Home About
JIKA ADA YANG DITANYAKAN ATAU DATA YANG KALIAN BUTUHKAN, SILAHKAN BERKOMENTAR PADA MATERI TERSEBUT...TERIMAKASIH

Monday, 16 December 2019

Psikologi Komunikasi

ATRAKSI INTERPERSONAL
Dean C. Barlund ahli komunikasi interpersonal, menulis, “Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam system social artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima.” (Barlund, 1968: 71) Hal ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin kita tertarik kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang, kita bisa sebut sebagai atraksi interpersonal. Ada beberapa factor-faktor penyebab mengapa persona stimuli menarik kita, yaitu dfaktor personal dan factor situasional yang dapat menentukan siapa tertarik kepada siapa. Yang menyebabkan kepada anda boleh jadi sifat-sifat yang anda miliki (misalnya, anda cantik), atau suasana emosional saya (misalnya, saya sedang kesepian).
Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
1.     Kesamaan Karakteristik Personal
Orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian test kepribadian. Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.
Teori Cognitive Consistency dari Fritz Heider menyatakan bahwa manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan prilakunya. Menurutnya kita cenderung menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita.” Kita ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Anda akan resah ketika orang yang anda sukai menyukai apa yang anda benci. Theodore Newcomb (1956; 1961; 1963) menelaah perkembangan persahabatan di antara mahasiswa yang tinggal di asrama kampus selama dalam periode 15 minggu. Dengan mengetahui tingkat kesamaan sikap, Newcomb berhasil meramalkan siapa yang akan tertarik kepada siapa.
Don Byrne (1971) menunjukkan hubungan linear antara atraksi dengan kesamaan, dengan menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme. Kesamaan sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan kita dalam menafsirkan realitas social.
2.     Tekanan Emosional
Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau harus memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schacter (1959) membuktikan pernyataan di atas dengan sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua diberitahukan bahwa mereka akan mendapat kejutan ringan saja. Schachter menemukan subjek pada kelompok pertama (kelompok yang tingkat kecemasannya tinggi), 63 persen ingin menunggu bersama orang lain, dan diantara subjek pada kelompok kedua hanya 33 persen yang memerlukan sahabat. Schachter menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas (anxiety-producing situstions) meningkatkan kebutuhan akan kasih saying.
3.     Harga Diri yang Rendah
Elaine Walster membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam penelitian tentang kepribadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum eksperimen dimulai, subjek “secara kebetulan” (sebetulnya tidak) berjumpa dengan seorang mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti. Terjadilah percakapan sambil menunggu kedatangan peneliti. Si mahasiswa menunjukkan minat yang besar pada masiswi itu. Mereka mengobrol selama 15 menit, dan sang perjaka berusaha untuk mengajak berkencan. Setelah itu, subjek diberi tes kepribadian. Sebagian subjek diberi penilaian yang positif (misalnya, kepribadian dewasa, orosinal dan sensitive), setengahnya lagi diberi penilaian negative (misalnya belum dewasa, antisosial, tidak memiliki bakat kepemimpinan). Maksud Walster, sebagian ditinggikan harga dirinya, sebagian lagi direndahkan. Kemudian, mereka diminta memberikan penilaian sejujur-jujurnya pada lima orang, termasuk laki-laki yang mengajak mengobrol. Ternyata mahasiswi yang direndahkan harga dirinya cenderung lebih menyenangi laki-laki itu. Menurut kesimpulan Walster, bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsive untuk menerima kasih saying orang lain.
4.     Isolasi Sosial
Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi social amat besar pengaruhnya terhadap kesuksesan kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi, kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karema manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan, maka dalam konteks isolasi social, kecenderungannya untuk menyenangi orang lain bertambah.
Elliot Aronson (1972) mengembangkan Gain-Loss Theory (teori untung rugi) untuk menjelaskan atraksi interpersonal. Menurut teori ini, pertambahan prilaku yang menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada diri kita. Bila anda disukai orang lain, anda dapat mendapat ganjaran dalam interaksi social. Menurut teori ini, anda akan menyenangi orang itu lebih dalam daripada orang yang kecintaannya kepada kita tiadk berubah – datar saja.
Factor-faktor Situasional yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
1.     Dayatarik Fisik
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama atraksi personal. Kita senang pada orang-orang yang tampan atau cantik. Mereka pada gilirannya, sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang.
Dalam penelitiannya Harld Sigall dan Elliot Aronson. Mereka menyuruh seorang wanita mewawancarai beberapa orang mahasiswa. Pada kelompok yang satu ia muncul sebagai wanita yang cantik (karena memang ia cantik). Pada kelompok yang lain, ia menampakkan diri sebagai wanita yang jelek (dengan make-up yang berhasil). Setelah wawancara, subjek diberi penilaian tentang dirinya – ada yang baik ada yang jelek. Menarik sekali, ketika ia tampak sebagai wanita cantik, penilaian baik yang diberikannya menyebabkan subjek-subjek sangat menyenanginya, dan penilaian jelek membuat mereka membencinya. Ini tidak terjadi ketika wanita itu tampak jelek.
Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang dipandang cantik dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang dipandang jelek (Landy dan Sigall, 1874). Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengarui pendapat orang lain (Haral, Naccari, dan Fatoullah, 1974).
2.     Ganjaran (Reward)
Kita menyenangi orang yang memberika ganjaran kepada kita. Ganjaran itu dapat berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang mneingkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran social (social exchange theory), interaksi social adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya yang kita keluarkan.
3.     Familiarity
Familiarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Jika kita sering berjumpa dengan seseorang – asal tidak ada hal-hal lain – kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc (1968) memperlihatkan foto-foto wajah pada subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan, makin sering subjek melihat wajah tertentu, ia makin menyukainya.
4.     Kedekatan
Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan (Whyte, 1956), atau diantara mahasiswa yang duduk berdampingan (Byrne dan Buehler, 1955).
5.     Kemampuan
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kita. Atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Orang-orang yang sukses dalam bidang apapun – professional atau nonprofessional – umumnya mendapat simpati orang banyak. Walaupun demikian, seperti factor-faktor atraksi lainnya, ada beberapa situasi ketika kemampuan tidak menimbulkan atraksi interpersonal. Aronson (!972: 212) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental: (1)  orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah; (2) berkemampuan tinggi, tidak berbuat salah; (3) orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; dan (4) orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah. Orang yang pertama dinilai paling menarik. Orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah yang kedua dalam hal daya tarik. Dan orang biasa yang tidak berbuat salah, menduduki urutan ketiga. Jadi jika anda cerdas, tampan, dan serba bisa, usahakanlah agar anda jangan terlalu sempurna, tunjukkan kelemahan anda. Sebab, kalau anda sempurna betul, anda bukan “man” lagi, tapi “superman”.
Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
1.     Penafsiran Pesan dan Penilaian
Kita adalah makhluk emosional, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negative. Komunikator yang dipandang menarik – karena kesamaan, kedekatan, daya tarik fisik – lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan sikap.
Efran  dan Patterson (1974) , menemukan bahwa calon yang menarik secara fisik memperoleh suara tiga kali lebih banyak daripada calon yang tidak menarik. Inilah yang menyebabkan fotografer, make-up men, penyunting film, sibuk berada di belakang setiap pemilihan presiden di Amerika. Mereka bukan saja mengabadikan peristiwa, tetapi juga berperan sebagai “image builder” (pencipta citra).
2.     Efektivitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan anda, anda akan merasa gembira dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang anda benci akan membuat anda tegang, resah, dan tidak enak. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda ingin segera mengakhiri komunikasi anda.
Dalam pendidikan, atraksi interpersonal, telah diteliti pengaruhnya terhadap prestasi akademis. Lott dan Lott (1966) menemukan bahwa murid-murid belajar bahasa Spanyol lebih cepat bila bekerja sama dengan orang-orang yang mereka senangi. Nelson dan Meadow (1971) membuktikan dengan eksperimen bahwa pasangan mahasiswa yang mempunyai sikap yang sama membuat prestasi yang baik dalam mengerjakan tugas-tugas mekanis dibandingkan dengan pasangan yang mempunyai sikap yang berlainan.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan; kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal – bukan hanya menentukan “content” tetapi juga “relationship”. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. Isinya sama: menanyakan nama anda; tetapi kadar hubungan interpersonal di dalamnya berbeda.
            Sebutkan nama kamu!
            Siapa nama anda?
Bolehkah saya tahu siapa nama Bapak?
Sudi kiranya Bapak berkenan menyebutkan nama Bapak!
Kalimat-kalimat yang anda gunakan, sekali lagi, bukan hanya menyampaikan isi, tetapi juga mendefinisikan hubungan interpersonal.
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Watzlawick, Beavin dan Jackson (1967) dengan buku mereka Pragmatics of Human Communication. Mereka melahirkan istilah baru untuk menunjukkan aspek hubungan dari pesan komunikasi ini – metakomunikasi. Perlahan-lahan studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan pada aspek relasional.
Arnold P. Goldstein (1975) mengembangkan apa yang disebut sebagai “relationship-enchancement methods” (metode peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini dengan tiga prinsip: makin baik hubungan interpersonal, (1) makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya, (2) makin cenderung ia meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog), dan (3) makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasihat yang diberikan penolongnya. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyetakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan.
Teori-teori Hubungan Interpersonal
1.     Model Pertukaran Sosialmodel
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagau suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelly, dua orang pemuka utama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran social sebagai berikut, “asumsi dasar yang mendasar seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup memuskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.” Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.
a.      Ganjaran, ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerima social, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
b.     Biaya, adalah akibat yang dinilai negative yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan.
c.      Hasil atau laba, adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.
d.     Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalama individu pada masa lalu atau alternative hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur ganjaran hubungan interpersonal dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya – berarti – makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal yang memuaskan.
2.     Model Peranan
Bila modep pertukaran social memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang teah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntunan peranan (rols demans), memiliki keterampilan peranan (role skills), dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
Ekspektasi peranan mengacu kepada  kejiwaan, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Guru berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Jenderal diharapkan berperan sebagai Pembina tentara yang berani dan tegas. Guru yang berbuat jahat, jenderal yang takut kecoak, suami yang memperbudak isterinya, tidak memenuhi ekspektasi peranan.
Tuntutan peranan adalah desakan social yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Desakan social dapat terwujud sebagai sanksi social dan dikenakan bila individu menyimpang dari peranannya. Dalam hubungan interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan kepada orang lain agar ia melaksanakan perannya.
Konflik peranan terjadi bila individu tiding sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif, misalnya seorang bapak yang berperan juga sebagai polisi menangani perkara anaknya.
3.     Model Permainan
Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964, 1972) yang menceritakannya dalam buku Games People Play. Analisisnya kemudian dikenal dengan analisis transaksional. Dalam model ini orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan, mendasari permainan ini adalah tiga bagian kpribadian manusia – Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak (Parent, Adult, Child). Orang tua adalah aspek kpribadian yang merupakan asumsi dan prilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang lain kita anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian dari kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita, (Orang Tua, Orang Dewasa, Anak), dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga. Misalkan, satu hari saya sakit, saya demam dan ingin meminta perhatian istri pada penderitaan saya (Ini kepribadian anak). Isteri saya menyadari rasa sakit saya, dan ia mau merawat saya seperti seorang ibu (Ini kepribadian orang tua). Hubungan interpersonal saya akan berlangsung baik. Transaksi yang terjadi bersifat komplementer. Bila isteri saya tidak begitu menghiraukan penyakit saya dan memberi saran, :pergilah ke dokter, aku sudah bilang engkau kelelahan,” yang terjadi adalah transaksi silang (anak dibalas dengan orang dewasa.
4.     Model interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu system. Setiap system memiliki sifat-sifat structural, integrative, dan medan. Semua system terdiri dari  subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Untuk memahami system, kita harus melihat struktur. Selanjutnya, semua system mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium system terganggu, segera akan diambil tindakannya. Dlam mempertahankan ekuilibrium, system dan subsistem harus melakukan transaksi yang tepat dengan dengan lingkungannya (medan).

Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal berlangsung melewati itga tahap; tahap pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan.
1.     Pembentukan Hubungan
Tahap ini sering disebut tahap perkenalan (acquaintance process); diuraikan secara rinci oleh Theodore Newcomb dalam The Acquaintance Process (1961), Donny Byrne dalam The Attraction Paradigm (1971), dan Dalmas A. Taylor dalam Social Penetration: The Development of Interpersonal Relationship (1973); di sini kita tidak akan menguraikan proses ini secara rinci. Focus kita adalah pada proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukkan hubungan. Steve Duck (!976: 127) menulis
(“…perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (Secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur da nisi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan.”)
Kalau perkenalan adalah proses penyampaian  informasi, informasi semacam apakah yang disampaikan? Beberapa orang peneliti seperti Newcomb (1961), Berger (1973), Zunin (1971), dan Duck (1976) setelah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai usaha oleh kedua belah pihak untuk “menangkap” informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Bila mekera merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri, bila mereka berbeda, mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya. Hubungan interpersonal mungkin diakhiri. Proses saling menilik ini disebut Newcomb sebagai “reciprocal scanning” (saling menyelidik). Pada tahap ini informasi yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar mengenai data demografis; usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga, dan sebagainya.



No comments:

Post a Comment

Silahkan baca dan share