ATRAKSI
INTERPERSONAL
Dean
C. Barlund ahli komunikasi interpersonal, menulis, “Mengetahui garis-garis
atraksi dan penghindaran dalam system social artinya mampu meramalkan dari mana
pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi
bagaimana pesan akan diterima.” (Barlund, 1968: 71) Hal ini berarti, dengan
mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat
meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin kita
tertarik kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan
dia. Kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang, kita
bisa sebut sebagai atraksi interpersonal. Ada beberapa factor-faktor penyebab
mengapa persona stimuli menarik kita, yaitu dfaktor personal dan factor
situasional yang dapat menentukan siapa tertarik kepada siapa. Yang menyebabkan
kepada anda boleh jadi sifat-sifat yang anda miliki (misalnya, anda cantik),
atau suasana emosional saya (misalnya, saya sedang kesepian).
Faktor-faktor
Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
1. Kesamaan
Karakteristik Personal
Orang
yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat
sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Reader dan English
mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian test kepribadian.
Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam
kepribadiannya.
Teori
Cognitive Consistency dari Fritz Heider menyatakan bahwa manusia selalu
berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan prilakunya. Menurutnya kita
cenderung menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan
kita, dan jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama
dengan kita.” Kita ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai,
supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Anda akan resah ketika orang yang
anda sukai menyukai apa yang anda benci. Theodore Newcomb (1956; 1961; 1963)
menelaah perkembangan persahabatan di antara mahasiswa yang tinggal di asrama
kampus selama dalam periode 15 minggu. Dengan mengetahui tingkat kesamaan
sikap, Newcomb berhasil meramalkan siapa yang akan tertarik kepada siapa.
Don
Byrne (1971) menunjukkan hubungan linear antara atraksi dengan kesamaan, dengan
menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme. Kesamaan sikap orang lain dengan
kita memperteguh kemampuan kita dalam menafsirkan realitas social.
2. Tekanan
Emosional
Bila
orang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau harus memikul tekanan
emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schacter (1959)
membuktikan pernyataan di atas dengan sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua
kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan
menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat
menyakitkan. Kepada kelompok kedua diberitahukan bahwa mereka akan mendapat
kejutan ringan saja. Schachter menemukan subjek pada kelompok pertama (kelompok
yang tingkat kecemasannya tinggi), 63 persen ingin menunggu bersama orang lain,
dan diantara subjek pada kelompok kedua hanya 33 persen yang memerlukan
sahabat. Schachter menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas (anxiety-producing
situstions) meningkatkan kebutuhan akan kasih saying.
3. Harga
Diri yang Rendah
Elaine
Walster membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam
penelitian tentang kepribadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum
eksperimen dimulai, subjek “secara kebetulan” (sebetulnya tidak) berjumpa
dengan seorang mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti. Terjadilah percakapan
sambil menunggu kedatangan peneliti. Si mahasiswa menunjukkan minat yang besar
pada masiswi itu. Mereka mengobrol selama 15 menit, dan sang perjaka berusaha
untuk mengajak berkencan. Setelah itu, subjek diberi tes kepribadian. Sebagian
subjek diberi penilaian yang positif (misalnya, kepribadian dewasa, orosinal
dan sensitive), setengahnya lagi diberi penilaian negative (misalnya belum
dewasa, antisosial, tidak memiliki bakat kepemimpinan). Maksud Walster,
sebagian ditinggikan harga dirinya, sebagian lagi direndahkan. Kemudian, mereka
diminta memberikan penilaian sejujur-jujurnya pada lima orang, termasuk
laki-laki yang mengajak mengobrol. Ternyata mahasiswi yang direndahkan harga
dirinya cenderung lebih menyenangi laki-laki itu. Menurut kesimpulan Walster,
bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain)
bertambah, dan ia makin responsive untuk menerima kasih saying orang lain.
4. Isolasi
Sosial
Beberapa
orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi social amat besar
pengaruhnya terhadap kesuksesan kita pada orang lain. Bagi orang yang
terisolasi, kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karema manusia cenderung
menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan, maka dalam konteks isolasi
social, kecenderungannya untuk menyenangi orang lain bertambah.
Elliot
Aronson (1972) mengembangkan Gain-Loss Theory (teori untung rugi) untuk
menjelaskan atraksi interpersonal. Menurut teori ini, pertambahan prilaku yang
menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada diri kita. Bila anda
disukai orang lain, anda dapat mendapat ganjaran dalam interaksi social.
Menurut teori ini, anda akan menyenangi orang itu lebih dalam daripada orang
yang kecintaannya kepada kita tiadk berubah – datar saja.
Factor-faktor
Situasional yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
1. Dayatarik
Fisik
Beberapa
penelitian telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab
utama atraksi personal. Kita senang pada orang-orang yang tampan atau cantik.
Mereka pada gilirannya, sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang.
Dalam
penelitiannya Harld Sigall dan Elliot Aronson. Mereka menyuruh seorang wanita
mewawancarai beberapa orang mahasiswa. Pada kelompok yang satu ia muncul
sebagai wanita yang cantik (karena memang ia cantik). Pada kelompok yang lain,
ia menampakkan diri sebagai wanita yang jelek (dengan make-up yang berhasil).
Setelah wawancara, subjek diberi penilaian tentang dirinya – ada yang baik ada
yang jelek. Menarik sekali, ketika ia tampak sebagai wanita cantik, penilaian
baik yang diberikannya menyebabkan subjek-subjek sangat menyenanginya, dan
penilaian jelek membuat mereka membencinya. Ini tidak terjadi ketika wanita itu
tampak jelek.
Beberapa
penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang dipandang cantik
dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang
dipandang jelek (Landy dan Sigall, 1874). Orang cantik atau tampan juga lebih
efektif dalam mempengarui pendapat orang lain (Haral, Naccari, dan Fatoullah,
1974).
2. Ganjaran
(Reward)
Kita
menyenangi orang yang memberika ganjaran kepada kita. Ganjaran itu dapat berupa
bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang mneingkatkan harga diri
kita. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang
yang memuji kita. Menurut teori pertukaran social (social exchange theory),
interaksi social adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan
interaksi bila laba lebih banyak dari biaya yang kita keluarkan.
3. Familiarity
Familiarity
artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Jika kita sering
berjumpa dengan seseorang – asal tidak ada hal-hal lain – kita akan
menyukainya. Robert B. Zajonc (1968) memperlihatkan foto-foto wajah pada
subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan, makin sering subjek melihat wajah
tertentu, ia makin menyukainya.
4. Kedekatan
Orang
cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan
lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan (Whyte, 1956), atau
diantara mahasiswa yang duduk berdampingan (Byrne dan Buehler, 1955).
5. Kemampuan
Kita
cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada
kita. Atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Orang-orang yang sukses dalam
bidang apapun – professional atau nonprofessional – umumnya mendapat simpati
orang banyak. Walaupun demikian, seperti factor-faktor atraksi lainnya, ada
beberapa situasi ketika kemampuan tidak menimbulkan atraksi interpersonal.
Aronson (!972: 212) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang
yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi
menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental:
(1) orang yang memiliki kemampuan tinggi
dan berbuat salah; (2) berkemampuan tinggi, tidak berbuat salah; (3) orang yang
memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; dan (4) orang yang berkemampuan
rata-rata dan tidak berbuat salah. Orang yang pertama dinilai paling menarik.
Orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah yang kedua dalam hal daya tarik. Dan
orang biasa yang tidak berbuat salah, menduduki urutan ketiga. Jadi jika anda
cerdas, tampan, dan serba bisa, usahakanlah agar anda jangan terlalu sempurna,
tunjukkan kelemahan anda. Sebab, kalau anda sempurna betul, anda bukan “man”
lagi, tapi “superman”.
Pengaruh
Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
1. Penafsiran
Pesan dan Penilaian
Kita
adalah makhluk emosional, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung
melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Jika kita
membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negative.
Komunikator yang dipandang menarik – karena kesamaan, kedekatan, daya tarik
fisik – lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan sikap.
Efran dan Patterson (1974) , menemukan bahwa calon
yang menarik secara fisik memperoleh suara tiga kali lebih banyak daripada
calon yang tidak menarik. Inilah yang menyebabkan fotografer, make-up men,
penyunting film, sibuk berada di belakang setiap pemilihan presiden di Amerika.
Mereka bukan saja mengabadikan peristiwa, tetapi juga berperan sebagai “image
builder” (pencipta citra).
2. Efektivitas
Komunikasi
Komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan anda, anda akan merasa gembira dan terbuka. Berkumpul
dengan orang-orang yang anda benci akan membuat anda tegang, resah, dan tidak
enak. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda ingin segera
mengakhiri komunikasi anda.
Dalam
pendidikan, atraksi interpersonal, telah diteliti pengaruhnya terhadap prestasi
akademis. Lott dan Lott (1966) menemukan bahwa murid-murid belajar bahasa
Spanyol lebih cepat bila bekerja sama dengan orang-orang yang mereka senangi.
Nelson dan Meadow (1971) membuktikan dengan eksperimen bahwa pasangan mahasiswa
yang mempunyai sikap yang sama membuat prestasi yang baik dalam mengerjakan
tugas-tugas mekanis dibandingkan dengan pasangan yang mempunyai sikap yang
berlainan.
HUBUNGAN
INTERPERSONAL
Setiap
kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi
pesan; kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal – bukan hanya
menentukan “content” tetapi juga “relationship”. Perhatikan kalimat-kalimat di
bawah ini. Isinya sama: menanyakan nama anda; tetapi kadar hubungan
interpersonal di dalamnya berbeda.
Sebutkan
nama kamu!
Siapa
nama anda?
Bolehkah saya tahu
siapa nama Bapak?
Sudi
kiranya Bapak berkenan menyebutkan nama Bapak!
Kalimat-kalimat
yang anda gunakan, sekali lagi, bukan hanya menyampaikan isi, tetapi juga
mendefinisikan hubungan interpersonal.
Pandangan
bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan Ruesch
dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan
komunikasi oleh Watzlawick, Beavin dan Jackson (1967) dengan buku mereka
Pragmatics of Human Communication. Mereka melahirkan istilah baru untuk
menunjukkan aspek hubungan dari pesan komunikasi ini – metakomunikasi.
Perlahan-lahan studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan pada
aspek relasional.
Arnold
P. Goldstein (1975) mengembangkan apa yang disebut sebagai
“relationship-enchancement methods” (metode peningkatan hubungan) dalam
psikoterapi. Ia merumuskan metode ini dengan tiga prinsip: makin baik hubungan
interpersonal, (1) makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya, (2) makin
cenderung ia meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya
(psikolog), dan (3) makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan
bertindak atas nasihat yang diberikan penolongnya. Dari segi psikologi komunikasi,
kita dapat menyetakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka
orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain
dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di
antara komunikan.
Teori-teori
Hubungan Interpersonal
1. Model
Pertukaran Sosialmodel
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagau suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelly, dua orang pemuka utama dari model ini,
menyimpulkan model pertukaran social sebagai berikut, “asumsi dasar yang
mendasar seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup
memuskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.” Ganjaran, biaya, laba, dan
tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.
a. Ganjaran,
ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran berupa uang, penerima social, atau dukungan terhadap nilai
yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan
yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
b. Biaya,
adalah akibat yang dinilai negative yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya
itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri
dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau
dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan.
c. Hasil
atau laba, adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam
suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia
akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.
d. Tingkat
perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria
dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat
berupa pengalama individu pada masa lalu atau alternative hubungan lain yang
terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan
interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis
pernah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan
mengukur ganjaran hubungan interpersonal dengan kawan pria lain berdasarkan
pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan
interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya – berarti –
makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal yang memuaskan.
2. Model
Peranan
Bila
modep pertukaran social memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi
dagang, model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang teah dibuat
masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak
sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntunan peranan (rols
demans), memiliki keterampilan peranan (role skills), dan terhindar dari
konflik peranan dan kerancuan peranan.
Ekspektasi
peranan mengacu kepada kejiwaan, tugas,
dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Guru berperan
sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi contoh yang baik bagi
murid-muridnya. Jenderal diharapkan berperan sebagai Pembina tentara yang
berani dan tegas. Guru yang berbuat jahat, jenderal yang takut kecoak, suami
yang memperbudak isterinya, tidak memenuhi ekspektasi peranan.
Tuntutan
peranan adalah desakan social yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang
telah dibebankan kepadanya. Desakan social dapat terwujud sebagai sanksi social
dan dikenakan bila individu menyimpang dari peranannya. Dalam hubungan
interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan kepada orang lain agar ia
melaksanakan perannya.
Konflik
peranan terjadi bila individu tiding sanggup mempertemukan berbagai tuntutan
peranan yang kontradiktif, misalnya seorang bapak yang berperan juga sebagai
polisi menangani perkara anaknya.
3. Model
Permainan
Model
ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964, 1972) yang menceritakannya dalam
buku Games People Play. Analisisnya kemudian dikenal dengan analisis
transaksional. Dalam model ini orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam
permainan, mendasari permainan ini adalah tiga bagian kpribadian manusia –
Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak (Parent, Adult, Child). Orang tua adalah aspek
kpribadian yang merupakan asumsi dan prilaku yang kita terima dari orang tua
kita atau orang lain kita anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian
dari kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan
situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan
pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang diambil
dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
Dalam
hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita,
(Orang Tua, Orang Dewasa, Anak), dan orang lain membalasnya dengan salah satu
aspek tersebut juga. Misalkan, satu hari saya sakit, saya demam dan ingin
meminta perhatian istri pada penderitaan saya (Ini kepribadian anak). Isteri
saya menyadari rasa sakit saya, dan ia mau merawat saya seperti seorang ibu
(Ini kepribadian orang tua). Hubungan interpersonal saya akan berlangsung baik.
Transaksi yang terjadi bersifat komplementer. Bila isteri saya tidak begitu
menghiraukan penyakit saya dan memberi saran, :pergilah ke dokter, aku sudah
bilang engkau kelelahan,” yang terjadi adalah transaksi silang (anak dibalas
dengan orang dewasa.
4. Model
interaksional
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu system. Setiap system
memiliki sifat-sifat structural, integrative, dan medan. Semua system terdiri
dari subsistem-subsistem yang saling
tergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Untuk memahami system,
kita harus melihat struktur. Selanjutnya, semua system mempunyai kecenderungan
untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium system
terganggu, segera akan diambil tindakannya. Dlam mempertahankan ekuilibrium,
system dan subsistem harus melakukan transaksi yang tepat dengan dengan
lingkungannya (medan).
Tahap-tahap
Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal berlangsung melewati itga tahap; tahap pembentukan hubungan,
peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan.
1. Pembentukan
Hubungan
Tahap ini sering
disebut tahap perkenalan (acquaintance process); diuraikan secara rinci oleh
Theodore Newcomb dalam The Acquaintance Process (1961), Donny Byrne dalam The
Attraction Paradigm (1971), dan Dalmas A. Taylor dalam Social Penetration: The
Development of Interpersonal Relationship (1973); di sini kita tidak akan
menguraikan proses ini secara rinci. Focus kita adalah pada proses penyampaian
dan penerimaan informasi dalam pembentukkan hubungan. Steve Duck (!976: 127)
menulis
(“…perkenalan adalah
proses komunikasi dimana individu mengirimkan (Secara sadar) atau menyampaikan
(kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur da nisi kepribadiannya
kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada
bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan.”)
Kalau perkenalan adalah
proses penyampaian informasi, informasi
semacam apakah yang disampaikan? Beberapa orang peneliti seperti Newcomb
(1961), Berger (1973), Zunin (1971), dan Duck (1976) setelah menemukan hal-hal
menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”,
ditandai usaha oleh kedua belah pihak untuk “menangkap” informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap,
dan nilai pihak yang lain. Bila mekera merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan
proses mengungkapkan diri, bila mereka berbeda, mereka akan berusaha
menyembunyikan dirinya. Hubungan interpersonal mungkin diakhiri. Proses saling
menilik ini disebut Newcomb sebagai “reciprocal scanning” (saling menyelidik).
Pada tahap ini informasi yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar mengenai
data demografis; usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga, dan
sebagainya.
No comments:
Post a Comment
Silahkan baca dan share