisannya dibuat sedemikian singkat, akan
tetapi dalam treatment semua alur
cerita yang akan ada dalam video tersebut diuraikan dari awal kemunculan gambar
sampai program berakhir diuraikan secara deskriptif. Secara sederhana,
penulisan treatment sama dengan kita
menceritakan kembali pengalaman menonton film kepada orang lain, dimana kita
bercerita bagaimana kronologis jalan cerita film tersebut.
Seorang
penulis harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan treatment menjadi sebuah naskah. Treatment yang ditulis dengan baik merupakan pondasi yang kokoh
yang diperlukan untuk menulis sebuah naskah. Sebuah treatment harus berisi
deskripsi yang jelas tentang lokasi, waktu, pemain, adegan dan properti yang
akan direkam ke dalam program video. Treatment
juga menggambarkan tentang sistematika atau sequence
program video atau televisi yang akan diproduksi.
Contoh treatment:
“Cerita diawali dengan fajar menyingsing di ufuk
timur sebuah pulau karang yang sepi dan gersang. Di kejauhan masih nampak
samar-samar bangkai kapal ‘impian’ yang terdampar. Dua bosak tubuh kelihatan
bergelantung pada sebilah papan yang terapung-apung tidak jauh dari tempat
kejadian. Dengan susah payah mereka mulai berenang-renang menempuh gelombang
dan berjalan tersuruk-suruk menuju pantai pulau karang yang gersang diiringi
gemercik riak gelombang air laut yang kini telah mulai reda, dan seterusnya”.
6.
Storyboard
Rangkaian
kejadian seperti dilukiskan dalam treatment
tersebut kemudian divisualisasikan dalam perangkat gambar atau sketsa sederhana
pada kartu berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. Tujuan pembuatan storyboard ini antara lain adalah untuk
melihat apakah tata urutan peristiwa yang akan divisualkan telah selesai dengan
garis cerita (plot) maupun sekuens
belajarnya. Di samping itu juga untuk melihat apakah kesinambungan alur
ceritanya sudah lancar, storyboard
juga dapat pergunakan sebagai moment-moment pengambilan (shots) menggantikan apa yang lazim disebut “shooting breakdown”. Bagi sebagian pembuat film terkadang storyboard tidak dilkaukan. Storyboard ini terlebih diperlukan dalam
pembuatan media sound, slide dan
pembuatan film animasi.
7.
Penulisan
Naskah
Keterangan-keterangan
yang didapat dari hasil eksperimen dengan storyboard
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk naskah program menurut tata urutan
yang sudah dianggap benar. Dalam pembuatan program film maupun video, script atau naskah program ini merupakan
daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan
penuturan demi penuturan menuju tujuan prilaku belajar yang ingin dicapai.
Penulisan skrip untuk program film dan program video pada umumnya sama, yaitu
dalam bentuk halaman berkolom dua; sebelah kiri untuk menampilkan bentuk
visualisasinya dan sebelah kanan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan
suara termasuk dialog, narasi, music maupun efek suara. Tujuan utama suatu
naskah program adalah sebagai peta atau pedoman bagi sutradara dalam
mengendalikan penggarapan substansi materi ke dalam suatu program. Karena itu
naskah yang baik akan dilengkapi dengan tujuan, sasaran, synopsis, tereatment.
Yang terpenting dalam sebuah storyboard
termuat unsur video dan audio, memudahkan bagi pemain, sutradara dan cameramen dalam kegiatan latihan dan
persiapan shooting. Para pemain yang
berperan dalam video tersebut menghapalkan naskah dan dialog berdasarkan
naskah.
Contoh naskah skenario:
Judul: Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah
No.
|
VIDEO
|
AUDIO
|
|
Muncul logo pembuka, pembuat program disertasi
tulisan PROYEK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN SEKOLAH disusul dengan
persembahan judul MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
|
MUSIK JINGGEL
|
|
Animasi pembuka berisi cuplikan video siswa sedang
membaca, tumpukan buku, rak-rak buku, siswa sedang membuka katalog dll
disertai tulisan kerabat kerja.
|
MUSIK INSTRUMEN
|
|
Pemandangan suasana kota, gedung-gedung bertingkat
hiruk pikuk orang lalu lalang dan beberapa fasilitas belajar seperti
perpustakaan.
|
NARRATOR (OFF CAMP)
Kemajuan Indonesia saat ini sangat ditunjang oleh
kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Salah
satu cara untuk mewujudkan sumber daya yang tinggi adalah dengan menumbuhkan
minat membaca sejak usia dini. Perpustakaan adalah solusi untuk menumbuhkan
minat baca anak milai di tingkat sekolah dasar. Dan seterusnya….
|
|
Di sebuah ruangan kelas, seorang guru sedang
mengajar dihadapan 30 orang siswa
|
|
|
Dari halaman sekolah, terlihat seorang guru keluar
dari kelas menghampiri lonceng, sejenak melihat jam dan langsung memukul
lonceng.
|
SUARA BEL
|
8.
Review Naskah
Draf
naskah yang telah selesai ditulis perlu ditelaah untuk melihat kebenaran
substansinya dan juga cara penyampaian pesannya. Draf naskah harus ditelaah
oleh orang yang mengerti substansi isi program (content expert) dan ahli media (media
specialist).
9.
Finalisasi
Naskah
Finalisasi
naskah merupakan langkah akhir sebelum naskah diserahkan kepada produser dan
sutradara untuk diproduksi. Naskah final merupakan hasil revisi terhadap
masukan-masukan yang diberikan oleh content
expert dan ahli media.
2.5 Bentuk
Program
Bentuk
program dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau isi program kepada pemirsa (audience). Bentuk program yang digunakan untuk menayangkan program
video dan televisi sangat beragam yaitu:
a.
Dokumenter
Dokumenter adalah program
yang bercerita tentang suatu peristiwa yang telah berlangsung sebelumnya.
Contoh film dokudrama yang kita kenal adalah Pengkhianatan G-30S PKI yang
digarap oleh sutradara Arifin C. Noer, Pearl Harbour karya Jerry
Bruckheimer dan JFK yang ditulis dan
disutradarai oleh Oliver Stone. Film tersebut
merupakan contoh-contoh film yang dikemas dengan menggunakan bentuk
dokumenter.
b. Talk show
Program talk show adalah program
yang menampilkan pembicara, biasanya lebih dari satu orang, untuk
membahas suatu tema atau topik tertentu. Program dengan format talk show biasanya dipandu oleh seorang
moderator. Agar program talk show
dapat menarik perhatian audience maka
pembicara yang terlibat di dalam program harus memiliki latar belakang yang
berlainan, pro dan kontra, terhadap topik yang dibahas.
c.
Demo
Contoh program berbentuk
demo adalah program masak memasak atau membuat kue dan tip otomotif. Program
demo biasanya membahas resep atau cara
yang dipraktekan secara prosedural - tahap demi tahap. Melalui program berbentuk
demo, pemirsa dapat mempelajari dan menerapkan suatu keterampilan (skill).
d. Musical
Program musikal merupakan
program yang menampilkan acara musik dan tarian sebagai hiburan. Tentunya Anda
sering melihat program musikal yang ditayangkan di stasiun televisi. Banyak
kemasan program yang digunakan oleh produser televisi untuk menayangkan program
musikal. MTV program misalnya selalu menayangkan klip-klip video musik dari penyanyi terkenal untuk
pemirsa kaum muda.
e. Quiz
Bentuk program lain yaitu quiz. Saat ini kita dapat melihat banyak
sekali program TV yang berbentuk quiz.
Program berbentuk quiz biasanya
berisi tantangan yang melibatkan pesertanya atau bahkan pemirsa untuk menjawab
tantangan tersebut. Peserta yang berhasil menjawab tantangan akan memperoleh reward (hadiah) sebagai imbalan. Contoh
program berbentuk quiz yang sangat
dikenal yaitu “Berpacu Dalam Melodi” yang mengharuskan kontestan atau peserta
menebak judul atau pencipta sebuah lagu berdasarkan penggalan nada yang
dimainkan. Sekarang ini banyak quiz
interaktif yang memeneri kesempatan audience terlibat langsung dengan program
yang ditayangkan.
f.
Features
Features merupakan program yang berisi segmen-segmen yang
dikemas dalam bentuk penyajian yang bervariasi. Sebuah program berbentuk features biasanya membahas suatu topik
yang menarik dengan menggunakan beberapa bentuk penyajian atau pendekatan
program.
g.
Drama
Inti dari sebuah program video dan
televisi berbentuk drama adalah adanya konflik dari orang-orang yang terlibat
(pelaku) di dalamnya. Program berbentuk drama biasanya dimulai dengan mengenalkan
karakter dari orang-orang yang terlibat di dalamnya yang kemudian diikuti
dengan konflik yang dibangun secara dramatik yang melibatkan para pelaku
tersebut. Konflik ini biasanya diselesaikan pada akhir cerita. Penyelesaian
konflik pada akhir cerita dapat berupa happy
ending atau sebaliknya.
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulisan naskah secara teoritis
merupakan komponen dari pengembangan media atau secara lebih praktis merupakan
bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan
dan desain pengembangan, serta evaluasi. Penulisan naskah sangat dibutuhkan
ketika seseorang hendak membuat program baik video, film maupun bentuk program
lainnya. Dalam penulisan naskah terdapat tahap-tahap pelaksanaannya. Yang
pertama seseorang harus menuangkan idenya terlebih dahulu ke dalam bentuk
tulisan, dan apa bila diperlukan riset maka penulis harus melakukan riset
terlebih dahulu, misalnya seseorang yang akan membuat film dokumenter tentang G
30S PKI. Setelah itu penulis membuat sinopsis dari cerita atau film yang
tertuang dalam idenya. Untuk memperjelas cerita yang akan di garap, penulis
membuat treatment dan outline, lalu apabila dibutuhkan biasanya dibuat
storyboard, tetapi biasanya pembuatan storyboard ini lebih digunakan pada
pembuatan film animasi. Kemudian setelah itu masuklah kepada tahap penulisan
skrip di mana skrip ini merupakan daftar rangkaian peristiwa akan memaparkan
penuturan demi penuturan. Dan terakhir naskah yang telah selesai dibuat akan
melalui proses review dan finalisasi naskah dimana naskah yang telah selesai ditulis perlu ditelaah untuk melihat kebenaran
substansinya dan juga cara penyampaian pesannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Blum, R.A. (1984). Television
Writing from Concept to Contract. London : Focal Press
Brady, J. (1981). The Craft of the
Screenwriter. New York : Simon & Schuster.
Rachmadihardja, S.K.
(2008). Langkah Mudah Jadi Penulis Kreatif [buklet]. Tidak
diterbitkan.
Rosidi,
Imron. (2009). Menulis, Siapa Takut?.
Yogyakarta: Kanisius
Swain,
D.V. dan Swain, J.R. (1988). Film Scriptwriting : A Practical Manual.
Boston : Focal Press.
Winingsih,
Rini. 2011. Peningkatan Keterampilan
Menulis Naskah Drama Dengan Media Boneka (Stick Wayang Orang) Pada Siswa Kelas
VIII B SMPN 2Sentolo. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta
Wolf,
Jurgen, Kerry Cox. 1991. Successful
Scripwriting. USA: Writer’s Digest Books
Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gagasan:
Halaman ini terakhir diubah pada 03.30, 6 April 2013
Riyana,
Cepi. 2009. Sinopsis, Naskah/Skript,
Shooting Skript/Skenario, (online), (http://kurtek.upi.edu/media/sources/format%20naskah.pdf)
Strathy,
.G.C. (2008). How to create a plot outline in 8 easy steps. How To Write A
Book Now. Diakses melalui http://www.how-to-write-a-book-now.com/plot-outline.html pada
14 Mei 2011.
No comments:
Post a Comment
Silahkan baca dan share