APA ITU RISET ILMIAH?
Riset (penelitian) bearti "to search, to find". Dalam bahasa latin riset berasal dari kata "re" yang artinya lagi dan "cercier" yang artinya mencari. Secara umum riset berarti "Mencari informasi tentang sesuatu" (looking for information about something). Bisa juga diartikan sebagai sebuah usaha untuk menemukan sesuatu (an attempt to discover something).
Dari
pengertian di atas, sebenarnya hampir setiap orang melakukan kegiatan
riset dalam kehidupan sehari-harinya. Contoh ketika kita memutuskan
membeli mobil, kebanyakan dari kita mencoba mendapatkan tentang merk dan
model mobil yang kita inginkan. mungkin kita bertanya pada teman,
membaca majalah otomotif, atau menghadiri pameran mobil. Semuanya untuk
mencari informasi yang dibutuhkan tentang mobil apa yang akan kita beli.
Riset yang biasa dilakukan orang sehari-hari (everyday research)
biasanya lebih baik menggunakan metode non-ilmiah. Hal ini untuk
membedakan dengan kegiatan riset yang menggunakan metode ilmiah yang
bersifat lebih sistematis, lebih objektif, lebih hati-hati dan lebih
difokuskan untuk mencapai ketelitian dan kebenaran. Riset yang terakhir
ini dikenal dengan nama riset ilmiah (Scientific research). Penulis mendeskripsikan perbedaan antara riset sehari-hari dengan riset ilmiah pada tabel:
Tabel I.I
Perbedaan Jenis Riset
Riset
Sehari-hari
(Everyday
Research)
|
Riset
Ilmiah
(Scientifict
Research)
|
Intuisi
Anggapan umum (common sense)
Tidak ada aturan (casual)
Dilakukan setiap saat
Pilih-pilih (selektif)
Kebetulan
Focus pada keputusan pribadi
|
Berdasarkan teori
Terstruktur
Ada aturan ketat yang sistematis
Terencana
Objektif, tidak memihak
Pemikiran ilmiah
Focus pada pengetahuan tentang realitas
|
Riset merupakan proses penyelidikan secara hati-hati,
sistematis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan
yang cermat guna menetapkan suatu keputusan tepat. Menurut Henry
Mannahein, riset dalam ilmu pengetahuan adalah "an inter-subjektive,
accurate systematic analysis of determine of body empiri-call, in order
to recurring relationship among phenomena" (Ruslan, 2003:4). Jadi,
riset bertujuan menemukan hubungan di antara fenomena melalui analisi
yang akurat dan sistematik terhadap data empiris. Ilmu pengetahuan
dengan demikian bertujuan menjelaskan suatu fakta, dan memahami hubungan
antar fakta.
KARAKTERISTIK METODE ILMIAH
Secara garis besar terdapat beberapa karakteristik metode ilmiah
sebagai dasar lahirnya ilmu pengetahuan. Kelima karakteristik ini
dikutip dari Wimmer dan Dominick (2000:11-13);
1.
Bersifat Publik
·
Tergantung pada informasi yang
tersedia secara bebas.
·
Riset harus menginformasikan metode
risetnya kepada yang lain.
·
Terbuka terhadap koreksi dan
verifikasi
2.
Objektif
·
Aturan-aturan eksplisit dan prosedur
mengikat penelitian.
·
Berhubungan dengan fakta-fakta
daripada interpretasi
3.
Empirikal
· Peneliti lebih memperhatikan pada
dunia yang dapat diketahui atau yang secara potensial dapat diukur.
·
Menolak metalfisikal dan
penjelasan-penjelasan yang nonsensical.
·
Konsep harus didefinisikan secara
jelas.
·
Framing dan definisi operasional
untuk memperjelas apa yang diteliti dan bagaimana menelitinya.
4.
Sistematik dan kumulatif
·
Riview literatur ilmiah
·
Konsistensi
5.
Prediktif
·
Memprediksi prilaku.
·
Kemampuan memprediksi fenomena atau
peristiwa.
Jadi hakikat riset melalui metode ilmiah adalah upaya
mengungkap realitas untuk mencari kebenaran secara objektif, empiris,
sistematis, dan terorganisir. Hasil dari riset ini adalah menciptakan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Artinya riset adalah operasional dari metode
yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah.
RISET DALAM PRAKTIK KOMUNIKASI
Riset memegang peran penting dalam praktik komunikasi.
Proses komunikasi ditujukan untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Dengan
demikian setelah bidang komunikasi baik itu hubungan masyarakat (human/public
relations), periklanan (advertising), penyiaran (broadcasting), jurnalistik,
dan lainnya dituntut untuk menciptakan komunikasi yang efektik agar tercapai
tujuan yang diharapkan. Komunikasi yang efektif mensyaratkan adanya pertukaran
informasi (sharing of information) dan kesamaan makna (setala/in tune) antara
komunikator dengan komunikan.
Banyak pakar yang memberikan batasan mengenai komunikasi
yang efektif Tubbe dan Mosse (2000:9-13), dalam bukunya "Human Communication"
memberikan komunikasi efektif, yaitu bila terjadi pengertian, menimbulkan
kesenangan, pengaruh pada sikap,
hubungan yang semaikn baik, dan perubahan prilaku. Bila dalam proses
komunikasi terjadi khalayak merasa tidak mengerti akan apa yang dimaksud
komunikator, maka telah terjadi kegagalan komunikasi primer (primary breakdown
in communication) Bila setelah komunikasi terjadi hubungan semakin renggang,
maka telah terjadi kegagalan sekunder dalam proses komunikasi (secondary breakdown
in communication). Komunikasi efektif bisa diartikan terjadi bila ada kesamaan
antara kerangka berfikir (frame of reference) dan bidang pengalaman (field of
experience) antara komunikator dengan komunikan.
Untuk dapat menciptakan komunikasi yang efektif maka harus
dilakukan persiapan-persiapan secara matang terhadap seluruh komponen proses
komunikasi, yaitu komunikator, pesan, saluran, komunikasi, komunikan, efek,
umpan balik (feed back) bahkan factor gangguan (noise) yang mungkin terjadi. Dengan
kata lain proses komunikasi yang akan dilakukan harus didahului pemeriksaan
terhadap pertanyaan “who say what in which channel to whom with what effect”
(siapa komunikatornya, apa pesannya, melalui media apa, sasarannya siapa, dan
bagaimana efeknya pada sasaran). Itu semua adalah komponen-komponen komunikasi.
Di sinilah posisi riset. Upaya-upaya menyiapkan
komponen-komponen komunikasi di atas harus didasari atas data empiris yang
berisi derkripsi detail mengenai karakteristik masing-masing komponen. Data
empiris ini tentunya hanya dapat diperoleh melalui kegiatan riset, sehingga
keputusan yang diambil akan menceminlan situasi realitas yang akan dihadapi. Misalnya,
komunikator yang kredibel di mata pendengar itu yang bagaimana; informasi apa
yang cocok dan dibutuhkan khalayak; bagaimana umpan balik khalayak terhadap
pesan yang disampaikan seorang public relations; apakah strategi creative sebuah
iklan sesuai target sasaran; bagaimana profil pembaca suatu surat kabar yang
akan mempengaruhi jenis informasi yang sesuai dengan pembaca; bagaimana citra
perusahaan di mata publiknya setelah program-program public relations ditujukan
dan lain sebagainya.
Selain itu, sebagai ilmuan atau praktisi komunikasi, kita
dituntut selalu mengembangan khazanah ilmu kita melalui riset. Ilmu bersifat tentative,
perlu pemikiran-pemikiran baru demi pengembangannya untuk kemaslahatan umat
manusia. Semua ilmu pada dasarnya tidak lebih dari penyempurnaan pemikiran
sehari-hari. Karena itu ilmu bersifat tidak sempurna, bersifat tentative (dapat
didebat). Albert Einstein ilmuan besar fisika pernah mengatakan, “Otakku adalah
labolatoriumku karena itu di mana dan kapanpun aku selalu menyatu dengannya dan
terus menerus menyempurnakan hasil-hasil pemikiranku”.
Daftar Pustaka:
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
Ikuti @hanifa_rica
Daftar Pustaka:
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
No comments:
Post a Comment
Silahkan baca dan share