Home About
JIKA ADA YANG DITANYAKAN ATAU DATA YANG KALIAN BUTUHKAN, SILAHKAN BERKOMENTAR PADA MATERI TERSEBUT...TERIMAKASIH

Monday, 4 November 2013

RISET KOMUNIKASI

APA ITU RISET ILMIAH?

Riset (penelitian) bearti "to search, to find". Dalam bahasa latin riset berasal dari kata "re" yang artinya lagi dan "cercier" yang artinya mencari. Secara umum riset berarti "Mencari informasi tentang sesuatu" (looking for information about something). Bisa juga diartikan sebagai sebuah usaha untuk menemukan sesuatu (an attempt to discover something).

Dari pengertian di atas, sebenarnya hampir setiap orang melakukan kegiatan riset dalam kehidupan sehari-harinya. Contoh ketika kita memutuskan membeli mobil, kebanyakan dari kita mencoba mendapatkan tentang merk dan model mobil yang kita inginkan. mungkin kita bertanya pada teman, membaca majalah otomotif, atau menghadiri pameran mobil. Semuanya untuk mencari informasi yang dibutuhkan tentang mobil apa yang akan kita beli.

Riset yang biasa dilakukan orang sehari-hari (everyday research) biasanya lebih baik menggunakan metode non-ilmiah. Hal ini untuk membedakan dengan kegiatan riset yang menggunakan metode ilmiah yang bersifat lebih sistematis, lebih objektif, lebih hati-hati dan lebih difokuskan untuk mencapai ketelitian dan kebenaran. Riset yang terakhir ini dikenal dengan nama riset ilmiah (Scientific research). Penulis mendeskripsikan perbedaan antara riset sehari-hari dengan riset ilmiah pada tabel:

                                                                           Tabel I.I
                                                                  Perbedaan Jenis Riset

Riset Sehari-hari
(Everyday Research)
Riset Ilmiah
(Scientifict Research)
Intuisi
Anggapan umum (common sense)
Tidak ada aturan (casual)
Dilakukan setiap saat
Pilih-pilih (selektif)
Kebetulan
Focus pada keputusan pribadi
Berdasarkan teori
Terstruktur
Ada aturan ketat yang sistematis
Terencana
Objektif, tidak memihak
Pemikiran ilmiah
Focus pada pengetahuan tentang realitas


Riset merupakan proses penyelidikan secara hati-hati, sistematis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang cermat guna menetapkan suatu keputusan tepat. Menurut Henry Mannahein, riset dalam ilmu pengetahuan adalah "an inter-subjektive, accurate systematic analysis of determine of body empiri-call, in order to recurring relationship among phenomena" (Ruslan, 2003:4). Jadi, riset bertujuan menemukan hubungan di antara fenomena melalui analisi yang akurat dan sistematik terhadap data empiris. Ilmu pengetahuan dengan demikian bertujuan menjelaskan suatu fakta, dan memahami hubungan antar fakta.

KARAKTERISTIK METODE ILMIAH
Secara garis besar terdapat beberapa karakteristik metode ilmiah sebagai dasar lahirnya ilmu pengetahuan. Kelima karakteristik ini dikutip dari Wimmer dan Dominick (2000:11-13);

1.       Bersifat Publik
·         Tergantung pada informasi yang tersedia secara bebas.
·         Riset harus menginformasikan metode risetnya kepada yang lain.
·         Terbuka terhadap koreksi dan verifikasi
2.      Objektif
·         Aturan-aturan eksplisit dan prosedur mengikat penelitian.
·         Berhubungan dengan fakta-fakta daripada interpretasi
3.      Empirikal
·   Peneliti lebih memperhatikan pada dunia yang dapat diketahui atau yang secara potensial dapat diukur.
·         Menolak metalfisikal dan penjelasan-penjelasan yang nonsensical.
·         Konsep harus didefinisikan secara jelas.
·         Framing dan definisi operasional untuk memperjelas apa yang diteliti dan bagaimana menelitinya.
4.     Sistematik dan kumulatif
·         Riview literatur ilmiah
·         Konsistensi
5.     Prediktif
·         Memprediksi prilaku.
·         Kemampuan memprediksi fenomena atau peristiwa.

Jadi hakikat riset melalui metode ilmiah adalah upaya mengungkap realitas untuk mencari kebenaran secara objektif, empiris, sistematis, dan terorganisir. Hasil dari riset ini adalah menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Artinya riset adalah operasional dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah.

RISET DALAM PRAKTIK KOMUNIKASI

Riset memegang peran penting dalam praktik komunikasi. Proses komunikasi ditujukan untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Dengan demikian setelah bidang komunikasi baik itu hubungan masyarakat (human/public relations), periklanan (advertising), penyiaran (broadcasting), jurnalistik, dan lainnya dituntut untuk menciptakan komunikasi yang efektik agar tercapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi yang efektif mensyaratkan adanya pertukaran informasi (sharing of information) dan kesamaan makna (setala/in tune) antara komunikator dengan komunikan.

Banyak pakar yang memberikan batasan mengenai komunikasi yang efektif Tubbe dan Mosse (2000:9-13), dalam bukunya "Human Communication" memberikan komunikasi efektif, yaitu bila terjadi pengertian, menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap,  hubungan yang semaikn baik, dan perubahan prilaku. Bila dalam proses komunikasi terjadi khalayak merasa tidak mengerti akan apa yang dimaksud komunikator, maka telah terjadi kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication) Bila setelah komunikasi terjadi hubungan semakin renggang, maka telah terjadi kegagalan sekunder dalam proses komunikasi (secondary breakdown in communication). Komunikasi efektif bisa diartikan terjadi bila ada kesamaan antara kerangka berfikir (frame of reference) dan bidang pengalaman (field of experience) antara komunikator dengan komunikan.

Untuk dapat menciptakan komunikasi yang efektif maka harus dilakukan persiapan-persiapan secara matang terhadap seluruh komponen proses komunikasi, yaitu komunikator, pesan, saluran, komunikasi, komunikan, efek, umpan balik (feed back) bahkan factor gangguan (noise) yang mungkin terjadi. Dengan kata lain proses komunikasi yang akan dilakukan harus didahului pemeriksaan terhadap pertanyaan “who say what in which channel to whom with what effect” (siapa komunikatornya, apa pesannya, melalui media apa, sasarannya siapa, dan bagaimana efeknya pada sasaran). Itu semua adalah komponen-komponen komunikasi.

Di sinilah posisi riset. Upaya-upaya menyiapkan komponen-komponen komunikasi di atas harus didasari atas data empiris yang berisi derkripsi detail mengenai karakteristik masing-masing komponen. Data empiris ini tentunya hanya dapat diperoleh melalui kegiatan riset, sehingga keputusan yang diambil akan menceminlan situasi realitas yang akan dihadapi. Misalnya, komunikator yang kredibel di mata pendengar itu yang bagaimana; informasi apa yang cocok dan dibutuhkan khalayak; bagaimana umpan balik khalayak terhadap pesan yang disampaikan seorang public relations; apakah strategi creative sebuah iklan sesuai target sasaran; bagaimana profil pembaca suatu surat kabar yang akan mempengaruhi jenis informasi yang sesuai dengan pembaca; bagaimana citra perusahaan di mata publiknya setelah program-program public relations ditujukan dan lain sebagainya.

Selain itu, sebagai ilmuan atau praktisi komunikasi, kita dituntut selalu mengembangan khazanah ilmu kita melalui riset. Ilmu bersifat tentative, perlu pemikiran-pemikiran baru demi pengembangannya untuk kemaslahatan umat manusia. Semua ilmu pada dasarnya tidak lebih dari penyempurnaan pemikiran sehari-hari. Karena itu ilmu bersifat tidak sempurna, bersifat tentative (dapat didebat). Albert Einstein ilmuan besar fisika pernah mengatakan, “Otakku adalah labolatoriumku karena itu di mana dan kapanpun aku selalu menyatu dengannya dan terus menerus menyempurnakan hasil-hasil pemikiranku”.

Daftar Pustaka:
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising,  komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP

No comments:

Post a Comment

Silahkan baca dan share