Mendefinisikan antropologi juga merupakan petualangan tersendiri. antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu. Secara garis besar, antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Ini sama saja dengan ilmu-ilmu lainnya yang juga mempelajari manusia, seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, dan sebagainya. Dampaknya adalah antropologi pada akhirnya menyentuh semua bidang dan kajian pada manusia. Seperti yang dikatakan oleh Kottak (2004, 2006) bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan tingkah lakunya dan untuk memperoleh pengetahuan lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Kita diajak untuk memahami manusia dalam konteksnya, khususnya pada ruang dan waktunya. Tidaklah dibandingkan dengan manusia pada satu waktu (era) dengan manusia di waktu yang berbeda, atau tidaklah dapat dengan mudah membandingkan manusia di ruang (lingkungan) yang juga berbeda. Dengan cara ini, akan tercapai pengertian dan pemahaman manusia seutuhnya.
Upaya di atas memberikan pemahaman bahwa antropologi mempelajari manusia tidak terbatas yang sudah lalu (misalnya, mempelajari fosil). Ia juga mempelajari manusia saat ini lengkap dengan ruang dan konteksnya dan juga membicarakan masa depan manusia.
Secara umum, area kajian antropologi terbagi menjadi empat area (Kottak, 2004, 2006_, yakni sosiokultural, arkeologi, biologi (terkait dengan perbedaan biologis dan fisik dalam ruang dan waktu), dan antropologi linguistik.
Pada era sosiokultural, antropologi membawa kita untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan yang memberikan gambaran, anallisis, interpretasi, dan menjelaskan persamaan, serta perbedaan sosial dan budaya. Cara yang umum dilakukan untuk pembuatan gambaran tadi adalah dengan etnografi. Kita diajak untuk dapat menggambarkan dan kemudian menjelaskan apa yang tengah terjadi pada masyarakat yang hendak kita perhatikan.
Misalnya, pada penelitian Clifford Geertz (1981) tentang kehidupan masyarakat Mojokerto (Pare). Ia hidup di sana sebagai upayanya untuk memahami masyarakat Mojokuto. Dalam laporannya, ia tidak sekedar memberikan gambarannya tentang masyarakat di Mojokuto tetapi ia juga menganalisis hubungan dan interaksi antarwarga, perbedaan-perbedaan yang terjadi pada kelompok-kelompok, dan tidak ketinggalan situasi politik nasional Indonesia. Pada akhirnya, penelitian menghasilkan beberapa simpulan di antaranya yang terkenal adalah pembagian masyarakat Jawa, yakni abangan santri, dan priyayi.
Setelah itu, dimungkinkan untuk melakukan upaya perbandingan melalui pemeriksaan, menginterpretasi, analisis dari beberapa etnografi yang didapat (seperti dijelaskan bahwa etnografi dilakukan terhadap kelompok yang khusus), usaha ini selanjutnya disebut sebagai etnologi. Etnologi berusaha melakukan upaya generalisasi yang berangkat dari hal-hal yang partikular.
Arkeologi juga merupakan area dalam antropologi. Pada area ini tugas antropologi adalah mengontruksi ulang, menggambarkan, dan interpretasi tingkah laku manusia dan pola kebudayaan di masa lampau melalui benda-benda yang masih ada.
Dengan temuan berupa artefak tersebut, arkeologi mengetahui bagaimana manusia di masa lalu.. Hal ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana manusia pada zaman dahulu dapat bertahan hidup di tengah kondisi tertentu yang mungkin saat ini tidak terjadi lagi. Bahkan, penelitian antropologi memungkinkan untuk mengetahui kegiatan ekonomi masa lalu, apa saja yang digunakan atau bahkan tingkah-tingkah laku apa yang berlaku di masyarakat manusia di masa lalu.
Area lainnya adalah biologi. Seperti yang kita ketahui bersama, antropologi berhubungan amat erat dengan biologi. Ada lima hal yang terkait dengan biologi, yaitu evolusi manusia yang diketahui melalui fosil, genetika manusi, perkembangan dan pertumbuhan manusia, plastisitas biologis manusia dan biologi, yaitu evolusi, tingkah laku, dan kehidupan sosial makhluk primata non-manusia.
Keterkaitan lima isu ini menandakan bahwa manusia tidak terlepas dari masalah fisik yang memang secara evolusi sudah dibuktikan. Pengetahuan tentang evolusi pada manusia memungkinkan untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan masa lalu dan bagaimana upaya adaptasi manusia. Misalnya, agar seseorang lolos seleksi alam, tentunya ia harus mendapat makanan yang cukup dan tepat, sehingga dirinya selamat dan dapat meneruskan keturunan yang lebih baik darinya. Tidak hanya itu, organ-organ tubuh apa yang berkembang lebih ketimbang orang lain, tetapi dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
Pada bidang linguistik, antropologi (antropologi linguistik) berupaya mempelajari bahasa dalam konteks sosial budaya yang melintasi ruang dan waktu. Bagaimana makhluk-makhluk primata non-manusia berkomunikasi di masa lalu. Antropologi linguistik melalui bahasa mempelajari otak manusia. Hal lainnya yang dipelajari adalah mempelajari variasi pola pikir dari kebudayaan yang berbeda-beda.
Daftar Pustaka:
Meinarno A. Eko, Bambang Widianto, Rizka Halida. 2011. Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humanika
Ikuti @hanifa_rica
No comments:
Post a Comment
Silahkan baca dan share