BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan dengan berbagai
bangsa, adat, dan jenis serta berbagai macam karakter dengan kecerdasan dan
ketajaman pikiran yang berbeda. Sebagian manusia sangat cerdas, berdisiplin,
jujur, sabar, dan bertanggung jawab, namun sebagian lagi ada yang kurang
cerdas, emosional atau cepat marah, suka berbohong, dan tidak bertanggung
jawab. Kondisi kodrat yang seperti itu merupakan salah satu sumber penyebab
mengapa tidak semua persoalan mendapat tanggapan yang sama dan penyelesaiannya
pun juga berbeda. Dalam lingkungan kehidupan organisasi kemasyarakatan, baik
sosial, ekonomi maupun politik, upaya untuk mencapai sasaran dengan menggunakan
kekerasan atau berdasarkan kekuatan otot belaka sudah bukan zamannya lagi.
Manusia sebagai makhluk sosial akrab
dengan kepentingan, karena itu dalam setiap interaksi sosial, manusia selalu
dihadapkan pada keharusan melakukan kerjasama, adanya persaingan dan
pertentangan kepentingan. Karena itu pula, manusia mutlak membutuhkan hubungan
antar sesama manusia. Kepentingan itu bersentuhan dengan individu dan kelompok.
Lalu ketika individu atau kelompok berbenturan kepentingan, maka dibutuhkan
lobi dan negosiasi.
Bahkan dalam menyelesaikan suatu
perbedaan atau pertentangan maupun perbedaan kepentingan diperlukan dialog dan
musyawarah melalui lobi dan negosiasi, meskipun adakalanya berlangsung alot dan
membutuhkan waktu yang relatif lama. Dewasa ini upaya melobi bukan lagi
monopoli dunia politik dan diplomasi, tetapi juga banyak dilakukan para pelaku
bisnis, selebritis dan pihak-pihak lainnya. Biasanya lobi-lobi dilakukan
sebagai pendekatan dalam rangka merancang sesuatu perundingan. Apabila lobi
berjalan mulus diyakini akan menghasilkan perundingan yang sukses.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Mengetahui
penyebab konflik yang terjadi dalam lobi
1.2.2 Mengetahui
hambatan-hambatan yang terjadi dalam lobi, negosiasi dan diplomasi
1.2.3 Mengetahui
cara penyelesaian dan mengatasi konflik dan hambatan dalam lobi, negosiasi, dan
diplomasi.
1.3 Manfaat
Penulisan
Memberikan informasi kepada
mahasiswa Ilmu Komunikasi mengenai konflik dan hambatan yang terjadi dalam
melobi, negosiasi dan diplomasi serta memberikan tips dan trik bagaimana cara
menyelesaikan konflik dan hambatan dalam lobi, negosiasi dan diplomasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konflik dalam Lobi
Sangat
mustahil jika di antara kita tidak pernah menghadapi situasi konflik sama
sekali selama hidup yang telah kita jalani. Seorang anak kecil berusia 5 tahun
pun kerap menghadapi situasi konflik dengan adik atau kakaknya. Konflik yang
terjadi misalnya, manakala satu sama lain saling berebut dan ingin menguasai
mainan yang dibelikan orang tuanya. Meski masing-masing telah dibelikan mainan
yang sama, masing-masing mendapatkan satu buah mainan, toh bila keduanya
disatukan, kerap muncul naluri untuk menjadi “serakah” ingin menguasai
seluruhnya. Jika demikian, sudah dapat dipastikan yang lain akan kalah, dan
timbullah tangisnya. Baru berhenti ketika sang ibu dan ayah memisahkan serta
mengembalikan mainan tersebut kepada yang berhak. Itupun belum berhenti sampai
disitu. Karena yang tadinya dominan yang berhasil menguasai seluruh mainan,
menangis karena dia merasa orang tuanya telah melakukan intervensi, melakukan
pemaksaan terhadap dirinya.
Dengan
sedikit ilustrasi diatas, pertanyaannya adalah apa saja situasi konflik yang
bisa muncul sewaktu-waktu dapat terjadi? Mengapa terjadi konflik?
Konflik
terjadi karena adanya kesenjangan antara das sein dan das solen. Adanya
ketidaksesuaian antara yang Anda harapkan dengan yang Anda terima. Konflik
terjadi manakala seseorang merasa terhalang atau merasa dihalang-halangi pihak
lain ketika akan mewujudkan rencananya atau tujuannya. Itulah situasi konflik.
Para
pakar komunikasi berpendapat, konflik bisa muncul karena:
1. Adanya
perbedaan persepsi antara satu pihak dengan pihak lain yang saling
berkomunikasi
2. Bisa
juga karena komunikasi yang buruk, antara satu dengan yang lainnya karena
komunikator yang gagal memformulasikan pesannya, bisa juga karena pesannya
telah terdistorsi, atau karena salurannya yang buruk, atau karena komunikasinya
gagal menangkap pesan sebagaimana yang dimaksud komunikator.
3. Harapan
para pihak (komunikator dan komunikan) bertentangan satu sama lain.
4. Adanya
campur tangan dari pihak ketiga
5. Perbedaan
kepentingan dari para peserta komunikasi
Apakah
konflik perlu dihinadri?
Dalam
batas-batas tertentu konflik dapat berdampak sangat baik. Konflik yang
terkendali menghasilkan sebuah dinamika. Dalam kamus disebutkan, dinamika
adalah sebuah istilah yang berhubungan dengan bidang fisika, yaitu sebuah
gerak. Berhubungan dengan bidang fisika, yaitu sebuah gerak. Berhubungan dengan
benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakan, bisa juga diartikan sebagai
semangat. Sesuai dalam prinsip gerak dalam fisika, dengan demikian konflik menyebabkan
sebuah organisasi bisa berjalan dengan dinamis dan bila dikendalikan dengan
baik, akan manghasilkan sebuah sinergi yang sangat positif bagi organisasi dan
perusahaan.
Metode
berpikir brainstorming untuk
memecahkan masalah adalah salah satu contoh yang baik tentang manajemen konflik
yang positif. Meminjam istilah medis, konflik dosis yang sangat rendah, mampu
menghasilkan daya tahan tubuh yang lebih baik bagi orang, bagi organisasi, atau
perusahaan yang memberlakukannya. Pada metode tersebut, anggota kelompok atau
organisasi diminta mengajukan pendapat tentang bagaimana memecahkan satu
masalah. Jika ada 10 orang anggota kelompoknya, maka akan ada 10 pendapat atau
lebih yang masuk dengan argument masing-masing. Konflik dengan dosis rendah
yang sengaja diciptakan untuk mencari sinergi, yaitu beruapa kesepakan, karena
biasanya satu keputusan yang dihasilkan lewat kesepakatan akan memeroleh
legitimasi yang kuat dari anggtonya. Dengan sendirinya pelaksanaan tugas atau
pekerjaan menjadi mudah. Beda halnya jika keputusan yang dilaksanakan dinilai
sebagai keputusan sepihak sehingga pihak lain merasa bahwa keputusan ini bukan
dari kehendaknya. Mereka melaksanakannya hanya karena terpaksa atau melepaskan
tanggung jawab. Tugas cepat selesai, dia cepat terbebas dari tanggung jawab.
Dampak negatinya adalah manakala ada implikasi hukum yang muncul kemudian,
dengan mudah ia bisa mencuci tangan, “Oh, itu bukan tanggung jawab saya. Saya
hanya sekedar melaksanakan perintah.”
2.2 Definisi Konflik
Daniel Webster (dalam
Pickering, 2001:1) mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan
atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan
atau perilaku yang bertentangan (misalnya: pertentangan pendapat, kepentingan,
atau pertentangan antarindividu)
3. Perselisihan
akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan
4. Perseteruan
Karena
konflik perseteruan atau perselisihan tentunya memiliki dampak negative. Peg
Pickering dalam bukunya How to Manage
Conflik (2001:3-4), menyebutkan dampak buruk konflik, yaitu:
1. Produktivitas
menurun
2. Kepercayaan
merosot
3. Pembentukan
kubu-kubu
4. Informasi
dirahasiakan dan arus komunikasi kurang
5. Timbul
masalah moral
6. Waktu
terbuang sia-sia
7. Proses
pengambilan keputusan tertunda
Namun,
dia juga mengemukakan dampak positif dan konflik sebagai berikut;
1. Motivasi
meningkat
2. Identifikasi
masalah/pemecahan meningkat
3. Ikatan
kelompok lebih erat
4. Penyesuasaian
diri pada kenyataan
5. Pengetahuan/keterampilan
meingkat
6. Kreativitas
meningkat
7. Membantu
upaya mencapai tujuan
8. Mendorong
pertumbuhan
2.3 Konflik yang
harus diselesaikan
Untuk
menyelesaikannya menurut Pickering, beberapa anggapan salah tentang konflik ini
harus diselesaikan dulu.
Anggapan salah
tentang konflik ini bisa dilihat dalam bukunya, yaitu:
1. Konflik
bila dibiarkan akan teratasi dengan sendirinya
2. Konfrontasi
dengan sebuah persoalan atau dengan seseorang adalah hal yang tidak
menyenangkan
3. Konflik
dalam perusahaan menandakan pemimpinnya tidak bisa memimpin
4. Amarah
selalu bersifat negative dan merusak
2.4 Anggapan Salah
bahwa Konflik Harus Dihilangkan
Menurut
Pickering:
1. Alangkah
mudahnya jika konflik bisa selesai dengan sendirinya. Konflik harus segera
diselesaikan, jika tidak akan semakin sulit dikendalikan
2. Dalam
penyelesaian konflik terkadang memang harus dengan konfrontasi. Konfrontasai
bukanlah perang melainkan duduk dimeja perundingan untuk menyelesaikan masalah.
3. Salah
jika beranggapan bahwa konflik dalam perusahaan menandakan pemimpinnya tidak
bisa memimpin. Dengan kemampuan menyelesaikan konflik yang ada dalam timnya.
Kempemimpinannya semakin teruji. Sebagai contoh, seorang joki yang hebat
ditandai dengan kemampuannya menaklukkan kuda liar dan membawanya memenangkan
pacuan kuda.
4. Konflik
bisa menunjukan adanya kepedulian yang besar dalam diri orang itu pada kondisi
perusahaan
5. Amarah
tidak bisa disebut negative atau positif. Amarah yang terkendali menunjukan
adanya emosi di situ. Bila dikendalikan dengan baik akan mampu menghasilkan
situasi yang kondusif bagi perusahaan
Mungkinkah
dalam melobi timbul konflik? Sangat mungkin sekali. Konflik mungkin saja muncul
dalam buku tim pelobi antara lain:
1. Ada
perbedaan pendapat di dalam buku tim. Contohnya dalam menetapkan:
a. Butir-butir
persetujuan yang akan dibawa ke lobi. Misalnya, dalam dunia bisnis penerbangan.
Konflik bisa muncul saaat akan membahas ketentuan tariff atas, batas bawah, isu
monopoli, isu damping, dan sebagainya.
b. Batas
kesepakan. Misalnya, batas atas terif yang perlu diusulkan kepemerintahan
menurut anggota tim bernama A adalah Rp x, sementara batas atas menurut anggota
tim bernama B adalah Rp y. Ada perbedaan pendapat yang berpotensi menimbulkan
konflik.
2. Konflik
kepentingan. Tiap individu peserta lobi atau yang mengikuti proses lobi
berkemungkinan memiliki agenda sendiri. Mejadi masalah jika ada hidden agenda
yang kontra dengan agenda lobi, yang tidak diungkap kepermukaan.
3. Berebut
pengaruh. Untuk menjadi ketua tim, misalnya, sering diantara anggota tim lobi
terjadi saling sikut. Masing-masing berusaha agar pihaknya yang ditunjuk untuk
menjadi ketua tim, pihak lain sebaliknya hanya menjadi anggota saja.
4. Double
agen. Ada kecurigaan, dalam tim lobi ada agen ganda tidak hanya mewakili
kepentingan tim dan organisasi, tetapi dia juga mewakili kepentingan pemerintah
atau pihak lain karena ia adalah agen pemerintah ataupun agen pihak seteru.
5. Konflik
antara tim dengan pemerintah atau dengan salah satu pemimpin
organisasi/perusahaan tempatnya bekerja. Ada tim yang diberangkatkan dengan
kebebasan penuhh untuk memutuskan, sedangkan ada yang diberangkatkan dengan
seperangkat rambu persyaratan atau pembatasan yang bertujuan untuk membatasi
kewenangan tim dalam menyetujui keputusan hasil lobi.
Lobi
bertujuan memengaruhi keputusan sasaran lobi. Karena sasaran lobi (pemerintah
atau organisasi lainnya) berkemungkinan untuk:
1. Menolak,
2. Mendukung,
3. Menyetujui
dengan syarat, dan
4. Menyetujui
penuh
Usulan
lobi kita. Sementara kita tetap bertujuan tunggal, yaitu pemerintah atau siapa
pun yang kita lobi menyetujui penuh usulan kita. Lobi = diplomasi = negoisasi,
bertujuan untuk menggolkan keinginan pelobi, yaitu sasaran lobi mengabulkan dan
mendukung permintaan pelobi. Menurut kasali, setiap individu memiliki interest atau kepentingan yang beda satu
sama lainnya. Termasuk yang beda adalah masing-masing kriteria kepuasannya.
Berikut ini interest atau
kepentingannya termasuk kriteria kepuasanya masing-masing stakeholder prusahaan yang kita adopsi.
STAKEHOLDERS
|
KRITERIA KEPUASAN
|
Stakeholders Internal
1.
Pemegang Saham
2.
Manajemen dan Top Eksekutif
3.
Karyawan
4.
Keluarga Karyawan
Stakeholders Eksternal
1.
Konsumen
2.
Penyalur
3.
Pemasok
4.
Bank/Kreditor
5.
Pemerintah
6.
Pesaing
7.
Komunitas
8.
Pers
|
Prestasi keuangan
Kepuasan kerja, gaji, tantangan dan karier.
Kepuasan kerja, gaji, supervisi, peluang karier.
Kesejahteraan, jaminan kesehatan
Kualitas , pelayanan, lokasi, harga
Transasi lancar, stabilitas harga dan kualitas
Transaksi yang memuaskan, cash Creditworthiness.
Kepatuhan terhadap hukum,
Tidak berkembang, tidak mengambil pasarnya.
Kontribusi terhadap komunitas
Keterbukaan, mudah dihubungi, dan kredibel.
|
2.5 Hambataan dalam
Lobi, Diplomasi, dan Negoisasi
Lobi
dan negoisasi adalah bentuk-bentuk komunikasi informal. Prinsip-prinsip dalam
komunikasi, teori-teori dan dalil-dalil yang berlaku dalam komunikasi pada
umumnya juga berlaku dalam lobi dan diplomasi. Dengan kata lain, hambatan
komunikasi ikut memengaruhi tingkat keberhasilan kita dalam berkomunikasi.
2.6 Hambatan
Komunikasi
Lobi,
diplomasi, dan negoisasi tidak bersifat mekanis. Pelaksanaan lobi, diplomasi
dan negoisasi tidak seperti kita menekan tombol listrik (saklar) yang ditekan
kemudian lampu langsung menyala. Setelah tempat, waktu, target lobi berlangsung
sesuai rencana, maka kita perlu waspada, jangan kemudian kita berkesimpulan
bahwa lobi tersebut dengan otomatis akan memberikan hasil yang memuaskan bagi
kedua belah pihak.
Lobi,
selain kaya dengan dinamika yang memesona, didalamnya juga terdapat jurang yang
terjal, dalam dan gelap. Kadang sukar diprediksi kedalamnnya. Di dalamnya sukar
diketahui apakah penuh ranjau, onak, dan duri atau tidak. Selain persiapan
dengan baik, keberhasilan proses lobi juga dipengaruhi jam terbang pelobi,
kematangan, kearifan, dan kemampuan pelobi dalam menggunakan intuisinya.
Jebakan
atau perangkap, kecurigaan atau ketidakpercayaan, termasuk ketertutupan dalam
lobi, dapat diminimaliskan bila kita mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya.faktor-faktor situasional, faktor-faktor sosiologi, ditambahkan
faktor-faktor psikologis, yang dapat menghambat dan memengaruhi proses lobi
dapat diminimalisasikan jika kita mempersiapkan dan memperhitungkan dengan
seksama berbagai potensi atau kemungkinan yang memengaruhi proses lobi. Lobi
adalah salah satu bentuk kegiatan komunikasi. Dengan sendirinya, salah satu
hambatan yang dapat memengaruhi proses lobi sehingga proses lobi tersebut gagal
membuahkan hasil yang memuaskan adalah hambatan komunikasi.
Bill
Scott (1990) mengatakan dalam proses komunikasi terdapat hambatan-hambatan,
sebagai berikut:
1. Apa
yang dikatakan belum tentu didengar,
2. Apa
yang didengar belum tentu dimengerti,
3. Apa
yang dimengerti belum tentu diterima,
4. Pembicara
mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar/dimengerti/diterima oleh
pendengar.
Bill
Scott menjelaskan lebih jauh tentang hambatan komunikasi tersebut sebagai
berikut:
1.
Apa
yang dikatakan belum tentu didengar, karena mungkin:
a.
Ketika
komunikator berbicara suasana saat itu sangat bising sehingga tidak seluruh
pesannya didengar komunikator,
b.
Bisa juga karena
kurangnya konsentrasi si komunikan, ditambah kekurangpekanya terhadap pesan
yang diterimanya,
c.
Bisa juga karena
adanya penyimpangan sewaktu proses transmisi.
2.
Komunikan
belum tentu mengerti apa yang didengarnya
karena proses menjadi mengertinya dipengaruhi
pendidikan, pengetahuan teknis mengenai masalah yang dibicarakan, termasuk
kemampuan kosa katanya. Pesan yang diterimanya terganggu atau terhambat sebagai
akibat kemampuan dan hambatan intelektual dari si komunikan.
3.
Apa
pun yang dimengerti oleh komunikan, termasuk kesediaanya untuk menerima pesan, dipengaruhi
faktor psikologis:
a.
Sikapnya
terhadap pihak lain,
b.
Sikapnya
terhadap organisasi pihak lain,
c.
Perasaanya
mengenai hal yang didiskusikan,
d.
Pengalaman
sebelumnya dalam hubungan dengan perusahaan ini atau prosuknya.
4.
Selain
itu, komunikator, atau pelobi, sering beranggapan bahwa dia telah benar-benar
dimengerti komunikan. Sebaliknya, pendengar biasanya
hanya menaruh perhatian pada pernayataan atau pernyataan balasan yang akan
dibuatnya. Di sini, baik komunikator maupun komunikan tidak ada yang merasa
perlu mengecak efektivitas komunikasinya. Akibatnya, terjadi pembicaraan,
tetapi tidak terjadi komunikasi.
Suatu
hal yang menarik dari uraian Bill Scott di atas, bahwa dari sekian banyak hal
yang menghambat proses komunikasi termasuk salah satunya adalah karena faktor
daya tarik fisik. Dikatakannya, kesediaan komunikan menerima komunikasi dipengaruhi
prasangka. Misalnya, rasa senang ata tidak senangnya berhubungan dengan orang
berkumis. Mungkin orang berkumis sulit dipercaya. Menurut Blake dan Haroldsen
(1979) terdapat dua jenis gangguan dalam komunikasi. Gangguan yang terdapat
pada saluran dan gangguan semantik. Menurut Blake dan Haroldsen, kedua gangguan
ini sama, mengakibatkan menyusutnya arti saat terjadi penyampaian pesan.
Blake
dan Haroldsen juga menyimpulkan beberapa sumber gangguan semantik, antara lain:
1. Kata-kata
yang dipergunakan terlalu sukar dimengerti atau dipahami komunikan.
2. Perbedaan
memberikan arti kata denotatif pada kata-kata yang dipergunakan saat
berkomunikasi.
3. Perbedaan
dalam memberikan arti kata konotatif pada kata-kata yang dipergunakan saat
berkomunikasi.
4. Pola
kalimat yang dipergunakan komunikator membingungkan komunikan.
5. Terdapat
perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan.
Gangguan-gangguan
tersebut mengakibatkan adanya elemen-elemen pesan tidak dimengerti komunikan,
sehingga tersaring dan akhirnya hilang dari penerimanya. Dengan demikian, tidak
seluruh pesan berhasil diterima komunikan.
Curtis,
Floid, dan Winsor (1992) mengatakan bahwa gangguan merupakan sifat yang melekat
pada komunikasi. Berarti, tidak ada komunikasi yang tidak mengalami gangguan.
Padahal gangguan mengubah dan mencampuri proses penyampaian dan penerimaan
pesan. Menurut mereka, gangguan ini berhubungan dengan fisik, psikologis, dan
semantik. Gangguan fisik, sama seperti yang diungkap oleh Blake dan Haroldsen,
yaitu karena faktor penglihata dan suara eksternal. Gangguan semantik
disebutnya sebagai kesalahan dalam memberikan arti akibat kosa kata yang
dipergunakan tidak memadai dan tidak lazim. Devito (1996) menyebutkan
komunikasi dapat macet atau menjumpai hambatan pada sembarang titik dalam
proses dari pengirim ke penerima.
Devito
(1996) menyebutkan komunikasi dapat macet atau menjumpai hambatan pada
sembarang titik dalam proses dari pengirim ke penerima. Mengutip beberapa ahli
komunikasi, ia menyebutnya sebagai distorsi kognitif. Hambatan-hambatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Polarisasi,
yaitu kecenderungan kita untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan
menguraikan dalam bentuk ekstrim, yaitu baik atau buruk, positif atau negative,
sehat atau sakit. Dan pandai atau bodoh. Akibatnya kita tidak pernah
menempatkan orang pada titik antara.
2. Orientasi
internasional adalah kecenderungan kita untuk melihat
manusia, objek, dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
3. Kekacauan
karena menyimpulkan fakta secara keliru yang biasa
disimpulkan saat ada dua premis yang tidak saling berhubungan namun
dihubung-hubungkan.
4. Implikasi
pragmatis adalah hambatan yang disebabkan
pengambilan kesimpulan didasarkan pemikiran pragmatis.
5. Hambatan
akibat potong kompas (by passing) terjadi akibat
komunikator dan komunikan yang saling menyalahartikan makna pesan komunikasi
mereka.
6. Kesemuaan
(allness), kadang kita baru melihat sebagian fakta
atau fenomena yang kita anggap sudah memahami seluruhnya.
7. Evaluasi
statis. Penyimpulan atau abstraksi yang kita
buat tentang sesuatu, orang, atau kejadian dan bersifat statis, sementara objek
bersifat dinamis.
Cara
mengatasi ketujuh hambatan tersebut adalah dengan:
1. Polarisasi.
Mengingat bahwa dunia ini tidak terdiri dari dua katup ekstrim, hitam dan putih.
Selalu ada alternative lain.
2. Orientasi
internasional. Memerhatikan orang, objek, atau benda yang menjadi pembicaranya,
dan bukan memberi perhatian pada kata-kata yang anda dengar.
3. Kekacauan
karena menyimpulkan fakta secara keliru. Jangan terlalu cepat mengambil
kesimpulan. Perhatikan prinsip-prinsip logika berpikir, premis mayor dan premis
minor.
4. Implikasi
pragmatis. Mengingat bahwa selalu ada alternative penyebab lain untuk sebuah
akibat. Kesimpulan yang diambil orang lain.
5. Hambatan
akibat potong kompas. Carilah makna pada orang bukan pada kata-kata. Orang yang
berbeda akan menggunakan kata yang berbeda untuk makna yang sama.
6. Kesemuaan.
Hindari kebiasaan mengeneralisir segala sesuatu. Gunakan istilah dan lain-lain.
Alasannya, setiap pernyataan pastilah tidak lengkap.
7. Evaluasi
statis. Berikan batasan, waktu dan tempat pada saat kesimpulan atau abstraksi
itu dibuat. Dengan demikian, kita bisa segera mengoreksinya.
2.7 Hambatan
Komunikasi pada Saluran
Adakalanya
lobi informal yang dilakukan di satu tempat masih perlu dilanjutkan atau
dituntaskan lewat komunikasi melalui media atau saluran komunikasi yang
memiliki potensi hambatan komunikasi yang besar sekali. Bagi pelobi yang
handal, berita media juga bisa dijadikan kendaraan untuk memuluskan kegiatan
lobinya.
Satu
hal yang perlu diperhatikan pelobi pada saat ingin melemparkan isu melalui
media massa, perhatikan bahwa media memiliki agenda, agenda setting, dan
menjalankan fungsi gate keeper.
Fungsi agenda menjelaskan bahwa media akan memilih topik berita yang akan
menjadi perhatian utama dan mana yang bukan. Fungsi gate keeper menjelaskan
bahwa informasi yang ditetrima media bisa diterima sepenuhnya atau diterima
sebagian. Di sisi lain, kita juga perlu memahami bahwa pembaca media tidak
tinggal diam. Setiap pesan yang mereka terima akan mereka sortir, pilih, sesuai
kebutuhan mereka (uses and gratification).
Dengan
dasar itu, saat akan menyusun strategi lobi, pihak pelobi perlu mewaspadai
berbagai opini yang tumbuh di masyarakat, memerhatikan ke mana media
mengarahkan opini yang menjadi agendanya.
2.8 Menanggulangi
Hambatan
Lobi,
negosiasi, dan diplomasi adalah pengambilan keputusan bersama yang dilandasi
tujuan berupa keuntungan bersama. Berkomunikasi dalam melobi memerlukan
keterampilan, tidak hanya berkomunikasi, tetapi juga mendengar dan menyimak.
Berkomunikasi,
berarti komunikator harus mampu menarik dan mengikat perhatian komunikan. Ada
istilah dalam bahasa awam, “Orang bercakap, tetapi tidak bicara. Orang
mendengar, tetapi tidak menyimak”. Berkaca pada uraian di atas, ciri yang
terlihat dari “Orang bercakap tetapi tidak bicara, orang mendengar tetapi tidak
menyimak” adalah pendengar atau sasaran lobi dalam bahasa kita, tidak memiliki
minat atas topic yang dibicarakan dengannya. Perasaannya mengenai hal yang
didiskusikan hambar (tidak ada rasa), misalnya. Sikapnya terhadap kita maupun
terhadap organisasi kita kurang positif. Kehadirannya dalam menghadiri undangan
hanya untuk memenuhi sopan santun ketimuran belaka.
Manusia
ada bakat ada minat. Terhadap topic-topik bahasan yang tidak sesuai bakat dan
minatnya seseorang malas untuk melakukannya atau mendengarnya sekalipun. Jika
tidak ada minat maka dia tidak ada perhatian. Dengan kondisi demikian tentu
kita tidak boleh langsung tersinggung. Atasi segera dengan pendekatan yang
bijak sebagaimana uraian-uraian sebelumnya pada buku ini. Atau setidaknya anda coba mengaitkannya
dengan hobi dan minat mereka, dan anda bisa menarik mereka ke dalam topic
pembicaraan dengan cara mengutarakan padanya bahwa perusahaan anda, materi
diskusi anda, proyek anda, perlu banyak belajar dari filosofi yang terdapat
dalam hobi dan kesenangannya.
Contoh
singkatnya sebagai berikut. Anggap sasaran lobi anda sangat menggemari olahraga
karate dan sudah menyandang sabuk hitam. Filosofi yang utama dari olahraga
karate, selain factor kecepatan, kekuatan daya pukul, dan ketajaman penglihatan
terhadap gerak lawan, adalah pengendalian diri. Kaitkan dasar-dasar filosofi
tersebut, di bagian mana dari nilai-nilai perusahaan Anda, nilai-nilai proyek
yang akan anda bahas bersamanya perlu belajar dari nilai-nilai yang terkandung
dalam filosofi karate tersebut. Juga uraikan apa manfaat penggunaan filosofi
yang ada dalam karate tersebut terhadap nilai-nilai pribadi anda.
Pengalaman
sebelumnya dalam berhubungan organisasi atau perusahaan anda atau produknya,
juga bisa membuat seseorang enggan berhubungan bahkan hanya untuk mendiskusikan
atau membicarakannya sekalipun. Di sisi lain, mungkin kondisi fisik komunikan
atau sasaran lobi kita sedang kurang fit. Kedua hal tersebut perlu
diperhatikan. Pendekatan yang bijak dan mampu menarik minat dan mengikat
perhatian perlu dilakukan di sini. Tentang pengalam buruk masa lalu, kita bisa
minta maaf sembari anda menjelaskan adanya kesalahan masa lalu tersebut
disebabkan karena ketidaksengajaan. Jangan lupa berikan kompensasi untuk itu.
Bagi yang kondisinya kurang sehat, tawarkan vitamin atau sesuatu yang bisa
membuatnya segar dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tentu untuk hal ini
keluasan pengetahuan anda sangat diperlukan.
Berkomunikasi
juga berarti harus bisa mebuat komunikan mengerti. Untuk dapat dimengerti
komunikan, tentu komunikator harus menggunakan kalimat-kalimat atau pesan-pesan
yang bisa dimengerti komunikan. Kita harus menggunakan data, istilah, symbol,
dan lambing yang mudah mereka mengerti. Untuk pilihan kalimat yang memikat
adalah pilihan kalimat yang singkat, padat, dan sederhana. Sederhana artinya
bahasa dan pilihan symbol atau isyarat yang menyertainya adalah bahasa dan
symbol yang mudah dipahami. Itu semua adalah satu-satunya cara untuk mengatasi
hambatan komunikai yang disebabkan hambatan intelektual, bahasa (kosa kata
teknik, pendidikan, dan pengetahuan di bidang teknik kurang) yang terdapat
dalam diri komunikan atau sasaran lobi.
Agar
sasaran lobi tidak menjadi hambatan itu sendiri dan bersedia menyetujui pihak
anda, pesan lobi anda harus memberikan gambaran manfaat dan keuntungan yang
akan diperoleh oleh komunikan bila ia menerimanya. Selain memberikan manfaat
dan keuntungan untuknya, anda harus meyakinkan bahwa keputusan yang akan
diambil tidak akan membawa risiko yang mengancam dirinya, risiko yang selama
ini memang sudah dihindarinya. Bila ia masih menemukan masalah di kemudian
hari, sehingga membuat sasaran lobi kita terlempar ke tempat yang berisiko,
berikan ia solusi yang akan menjamin keamanan dan keselamatan dirinya,
keluarganya termasuk karier dan masa depannya. Hanya dengan itu, hambatan untuk
menyetujui pesan komunikator bisa dihilangkan.
Lobi
dalam banyak kacamata masyarakat adalah sama dengan banyak entertainment,
sedikit sogok, sedikit jebakan, sedikit todongan. Pada sasaran lobi yang
memiliki karakter dan kpribadian sederhana serta takut mengambil risiko,
apalagi bila kebetulan kecerasan spiritualnya menonjol, sangat alergi terhadap
praktik lobi demikian. Bila anda, misalnya terkenal sebagai pelobi yang
menghalalkan segala cara, termasuk, kegiatan di atas, hamper dapat dipastikan
akan mengalami kesulitan untuk mendekatinya. Ia akan selalu menjaga jarak. Hal
semacam itu perlu mewaspadainya
Segala
tingkah laku kita dalam melobi ada perekamnya. Sama halnya dengan tidak bisa
mencegah hujan turun, anda tentu tidak bisa dicegah bila ingin menggunakan
taktik dan strategi lobi yang menghalalkan segala cara. Agar lobi anda idak mengalami
hambatan pada suatu hari kelak, selalu pelajari sasaran lobi anda. Jangan anda
anggap gampang dan mudah. Lakukan seluruh praktik lobi anda tertutup dan
bersifat personal sehingga setiap kegiatan lobi anda mengena sasaran dan dampak
atau akses negative yang ditimbulkannya tidak terbaca orang lain. Bila ini yang
anda lakukan, tidak ada alas an pihak lain, atau sasaran lobi lain yang
memanfaatkan kelemahan anda untuk menghambat atau menjegal lobi anda.
Tidak
sedikit sasaran lobi mengalami krisis kepercayaan, khawatir, dan takut terhadap
perkembangan terakhir yang terjadi dalam organisasi atau perusahaannya. Hal ini
terjadi ketika baru saja terjadi perubahan kebijakan di tingkat departemen.
Kebijakan berubah membuat para pimpinan di bawahnya perlu waspada. Mereka
melihat dulu kemana angina berhembus. Kebijakan yang dia keluarkan akan
berakibat pada keputusan apakah dia akan diganti atau tidak.
Mencegah
munculnya hambatan-hambatan lain yang dapat memengaruhi proses lobi kita.
Penentuan sasaran lobi, penentuan tempat, penentuan topic, penentuan waktu, dan
penentuan orang yang akan dilibatkan dalam proses lobi harus diperhitungkan
dengan matang.
Soal-Soal:
1. Di
bawah ini adalah beberapa penyebab konflik, kecuali…
a. Adanya
perbedaan persepsi antara pihak satu dengan pihak lain yang sedang
berkomunikasi
b. Harapan
para pihak bertentangan satu sama lain
c.
Tidak
adanya campur tangan pihak ketiga
d. Adanya
perbedaan kepentingan dari para pelaku komunikasi
2. Di
bawah ini adalah beberapa definisi konflik menurut Webster, kecuali…
a. Perseteruan
b. Keadaan
atau prilaku yang bertentangan antara pendapat, kepentingan, atau antarindividu
c. Perselisihan
akibat kebutuhan, dorongan, keinginan atau tuntutan yang bertentangan
d.
Persaingan
atau pertentangan antara pihak-pihak yang memiliki kecocokan
3. Dalam
berkomunikasi, seseorang dapat menjumpai hambatan. Beberapa ahli komunikasi
menyebutnya sebagai distorsi kognitif. Salah satu hambatan tersebut adalah polarisasi, yang dimaksud polarisasi
adalah…
a. Penyimpulan
atau abstraksi yang kita buat tentang sesuatu, orang, atau kejadian dan
bersifat statis, sementara objek bersifat dinamis.
b.
kecenderungan
kita untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikan dalam bentuk
ekstrim, yaitu baik atau buruk, positif atau negative, sehat atau sakit.
c. hambatan
yang disebabkan pengambilan kesimpulan didasarkan pemikiran pragmatis.
d. kecenderungan
kita untuk melihat manusia, objek, dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat
pada mereka.
4. Berikut
ini adalah macam-macam dampak dari konflik, kecuali…
a. Informasi
dirahasiakan dan arus komunikasi kurang
b. Timbul
masalah moral
c. Waktu
terbuang sia-sia
d.
Ikatan
kelompok menjadi erat
5. Di
bawah ini adalah beberapa hambatan dalam komunikasi menurut Bill Scot, kecuali…
a.
Apa
yang dikatakan akan selalu didengar
b. Apa
yang didengar belum tentu dimengerti
c. Apa
yang dimengerti belum tentu diterima
d. Pembicara
tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar/dimengerti/diterima oleh
pendengar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sangat
mustahil jika setiap insan yang hidup di muka bumi ini tidak pernah menghadapi
situasi konflik sama sekali dalam hidupnya.
Konflik terjadi karena adanya kesenjangan antara das sein dan das solen,
yakni adanya ketidaksesuaian antara apa yang anda harapkan dengan apa yang anda
terima. Dan konflik terjadi ketika seseorang merasa terhalang atau merasa
dihalang-halangi pihak lain ketika akan mewujudkan rencana atau tujuannya. Dalam
batas-batas tertentu konflik dapat berdampak sangat baik dan dalam batas-batas
tertentu pula, konflik dapat berdampak sangat buruk bagi perkembangan individu,
organisasi atau sebuah perusahaan. Dampak buruk tersebut beberapa diantaranya
adalah; produktivitas dapat menurun, kepercayaan dapat merosot, adanya
pembentukan kubu-kubu, akan timbul masalah moral serta waktu akan terbuang
sia-sia.
Lobi,
negosiasi, dan diplomasi adalah pengambilan keputusan bersama yang dilandasi
tujuan berupa keuntungan bersama. Berkomunikasi dalam melobi memerlukan
keterampilan, tidak hanya berkomunikasi, tetapi juga mendengar dan menyimak.
Dalam proses lobi, diplomasi dan negosiasi tidak selamanya akan berjalan mulus,
para peserta komunikasi bisa saja menemui hambatan ketika proses-proses
tersebut berlangsung. Beberapa hambatan dalam proses komunikasi menurut Bill
Scott (1990) antara lain;
1. Apa
yang dikatakan belum tentu didengar,
2. Apa
yang didengar belum tentu dimengerti,
3. Apa
yang dimengerti belum tentu diterima,
4. Pembicara
mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar/dimengerti/diterima oleh
pendengar.
Dalam
rangka mencegah munculnya hambatan-hambatan lain yang dapat memengaruhi proses
lobi kita, penentuan sasaran lobi, penentuan tempat, penentuan topic, penentuan
waktu, dan penentuan orang yang akan dilibatkan dalam proses lobi harus
diperhitungkan dengan matang.
3.2 Saran
Bahwa di
dalam keberhasilan lobi dan negosiasi ini tidak lepas dari proses komunikasi
yang baik. Dan tentunya seseorang yang menjadi negosiator tersebut harus
terlebih dahulu berpengetahuan atau informasi mengenai siapa yang menjadi
subjek di dalam negosiasinya dan di dukung pula dengan pesan-pesan yang
nantinya akan disampaikan di dalam forum tersebut sehingga kegiatan melobi atau
pun negosiasi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena itu sebagai
komunikator, baik negosiator, lobbyist atau diplomator harus dapat
memahami kliennya yang di pihak lain berperan sebagai komunikan.
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Abidin Partao. 2007. Teknik Lobi dan Diplomasi: Untuk Insan
Public Relation. Indeks
No comments:
Post a Comment
Silahkan baca dan share