Pencetus : Leon festinger
Isi
teori : Perasaan yang tidak
seimbang ini sebagai disonansi kognitif; hal ini merupakan perasaan yang
dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu
yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui atau
mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang. Teori ini menyatakan
ketika orang menerima informasi (rangsang) pikiran mereka mengaturnya menjadi
sebuah pola dengan rangsang lainnya yang telah diterima sebelumnya. Jikalau
rangsangan baru tersebut tidak pas dengan pola yang ada atau tidak konsisten
orang tersebut kemudian merasakan ketidaknyamanan. Disonansi adalah sebuah
perasaan yang tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi
mengurangi ketidaknyamanan itu.
Elemen:
Konsonan (consonant), disonansi (dissoanant), atau
tidak relevan (irrelevan). Hubungan konsonan (consonant
relationship) ada antara dua elemen ketika dua elemen tersebut pada posisi
seimbang satu sama lain. Jika anda yakin, misalnya, bahwa kesehatan dan
kebugaran adalah tujuan yang penting dan anda berolahraga sebanyak tiga sampai
lima kali dalam seminggu, maka keyakinan anda mengenai kesahatan dan perilaku
anda sendiri akan memiliki hubungan yang konsonan antara satu sama lain.
Hubungan disonansi (dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya tidak
seimbang satu dengan lainnya. Contoh dari hubungan disonan antarelemen adalah
seorang penganut katolik yang mendukung hak perempuan untuk memilih melakukan
aborsi. Dalam kasus ini, keyakinan keagamaan orang itu berkonflik dengan
keyakinan politiknya mengenai aborsi.
Hubungan tidak relevan (irrelevan relationship) ada ketika elemen-elemen tidakmengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain. Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan Festinger bahwa ketidaknyaman yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan.
Hubungan tidak relevan (irrelevan relationship) ada ketika elemen-elemen tidakmengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain. Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan Festinger bahwa ketidaknyaman yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan.
Asumsi-asumsi:
1. Manusia
memiliki hasrat akan adanya konsisten pada keyakinan, sikap, dan prilakunya.
Di
dalam teori ini kita akna mengkonseptualisasi sifat dasar manusia yang serupa.
Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam
pikiran dan keyakinan mereka, sebaliknnya merka konsistensi.
Penjelasan:
menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan
adalnya stabilitas dan konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan
menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka
akan mencari konsistensi.
2. Disonansi
diciptakan oleh inkonsistensi psikologis
Asumsi
ini berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini
merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara
psikologis (dibandingkan tidak konsisten secara logis) satu dengan lainnya
untuk menimbulkan disonansi kognitif.
3. Disonansi
adalah perasan yang tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan
tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
Teori
ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologi disonansi
yang tercipta menimbulkan perasaan tidak suka, dan seseorang tidak senang
dengan perasaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman. Penjelasan: menyatakan
bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi tercipta
menimbulkan perasan tidak suka. Jadi orang tidak senang berada dalam keadaan
disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman
4. Disonansi
akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi
disonansi.
Penjelasan:
untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari
situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia
yang membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencari konsistensi
psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh kondisi
ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten
5. Asumsi
akhir bahwa teori ini mengasumsikan bahwa rangsangan yang diciptakan oleh
disonansi akan memotivasi ornag untuk menghindari situasi orang yang menciptakan
inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.
No comments:
Post a Comment
Silahkan baca dan share