Home About
JIKA ADA YANG DITANYAKAN ATAU DATA YANG KALIAN BUTUHKAN, SILAHKAN BERKOMENTAR PADA MATERI TERSEBUT...TERIMAKASIH

Sunday, 20 January 2013

Teori Disonansi Kognitif


Pencetus          : Leon festinger
Isi teori            : Perasaan yang tidak seimbang ini sebagai disonansi kognitif; hal ini merupakan perasaan yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui  atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang. Teori ini menyatakan ketika orang menerima informasi (rangsang) pikiran mereka mengaturnya menjadi sebuah pola dengan rangsang lainnya yang telah diterima sebelumnya. Jikalau rangsangan baru tersebut tidak pas dengan pola yang ada atau tidak konsisten orang tersebut kemudian merasakan ketidaknyamanan. Disonansi adalah sebuah perasaan yang tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu.
Elemen:
Konsonan (consonant), disonansi (dissoanant), atau tidak relevan (irrelevan). Hubungan konsonan (consonant relationship) ada antara dua elemen ketika dua elemen tersebut pada posisi seimbang satu sama lain. Jika anda yakin, misalnya, bahwa kesehatan dan kebugaran adalah tujuan yang penting dan anda berolahraga sebanyak tiga sampai lima kali dalam seminggu, maka keyakinan anda mengenai kesahatan dan perilaku anda sendiri akan memiliki hubungan yang konsonan antara satu sama lain. Hubungan disonansi (dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya tidak seimbang satu dengan lainnya. Contoh dari hubungan disonan antarelemen adalah seorang penganut katolik yang mendukung hak perempuan untuk memilih melakukan aborsi. Dalam kasus ini, keyakinan keagamaan orang itu berkonflik dengan keyakinan politiknya mengenai aborsi.
Hubungan tidak relevan (irrelevan relationship) ada ketika elemen-elemen tidakmengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain.
Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan Festinger bahwa ketidaknyaman yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan.
Asumsi-asumsi:
1.      Manusia memiliki hasrat akan adanya konsisten pada keyakinan, sikap, dan prilakunya.
Di dalam teori ini kita akna mengkonseptualisasi sifat dasar manusia yang serupa. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka, sebaliknnya merka konsistensi.
Penjelasan: menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adalnya stabilitas dan konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka akan mencari konsistensi.
2.      Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis
Asumsi ini berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis (dibandingkan tidak konsisten secara logis) satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.
3.      Disonansi adalah perasan yang tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
Teori ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologi disonansi yang tercipta menimbulkan perasaan tidak suka, dan seseorang tidak senang dengan perasaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman. Penjelasan: menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi tercipta menimbulkan perasan tidak suka. Jadi orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman
4.      Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi.
Penjelasan: untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia yang membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencari konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten
5.      Asumsi akhir bahwa teori ini mengasumsikan bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan memotivasi ornag untuk menghindari situasi orang yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.

No comments:

Post a Comment

Silahkan baca dan share