Home About
JIKA ADA YANG DITANYAKAN ATAU DATA YANG KALIAN BUTUHKAN, SILAHKAN BERKOMENTAR PADA MATERI TERSEBUT...TERIMAKASIH

Monday, 16 December 2019

Teknik Loby dan Negosiasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia diciptakan dengan berbagai bangsa, adat, dan jenis serta berbagai macam karakter dengan kecerdasan dan ketajaman pikiran yang berbeda. Sebagian manusia sangat cerdas, berdisiplin, jujur, sabar, dan bertanggung jawab, namun sebagian lagi ada yang kurang cerdas, emosional atau cepat marah, suka berbohong, dan tidak bertanggung jawab. Kondisi kodrat yang seperti itu merupakan salah satu sumber penyebab mengapa tidak semua persoalan mendapat tanggapan yang sama dan penyelesaiannya pun juga berbeda. Dalam lingkungan kehidupan organisasi kemasyarakatan, baik sosial, ekonomi maupun politik, upaya untuk mencapai sasaran dengan menggunakan kekerasan atau berdasarkan kekuatan otot belaka sudah bukan zamannya lagi.
Manusia sebagai makhluk sosial akrab dengan kepentingan, karena itu dalam setiap interaksi sosial, manusia selalu dihadapkan pada keharusan melakukan kerjasama, adanya persaingan dan pertentangan kepentingan. Karena itu pula, manusia mutlak membutuhkan hubungan antar sesama manusia. Kepentingan itu bersentuhan dengan individu dan kelompok. Lalu ketika individu atau kelompok berbenturan kepentingan, maka dibutuhkan lobi dan negosiasi.
Bahkan dalam menyelesaikan suatu perbedaan atau pertentangan maupun perbedaan kepentingan diperlukan dialog dan musyawarah melalui lobi dan negosiasi, meskipun adakalanya berlangsung alot dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Dewasa ini upaya melobi bukan lagi monopoli dunia politik dan diplomasi, tetapi juga banyak dilakukan para pelaku bisnis, selebritis dan pihak-pihak lainnya. Biasanya lobi-lobi dilakukan sebagai pendekatan dalam rangka merancang sesuatu perundingan. Apabila lobi berjalan mulus diyakini akan menghasilkan perundingan yang sukses.
1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1       Mengetahui penyebab konflik yang terjadi dalam lobi
1.2.2       Mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam lobi, negosiasi dan diplomasi
1.2.3       Mengetahui cara penyelesaian dan mengatasi konflik dan hambatan dalam lobi, negosiasi, dan diplomasi.
1.3  Manfaat Penulisan
Memberikan informasi kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi mengenai konflik dan hambatan yang terjadi dalam melobi, negosiasi dan diplomasi serta memberikan tips dan trik bagaimana cara menyelesaikan konflik dan hambatan dalam lobi, negosiasi dan diplomasi.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konflik dalam Lobi
Sangat mustahil jika di antara kita tidak pernah menghadapi situasi konflik sama sekali selama hidup yang telah kita jalani. Seorang anak kecil berusia 5 tahun pun kerap menghadapi situasi konflik dengan adik atau kakaknya. Konflik yang terjadi misalnya, manakala satu sama lain saling berebut dan ingin menguasai mainan yang dibelikan orang tuanya. Meski masing-masing telah dibelikan mainan yang sama, masing-masing mendapatkan satu buah mainan, toh bila keduanya disatukan, kerap muncul naluri untuk menjadi “serakah” ingin menguasai seluruhnya. Jika demikian, sudah dapat dipastikan yang lain akan kalah, dan timbullah tangisnya. Baru berhenti ketika sang ibu dan ayah memisahkan serta mengembalikan mainan tersebut kepada yang berhak. Itupun belum berhenti sampai disitu. Karena yang tadinya dominan yang berhasil menguasai seluruh mainan, menangis karena dia merasa orang tuanya telah melakukan intervensi, melakukan pemaksaan terhadap dirinya.
Dengan sedikit ilustrasi diatas, pertanyaannya adalah apa saja situasi konflik yang bisa muncul sewaktu-waktu dapat terjadi? Mengapa terjadi konflik?
Konflik terjadi karena adanya kesenjangan antara das sein dan das solen. Adanya ketidaksesuaian antara yang Anda harapkan dengan yang Anda terima. Konflik terjadi manakala seseorang merasa terhalang atau merasa dihalang-halangi pihak lain ketika akan mewujudkan rencananya atau tujuannya. Itulah situasi konflik.
Para pakar komunikasi berpendapat, konflik bisa muncul karena:
1.     Adanya perbedaan persepsi antara satu pihak dengan pihak lain yang saling berkomunikasi
2.     Bisa juga karena komunikasi yang buruk, antara satu dengan yang lainnya karena komunikator yang gagal memformulasikan pesannya, bisa juga karena pesannya telah terdistorsi, atau karena salurannya yang buruk, atau karena komunikasinya gagal menangkap pesan sebagaimana yang dimaksud komunikator.
3.     Harapan para pihak (komunikator dan komunikan) bertentangan satu sama lain.
4.     Adanya campur tangan dari pihak ketiga
5.     Perbedaan kepentingan dari para peserta komunikasi
Apakah konflik perlu dihinadri?
Dalam batas-batas tertentu konflik dapat berdampak sangat baik. Konflik yang terkendali menghasilkan sebuah dinamika. Dalam kamus disebutkan, dinamika adalah sebuah istilah yang berhubungan dengan bidang fisika, yaitu sebuah gerak. Berhubungan dengan bidang fisika, yaitu sebuah gerak. Berhubungan dengan benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakan, bisa juga diartikan sebagai semangat. Sesuai dalam prinsip gerak dalam fisika, dengan demikian konflik menyebabkan sebuah organisasi bisa berjalan dengan dinamis dan bila dikendalikan dengan baik, akan manghasilkan sebuah sinergi yang sangat positif bagi organisasi dan perusahaan.
Metode berpikir brainstorming untuk memecahkan masalah adalah salah satu contoh yang baik tentang manajemen konflik yang positif. Meminjam istilah medis, konflik dosis yang sangat rendah, mampu menghasilkan daya tahan tubuh yang lebih baik bagi orang, bagi organisasi, atau perusahaan yang memberlakukannya. Pada metode tersebut, anggota kelompok atau organisasi diminta mengajukan pendapat tentang bagaimana memecahkan satu masalah. Jika ada 10 orang anggota kelompoknya, maka akan ada 10 pendapat atau lebih yang masuk dengan argument masing-masing. Konflik dengan dosis rendah yang sengaja diciptakan untuk mencari sinergi, yaitu beruapa kesepakan, karena biasanya satu keputusan yang dihasilkan lewat kesepakatan akan memeroleh legitimasi yang kuat dari anggtonya. Dengan sendirinya pelaksanaan tugas atau pekerjaan menjadi mudah. Beda halnya jika keputusan yang dilaksanakan dinilai sebagai keputusan sepihak sehingga pihak lain merasa bahwa keputusan ini bukan dari kehendaknya. Mereka melaksanakannya hanya karena terpaksa atau melepaskan tanggung jawab. Tugas cepat selesai, dia cepat terbebas dari tanggung jawab. Dampak negatinya adalah manakala ada implikasi hukum yang muncul kemudian, dengan mudah ia bisa mencuci tangan, “Oh, itu bukan tanggung jawab saya. Saya hanya sekedar melaksanakan perintah.”
2.2  Definisi Konflik
Daniel Webster (dalam Pickering, 2001:1) mendefinisikan konflik sebagai:
1.     Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2.     Keadaan atau perilaku yang bertentangan (misalnya: pertentangan pendapat, kepentingan, atau pertentangan antarindividu)
3.     Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan
4.     Perseteruan
Karena konflik perseteruan atau perselisihan tentunya memiliki dampak negative. Peg Pickering dalam bukunya How to Manage Conflik (2001:3-4), menyebutkan dampak buruk konflik, yaitu:
1.     Produktivitas menurun
2.     Kepercayaan merosot
3.     Pembentukan kubu-kubu
4.     Informasi dirahasiakan dan arus komunikasi kurang
5.     Timbul masalah moral
6.     Waktu terbuang sia-sia
7.     Proses pengambilan keputusan tertunda


Namun, dia juga mengemukakan dampak positif dan konflik sebagai berikut;
1.     Motivasi meningkat
2.     Identifikasi masalah/pemecahan meningkat
3.     Ikatan kelompok lebih erat
4.     Penyesuasaian diri pada kenyataan
5.     Pengetahuan/keterampilan meingkat
6.     Kreativitas meningkat
7.     Membantu upaya mencapai tujuan
8.     Mendorong pertumbuhan
2.3  Konflik yang harus diselesaikan
Untuk menyelesaikannya menurut Pickering, beberapa anggapan salah tentang konflik ini harus diselesaikan dulu.
Anggapan salah tentang konflik ini bisa dilihat dalam bukunya, yaitu:
1.     Konflik bila dibiarkan akan teratasi dengan sendirinya
2.     Konfrontasi dengan sebuah persoalan atau dengan seseorang adalah hal yang tidak menyenangkan
3.     Konflik dalam perusahaan menandakan pemimpinnya tidak bisa memimpin
4.     Amarah selalu bersifat negative dan merusak
2.4  Anggapan Salah bahwa Konflik Harus Dihilangkan
Menurut Pickering:
1.     Alangkah mudahnya jika konflik bisa selesai dengan sendirinya. Konflik harus segera diselesaikan, jika tidak akan semakin sulit dikendalikan
2.     Dalam penyelesaian konflik terkadang memang harus dengan konfrontasi. Konfrontasai bukanlah perang melainkan duduk dimeja perundingan untuk menyelesaikan masalah.
3.     Salah jika beranggapan bahwa konflik dalam perusahaan menandakan pemimpinnya tidak bisa memimpin. Dengan kemampuan menyelesaikan konflik yang ada dalam timnya. Kempemimpinannya semakin teruji. Sebagai contoh, seorang joki yang hebat ditandai dengan kemampuannya menaklukkan kuda liar dan membawanya memenangkan pacuan kuda.
4.     Konflik bisa menunjukan adanya kepedulian yang besar dalam diri orang itu pada kondisi perusahaan
5.     Amarah tidak bisa disebut negative atau positif. Amarah yang terkendali menunjukan adanya emosi di situ. Bila dikendalikan dengan baik akan mampu menghasilkan situasi yang kondusif bagi perusahaan
Mungkinkah dalam melobi timbul konflik? Sangat mungkin sekali. Konflik mungkin saja muncul dalam buku tim pelobi antara lain:
1.     Ada perbedaan pendapat di dalam buku tim. Contohnya dalam menetapkan:
a.      Butir-butir persetujuan yang akan dibawa ke lobi. Misalnya, dalam dunia bisnis penerbangan. Konflik bisa muncul saaat akan membahas ketentuan tariff atas, batas bawah, isu monopoli, isu damping, dan sebagainya.
b.     Batas kesepakan. Misalnya, batas atas terif yang perlu diusulkan kepemerintahan menurut anggota tim bernama A adalah Rp x, sementara batas atas menurut anggota tim bernama B adalah Rp y. Ada perbedaan pendapat yang berpotensi menimbulkan konflik.
2.     Konflik kepentingan. Tiap individu peserta lobi atau yang mengikuti proses lobi berkemungkinan memiliki agenda sendiri. Mejadi masalah jika ada hidden agenda yang kontra dengan agenda lobi, yang tidak diungkap kepermukaan.
3.     Berebut pengaruh. Untuk menjadi ketua tim, misalnya, sering diantara anggota tim lobi terjadi saling sikut. Masing-masing berusaha agar pihaknya yang ditunjuk untuk menjadi ketua tim, pihak lain sebaliknya hanya menjadi anggota saja.
4.     Double agen. Ada kecurigaan, dalam tim lobi ada agen ganda tidak hanya mewakili kepentingan tim dan organisasi, tetapi dia juga mewakili kepentingan pemerintah atau pihak lain karena ia adalah agen pemerintah ataupun agen pihak seteru.
5.     Konflik antara tim dengan pemerintah atau dengan salah satu pemimpin organisasi/perusahaan tempatnya bekerja. Ada tim yang diberangkatkan dengan kebebasan penuhh untuk memutuskan, sedangkan ada yang diberangkatkan dengan seperangkat rambu persyaratan atau pembatasan yang bertujuan untuk membatasi kewenangan tim dalam menyetujui keputusan hasil lobi.
Lobi bertujuan memengaruhi keputusan sasaran lobi. Karena sasaran lobi (pemerintah atau organisasi lainnya) berkemungkinan untuk:
1.     Menolak,
2.     Mendukung,
3.     Menyetujui dengan syarat, dan
4.     Menyetujui penuh
Usulan lobi kita. Sementara kita tetap bertujuan tunggal, yaitu pemerintah atau siapa pun yang kita lobi menyetujui penuh usulan kita. Lobi = diplomasi = negoisasi, bertujuan untuk menggolkan keinginan pelobi, yaitu sasaran lobi mengabulkan dan mendukung permintaan pelobi. Menurut kasali, setiap individu memiliki interest atau kepentingan yang beda satu sama lainnya. Termasuk yang beda adalah masing-masing kriteria kepuasannya. Berikut ini interest atau kepentingannya termasuk kriteria kepuasanya masing-masing stakeholder prusahaan yang kita adopsi.

STAKEHOLDERS
KRITERIA KEPUASAN
Stakeholders Internal
1.     Pemegang Saham
2.     Manajemen dan Top Eksekutif

3.     Karyawan

4.     Keluarga Karyawan

Stakeholders Eksternal
1.     Konsumen
2.     Penyalur

3.     Pemasok
4.     Bank/Kreditor

5.     Pemerintah
6.     Pesaing

7.     Komunitas
8.     Pers

Prestasi keuangan
Kepuasan kerja, gaji, tantangan dan karier.
Kepuasan kerja, gaji, supervisi, peluang karier.
Kesejahteraan, jaminan kesehatan


Kualitas , pelayanan, lokasi, harga
Transasi lancar, stabilitas harga dan kualitas
Transaksi yang memuaskan, cash Creditworthiness.
Kepatuhan terhadap hukum,
Tidak berkembang, tidak mengambil pasarnya.
Kontribusi terhadap komunitas
Keterbukaan, mudah dihubungi, dan kredibel.

2.5  Hambataan dalam Lobi, Diplomasi, dan Negoisasi
Lobi dan negoisasi adalah bentuk-bentuk komunikasi informal. Prinsip-prinsip dalam komunikasi, teori-teori dan dalil-dalil yang berlaku dalam komunikasi pada umumnya juga berlaku dalam lobi dan diplomasi. Dengan kata lain, hambatan komunikasi ikut memengaruhi tingkat keberhasilan kita dalam berkomunikasi.
2.6  Hambatan Komunikasi
Lobi, diplomasi, dan negoisasi tidak bersifat mekanis. Pelaksanaan lobi, diplomasi dan negoisasi tidak seperti kita menekan tombol listrik (saklar) yang ditekan kemudian lampu langsung menyala. Setelah tempat, waktu, target lobi berlangsung sesuai rencana, maka kita perlu waspada, jangan kemudian kita berkesimpulan bahwa lobi tersebut dengan otomatis akan memberikan hasil yang memuaskan bagi kedua belah pihak.
Lobi, selain kaya dengan dinamika yang memesona, didalamnya juga terdapat jurang yang terjal, dalam dan gelap. Kadang sukar diprediksi kedalamnnya. Di dalamnya sukar diketahui apakah penuh ranjau, onak, dan duri atau tidak. Selain persiapan dengan baik, keberhasilan proses lobi juga dipengaruhi jam terbang pelobi, kematangan, kearifan, dan kemampuan pelobi dalam menggunakan intuisinya.
Jebakan atau perangkap, kecurigaan atau ketidakpercayaan, termasuk ketertutupan dalam lobi, dapat diminimaliskan bila kita mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.faktor-faktor situasional, faktor-faktor sosiologi, ditambahkan faktor-faktor psikologis, yang dapat menghambat dan memengaruhi proses lobi dapat diminimalisasikan jika kita mempersiapkan dan memperhitungkan dengan seksama berbagai potensi atau kemungkinan yang memengaruhi proses lobi. Lobi adalah salah satu bentuk kegiatan komunikasi. Dengan sendirinya, salah satu hambatan yang dapat memengaruhi proses lobi sehingga proses lobi tersebut gagal membuahkan hasil yang memuaskan adalah hambatan komunikasi.
Bill Scott (1990) mengatakan dalam proses komunikasi terdapat hambatan-hambatan, sebagai berikut:
1.     Apa yang dikatakan belum tentu didengar,
2.     Apa yang didengar belum tentu dimengerti,
3.     Apa yang dimengerti belum tentu diterima,
4.     Pembicara mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar/dimengerti/diterima oleh pendengar.
Bill Scott menjelaskan lebih jauh tentang hambatan komunikasi tersebut sebagai berikut:
1.     Apa yang dikatakan belum tentu didengar, karena mungkin:
a.     Ketika komunikator berbicara suasana saat itu sangat bising sehingga tidak seluruh pesannya didengar komunikator,
b.     Bisa juga karena kurangnya konsentrasi si komunikan, ditambah kekurangpekanya terhadap pesan yang diterimanya,
c.      Bisa juga karena adanya penyimpangan sewaktu proses transmisi.
2.     Komunikan belum tentu mengerti apa yang didengarnya  karena proses menjadi mengertinya dipengaruhi pendidikan, pengetahuan teknis mengenai masalah yang dibicarakan, termasuk kemampuan kosa katanya. Pesan yang diterimanya terganggu atau terhambat sebagai akibat kemampuan dan hambatan intelektual dari si komunikan.
3.     Apa pun yang dimengerti oleh komunikan, termasuk kesediaanya untuk menerima pesan, dipengaruhi faktor psikologis:
a.     Sikapnya terhadap pihak lain,
b.     Sikapnya terhadap organisasi pihak lain,
c.      Perasaanya mengenai hal yang didiskusikan,
d.     Pengalaman sebelumnya dalam hubungan dengan perusahaan ini atau prosuknya.
4.     Selain itu, komunikator, atau pelobi, sering beranggapan bahwa dia telah benar-benar dimengerti komunikan. Sebaliknya, pendengar biasanya hanya menaruh perhatian pada pernayataan atau pernyataan balasan yang akan dibuatnya. Di sini, baik komunikator maupun komunikan tidak ada yang merasa perlu mengecak efektivitas komunikasinya. Akibatnya, terjadi pembicaraan, tetapi tidak terjadi komunikasi.
Suatu hal yang menarik dari uraian Bill Scott di atas, bahwa dari sekian banyak hal yang menghambat proses komunikasi termasuk salah satunya adalah karena faktor daya tarik fisik. Dikatakannya, kesediaan komunikan menerima komunikasi dipengaruhi prasangka. Misalnya, rasa senang ata tidak senangnya berhubungan dengan orang berkumis. Mungkin orang berkumis sulit dipercaya. Menurut Blake dan Haroldsen (1979) terdapat dua jenis gangguan dalam komunikasi. Gangguan yang terdapat pada saluran dan gangguan semantik. Menurut Blake dan Haroldsen, kedua gangguan ini sama, mengakibatkan menyusutnya arti saat terjadi penyampaian pesan. 
Blake dan Haroldsen juga menyimpulkan beberapa sumber gangguan semantik, antara lain:
1.     Kata-kata yang dipergunakan terlalu sukar dimengerti atau dipahami komunikan.
2.     Perbedaan memberikan arti kata denotatif pada kata-kata yang dipergunakan saat berkomunikasi.
3.     Perbedaan dalam memberikan arti kata konotatif pada kata-kata yang dipergunakan saat berkomunikasi.
4.     Pola kalimat yang dipergunakan komunikator membingungkan komunikan.
5.     Terdapat perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan.
Gangguan-gangguan tersebut mengakibatkan adanya elemen-elemen pesan tidak dimengerti komunikan, sehingga tersaring dan akhirnya hilang dari penerimanya. Dengan demikian, tidak seluruh pesan berhasil diterima komunikan.
Curtis, Floid, dan Winsor (1992) mengatakan bahwa gangguan merupakan sifat yang melekat pada komunikasi. Berarti, tidak ada komunikasi yang tidak mengalami gangguan. Padahal gangguan mengubah dan mencampuri proses penyampaian dan penerimaan pesan. Menurut mereka, gangguan ini berhubungan dengan fisik, psikologis, dan semantik. Gangguan fisik, sama seperti yang diungkap oleh Blake dan Haroldsen, yaitu karena faktor penglihata dan suara eksternal. Gangguan semantik disebutnya sebagai kesalahan dalam memberikan arti akibat kosa kata yang dipergunakan tidak memadai dan tidak lazim. Devito (1996) menyebutkan komunikasi dapat macet atau menjumpai hambatan pada sembarang titik dalam proses dari pengirim ke penerima.
Devito (1996) menyebutkan komunikasi dapat macet atau menjumpai hambatan pada sembarang titik dalam proses dari pengirim ke penerima. Mengutip beberapa ahli komunikasi, ia menyebutnya sebagai distorsi kognitif. Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.     Polarisasi, yaitu kecenderungan kita untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikan dalam bentuk ekstrim, yaitu baik atau buruk, positif atau negative, sehat atau sakit. Dan pandai atau bodoh. Akibatnya kita tidak pernah menempatkan orang pada titik antara.
2.     Orientasi internasional adalah kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek, dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
3.     Kekacauan karena menyimpulkan fakta secara keliru yang biasa disimpulkan saat ada dua premis yang tidak saling berhubungan namun dihubung-hubungkan.
4.     Implikasi pragmatis adalah hambatan yang disebabkan pengambilan kesimpulan didasarkan pemikiran pragmatis.
5.     Hambatan akibat potong kompas (by passing) terjadi akibat komunikator dan komunikan yang saling menyalahartikan makna pesan komunikasi mereka.
6.     Kesemuaan (allness), kadang kita baru melihat sebagian fakta atau fenomena yang kita anggap sudah memahami seluruhnya.
7.     Evaluasi statis. Penyimpulan atau abstraksi yang kita buat tentang sesuatu, orang, atau kejadian dan bersifat statis, sementara objek bersifat dinamis.
Cara mengatasi ketujuh hambatan tersebut adalah dengan:
1.     Polarisasi. Mengingat bahwa dunia ini tidak terdiri dari dua katup ekstrim, hitam dan putih. Selalu ada alternative lain.
2.     Orientasi internasional. Memerhatikan orang, objek, atau benda yang menjadi pembicaranya, dan bukan memberi perhatian pada kata-kata yang anda dengar.
3.     Kekacauan karena menyimpulkan fakta secara keliru. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Perhatikan prinsip-prinsip logika berpikir, premis mayor dan premis minor.
4.     Implikasi pragmatis. Mengingat bahwa selalu ada alternative penyebab lain untuk sebuah akibat. Kesimpulan yang diambil orang lain.
5.     Hambatan akibat potong kompas. Carilah makna pada orang bukan pada kata-kata. Orang yang berbeda akan menggunakan kata yang berbeda untuk makna yang sama.
6.     Kesemuaan. Hindari kebiasaan mengeneralisir segala sesuatu. Gunakan istilah dan lain-lain. Alasannya, setiap pernyataan pastilah tidak lengkap.
7.     Evaluasi statis. Berikan batasan, waktu dan tempat pada saat kesimpulan atau abstraksi itu dibuat. Dengan demikian, kita bisa segera mengoreksinya.
2.7  Hambatan Komunikasi pada Saluran
Adakalanya lobi informal yang dilakukan di satu tempat masih perlu dilanjutkan atau dituntaskan lewat komunikasi melalui media atau saluran komunikasi yang memiliki potensi hambatan komunikasi yang besar sekali. Bagi pelobi yang handal, berita media juga bisa dijadikan kendaraan untuk memuluskan kegiatan lobinya.
Satu hal yang perlu diperhatikan pelobi pada saat ingin melemparkan isu melalui media massa, perhatikan bahwa media memiliki agenda, agenda setting, dan menjalankan fungsi gate keeper. Fungsi agenda menjelaskan bahwa media akan memilih topik berita yang akan menjadi perhatian utama dan mana yang bukan. Fungsi gate keeper menjelaskan bahwa informasi yang ditetrima media bisa diterima sepenuhnya atau diterima sebagian. Di sisi lain, kita juga perlu memahami bahwa pembaca media tidak tinggal diam. Setiap pesan yang mereka terima akan mereka sortir, pilih, sesuai kebutuhan mereka (uses and gratification).
Dengan dasar itu, saat akan menyusun strategi lobi, pihak pelobi perlu mewaspadai berbagai opini yang tumbuh di masyarakat, memerhatikan ke mana media mengarahkan opini yang menjadi agendanya.
2.8  Menanggulangi Hambatan
Lobi, negosiasi, dan diplomasi adalah pengambilan keputusan bersama yang dilandasi tujuan berupa keuntungan bersama. Berkomunikasi dalam melobi memerlukan keterampilan, tidak hanya berkomunikasi, tetapi juga mendengar dan menyimak.
Berkomunikasi, berarti komunikator harus mampu menarik dan mengikat perhatian komunikan. Ada istilah dalam bahasa awam, “Orang bercakap, tetapi tidak bicara. Orang mendengar, tetapi tidak menyimak”. Berkaca pada uraian di atas, ciri yang terlihat dari “Orang bercakap tetapi tidak bicara, orang mendengar tetapi tidak menyimak” adalah pendengar atau sasaran lobi dalam bahasa kita, tidak memiliki minat atas topic yang dibicarakan dengannya. Perasaannya mengenai hal yang didiskusikan hambar (tidak ada rasa), misalnya. Sikapnya terhadap kita maupun terhadap organisasi kita kurang positif. Kehadirannya dalam menghadiri undangan hanya untuk memenuhi sopan santun ketimuran belaka.
Manusia ada bakat ada minat. Terhadap topic-topik bahasan yang tidak sesuai bakat dan minatnya seseorang malas untuk melakukannya atau mendengarnya sekalipun. Jika tidak ada minat maka dia tidak ada perhatian. Dengan kondisi demikian tentu kita tidak boleh langsung tersinggung. Atasi segera dengan pendekatan yang bijak sebagaimana uraian-uraian sebelumnya pada buku ini.  Atau setidaknya anda coba mengaitkannya dengan hobi dan minat mereka, dan anda bisa menarik mereka ke dalam topic pembicaraan dengan cara mengutarakan padanya bahwa perusahaan anda, materi diskusi anda, proyek anda, perlu banyak belajar dari filosofi yang terdapat dalam hobi dan kesenangannya.
Contoh singkatnya sebagai berikut. Anggap sasaran lobi anda sangat menggemari olahraga karate dan sudah menyandang sabuk hitam. Filosofi yang utama dari olahraga karate, selain factor kecepatan, kekuatan daya pukul, dan ketajaman penglihatan terhadap gerak lawan, adalah pengendalian diri. Kaitkan dasar-dasar filosofi tersebut, di bagian mana dari nilai-nilai perusahaan Anda, nilai-nilai proyek yang akan anda bahas bersamanya perlu belajar dari nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi karate tersebut. Juga uraikan apa manfaat penggunaan filosofi yang ada dalam karate tersebut terhadap nilai-nilai pribadi anda.
Pengalaman sebelumnya dalam berhubungan organisasi atau perusahaan anda atau produknya, juga bisa membuat seseorang enggan berhubungan bahkan hanya untuk mendiskusikan atau membicarakannya sekalipun. Di sisi lain, mungkin kondisi fisik komunikan atau sasaran lobi kita sedang kurang fit. Kedua hal tersebut perlu diperhatikan. Pendekatan yang bijak dan mampu menarik minat dan mengikat perhatian perlu dilakukan di sini. Tentang pengalam buruk masa lalu, kita bisa minta maaf sembari anda menjelaskan adanya kesalahan masa lalu tersebut disebabkan karena ketidaksengajaan. Jangan lupa berikan kompensasi untuk itu. Bagi yang kondisinya kurang sehat, tawarkan vitamin atau sesuatu yang bisa membuatnya segar dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tentu untuk hal ini keluasan pengetahuan anda sangat diperlukan.
Berkomunikasi juga berarti harus bisa mebuat komunikan mengerti. Untuk dapat dimengerti komunikan, tentu komunikator harus menggunakan kalimat-kalimat atau pesan-pesan yang bisa dimengerti komunikan. Kita harus menggunakan data, istilah, symbol, dan lambing yang mudah mereka mengerti. Untuk pilihan kalimat yang memikat adalah pilihan kalimat yang singkat, padat, dan sederhana. Sederhana artinya bahasa dan pilihan symbol atau isyarat yang menyertainya adalah bahasa dan symbol yang mudah dipahami. Itu semua adalah satu-satunya cara untuk mengatasi hambatan komunikai yang disebabkan hambatan intelektual, bahasa (kosa kata teknik, pendidikan, dan pengetahuan di bidang teknik kurang) yang terdapat dalam diri komunikan atau sasaran lobi.
Agar sasaran lobi tidak menjadi hambatan itu sendiri dan bersedia menyetujui pihak anda, pesan lobi anda harus memberikan gambaran manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh oleh komunikan bila ia menerimanya. Selain memberikan manfaat dan keuntungan untuknya, anda harus meyakinkan bahwa keputusan yang akan diambil tidak akan membawa risiko yang mengancam dirinya, risiko yang selama ini memang sudah dihindarinya. Bila ia masih menemukan masalah di kemudian hari, sehingga membuat sasaran lobi kita terlempar ke tempat yang berisiko, berikan ia solusi yang akan menjamin keamanan dan keselamatan dirinya, keluarganya termasuk karier dan masa depannya. Hanya dengan itu, hambatan untuk menyetujui pesan komunikator bisa dihilangkan.
Lobi dalam banyak kacamata masyarakat adalah sama dengan banyak entertainment, sedikit sogok, sedikit jebakan, sedikit todongan. Pada sasaran lobi yang memiliki karakter dan kpribadian sederhana serta takut mengambil risiko, apalagi bila kebetulan kecerasan spiritualnya menonjol, sangat alergi terhadap praktik lobi demikian. Bila anda, misalnya terkenal sebagai pelobi yang menghalalkan segala cara, termasuk, kegiatan di atas, hamper dapat dipastikan akan mengalami kesulitan untuk mendekatinya. Ia akan selalu menjaga jarak. Hal semacam itu perlu mewaspadainya
Segala tingkah laku kita dalam melobi ada perekamnya. Sama halnya dengan tidak bisa mencegah hujan turun, anda tentu tidak bisa dicegah bila ingin menggunakan taktik dan strategi lobi yang menghalalkan segala cara. Agar lobi anda idak mengalami hambatan pada suatu hari kelak, selalu pelajari sasaran lobi anda. Jangan anda anggap gampang dan mudah. Lakukan seluruh praktik lobi anda tertutup dan bersifat personal sehingga setiap kegiatan lobi anda mengena sasaran dan dampak atau akses negative yang ditimbulkannya tidak terbaca orang lain. Bila ini yang anda lakukan, tidak ada alas an pihak lain, atau sasaran lobi lain yang memanfaatkan kelemahan anda untuk menghambat atau menjegal lobi anda.
Tidak sedikit sasaran lobi mengalami krisis kepercayaan, khawatir, dan takut terhadap perkembangan terakhir yang terjadi dalam organisasi atau perusahaannya. Hal ini terjadi ketika baru saja terjadi perubahan kebijakan di tingkat departemen. Kebijakan berubah membuat para pimpinan di bawahnya perlu waspada. Mereka melihat dulu kemana angina berhembus. Kebijakan yang dia keluarkan akan berakibat pada keputusan apakah dia akan diganti atau tidak.
Mencegah munculnya hambatan-hambatan lain yang dapat memengaruhi proses lobi kita. Penentuan sasaran lobi, penentuan tempat, penentuan topic, penentuan waktu, dan penentuan orang yang akan dilibatkan dalam proses lobi harus diperhitungkan dengan matang.
Soal-Soal:
1.     Di bawah ini adalah beberapa penyebab konflik, kecuali…
a.      Adanya perbedaan persepsi antara pihak satu dengan pihak lain yang sedang berkomunikasi
b.     Harapan para pihak bertentangan satu sama lain
c.      Tidak adanya campur tangan pihak ketiga
d.     Adanya perbedaan kepentingan dari para pelaku komunikasi
2.     Di bawah ini adalah beberapa definisi konflik menurut Webster, kecuali…
a.      Perseteruan
b.     Keadaan atau prilaku yang bertentangan antara pendapat, kepentingan, atau antarindividu
c.      Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan atau tuntutan yang bertentangan
d.     Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang memiliki kecocokan
3.     Dalam berkomunikasi, seseorang dapat menjumpai hambatan. Beberapa ahli komunikasi menyebutnya sebagai distorsi kognitif. Salah satu hambatan tersebut adalah polarisasi, yang dimaksud polarisasi adalah…
a.      Penyimpulan atau abstraksi yang kita buat tentang sesuatu, orang, atau kejadian dan bersifat statis, sementara objek bersifat dinamis.
b.     kecenderungan kita untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikan dalam bentuk ekstrim, yaitu baik atau buruk, positif atau negative, sehat atau sakit.
c.      hambatan yang disebabkan pengambilan kesimpulan didasarkan pemikiran pragmatis.
d.     kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek, dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
4.     Berikut ini adalah macam-macam dampak dari konflik, kecuali…
a.      Informasi dirahasiakan dan arus komunikasi kurang
b.     Timbul masalah moral
c.      Waktu terbuang sia-sia
d.     Ikatan kelompok menjadi erat
5.     Di bawah ini adalah beberapa hambatan dalam komunikasi menurut Bill Scot, kecuali…
a.     Apa yang dikatakan akan selalu didengar
b.     Apa yang didengar belum tentu dimengerti
c.      Apa yang dimengerti belum tentu diterima
d.     Pembicara tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar/dimengerti/diterima oleh pendengar.



























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sangat mustahil jika setiap insan yang hidup di muka bumi ini tidak pernah menghadapi situasi konflik sama sekali dalam hidupnya.  Konflik terjadi karena adanya kesenjangan antara das sein dan das solen, yakni adanya ketidaksesuaian antara apa yang anda harapkan dengan apa yang anda terima. Dan konflik terjadi ketika seseorang merasa terhalang atau merasa dihalang-halangi pihak lain ketika akan mewujudkan rencana atau tujuannya. Dalam batas-batas tertentu konflik dapat berdampak sangat baik dan dalam batas-batas tertentu pula, konflik dapat berdampak sangat buruk bagi perkembangan individu, organisasi atau sebuah perusahaan. Dampak buruk tersebut beberapa diantaranya adalah; produktivitas dapat menurun, kepercayaan dapat merosot, adanya pembentukan kubu-kubu, akan timbul masalah moral serta waktu akan terbuang sia-sia.
Lobi, negosiasi, dan diplomasi adalah pengambilan keputusan bersama yang dilandasi tujuan berupa keuntungan bersama. Berkomunikasi dalam melobi memerlukan keterampilan, tidak hanya berkomunikasi, tetapi juga mendengar dan menyimak. Dalam proses lobi, diplomasi dan negosiasi tidak selamanya akan berjalan mulus, para peserta komunikasi bisa saja menemui hambatan ketika proses-proses tersebut berlangsung. Beberapa hambatan dalam proses komunikasi menurut Bill Scott (1990) antara lain;
1.     Apa yang dikatakan belum tentu didengar,
2.     Apa yang didengar belum tentu dimengerti,
3.     Apa yang dimengerti belum tentu diterima,
4.     Pembicara mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar/dimengerti/diterima oleh pendengar.
Dalam rangka mencegah munculnya hambatan-hambatan lain yang dapat memengaruhi proses lobi kita, penentuan sasaran lobi, penentuan tempat, penentuan topic, penentuan waktu, dan penentuan orang yang akan dilibatkan dalam proses lobi harus diperhitungkan dengan matang.
3.2 Saran
Bahwa di dalam keberhasilan lobi dan negosiasi ini tidak lepas dari proses komunikasi yang baik. Dan tentunya seseorang yang menjadi negosiator tersebut harus terlebih dahulu berpengetahuan atau informasi mengenai siapa yang menjadi subjek di dalam negosiasinya dan di dukung pula dengan pesan-pesan yang nantinya akan disampaikan di dalam forum tersebut sehingga kegiatan melobi atau pun negosiasi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena itu sebagai komunikator, baik negosiator, lobbyist atau diplomator harus dapat memahami kliennya yang di pihak lain berperan sebagai komunikan.








DAFTAR PUSTAKA

 Zainal Abidin Partao. 2007. Teknik Lobi dan Diplomasi: Untuk Insan Public Relation. Indeks

No comments:

Post a Comment

Silahkan baca dan share