Home About
JIKA ADA YANG DITANYAKAN ATAU DATA YANG KALIAN BUTUHKAN, SILAHKAN BERKOMENTAR PADA MATERI TERSEBUT...TERIMAKASIH

Sunday, 15 December 2019

Planning Kampanye Komunikasi

1.     Profil PDI-P
Nama Partai                   : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Ketua Umum Partai       : Megawati Soekarnoputri sejak tahun 1999
Sekretaris Jenderal        : Tjahjo Kumolo
Didirikan                         : sejak tahun 1999
Kantor Pusat                  : Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Ideologi                          : Marhaenisme
Kursi di DPR (2009)       : 95/560          
Situs WEB                     : http://www.pdiperjuangan.or.id/
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) adalah sebuah partai politik di Indonesia. Lahirnya PDI-P dapat dikaitkan dengan peristiwa 27 Juli 1996. Hasil dari peristiwa ini adalah tampilnya Megawati Soekarnoputri di kancah perpolitikan nasional. Walaupun sebelum peristiwa ini Megawati tercatat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia dan anggota Komisi I DPR, namun setelah peristiwa inilah, namanya dikenal di seluruh Indonesia. Setelah dibukanya kehidupan kepartaian politik oleh Presiden Habibie, untuk menyongsong Pemilu 1999, PDI-P didirikan. Dalam Pemilu ini, PDI-P memperoleh peringkat pertama untuk suara DPR dengan memperoleh 151 kursi. Walaupun demikian, PDI-P gagal membawa Megawati ke kursi kepresidenan, karena kalah voting dalam Sidang Umum MPR 1999 dari Abdurrahman Wahid, dan oleh karenanya Megawati menduduki kursi wakil presiden. Setelah Abdurrahman Wahid turun dari jabatan presiden pada tahun 2001, PDI-P berhasil menempatkan Megawati ke kursi presiden. Dalam Pemilu Legislatif 2004, perolehan suara PDI-P turun ke peringkat kedua, dengan 109 kursi. Untuk Pemilu Presiden 2004, PDI-P kembali mencalonkan Megawati sebagai calon presiden, berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi sebagai calon wakil presiden.


2.     Visi dan Misi Partai PDI-P
         Visi Partai adalah keadaan pada masa depan yang diidamkan oleh Partai, dan oleh karena itu menjadi arah bagi perjuangan Partai.
Berdasarkan amanat pasal 6 Anggaran Dasar Partai PDI Perjuangan adalah :
1.     Terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2.     Terwujudnya masyarakat Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis adil dan makmur
         Misi Partai adalah muatan hidup yang diemban oleh partai, sekaligus menjadi dasar pemikiran atas keberlangsungan eksistensi Partai, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 7,8 dan 9 Anggaran Dasar Partai, yaitu :
1.     Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah kebijakan politik Partai.
2.     Memperjuangkan kebijakan politik Partai menjadi kebijakan politik penyelenggaraan Negara.
3.     Menghimpun, membangun dan menggerakkan kekuatan Rakyat guna membangun masyarakat Pancasila.
4.     Menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi Rakyat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara.
5.     Memperjuangkan kepentingan Rakyat dibidang ekonomi, social dan budaya secara demokratis.
6.     Berjuang mendapatkan kekuatan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.
7.     Membentuk dan membangun karakter bangsa.
8.     Mendidik dan mencerdaskan Rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
9.     Melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga Negara.
10.  Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
11.  Melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
12.  Mempersiapkan kader Partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan public melalui mekanisme demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan jender dan
13.  Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan Negara, agar terwujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
14.  Seperti partai politik lainnya, PDIP memiliki sayap-sayap partai untuk dapat mengakomodasi aspirasi dari berbagai kalangan masyarakat. Misalkan Baitul Muslimin, Relawan Perjuangan Demokrasi (Rapdem), enteng Muda Indonesia (BMI), Taruna Merah Putih
3.     Masa Jaya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
Selama rezim Orde Baru mencengkeramkan taring kekuasaannya, PDI lebih banyak berperan sebagai ‘boneka politik’ penguasa. Sehingga, tidak ada agenda politik yang sepenuhnya autentik, yang lahir sebagai platform PDI. Sampai pada puncak eskalasi kegundahan yang muncul dari para pewaris nasionalisme Soekarno, meletuslah tragedi 27 Juli 1996. Ketika itu kantor DPP PDI diserbu oleh ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih. Tragedi ini juga menjadi momentum bersejarah yang penting, untuk dijadikan wahana belajar bagi partai pemenang Pemilu 1999 ini. Peristiwa berdarah tersebut menyebabkan lima orang tewas, 149 orang (sipil maupun aparat) luka-luka, dan 136 orang ditahan. Namun, sampai saat ini, pengusutan peristiwa berdarah 27 Juli 1996 selalu kandas di tataran politis DPR. Hal ini disebabkan masih adanya upaya untuk melindungi rezim Orde Baru (Orba).
Hasil dari tragedi 27 Juli tersebut adalah tampilnya Megawati Soekarnoputri di kancah perpolitikan nasional. Walaupun sebelum peristiwa ini Megawati tercatat sebagai ketua Umum PDI dan anggota Komisi I DPR, setelah peristiwa inilah, namanya dikenal di seluruh Indonesia. PDI Perjuangan pun tidak bisa dilepaskan dari nama Megawati Soekarnoputri, sebagai public figure yang mampu menjadi magnet bagi rakyat. Sebagaimana keberadaan Gusdur bagi PKB, Amien Rais bagi PAN, atau SBY bagi Partai Demokrat. Setelah kejadian tersebut, namanya pun semakin dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nama PDIP semakin menggema di negeri ini, terutama ketika menjelang pemilu tahun 1999. Karena di tahun tersebut, PDI berubah nama menjadi PDI-P dan partai ini pun siap menghadapi pemilu pertamanya. Hal ini membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikannya sebagai pemenang pemilu dan berhasil menempatkan ratusan kadernya di parlemen. Dalam perjalanannya, sang ketua umum yakni Megawati sebagai Wakil Presiden mendampingi KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang terpilih di dalam sidang Paripurna MPR sebagai Presiden RI ke-4.
PDI Perjuangan, Megawati, dan Soekarno adalah satu ruh yang menyatu, tidak bisa dilepaskan satu sama lainnya. Di mata bayangan simpatisannya, popularitas Megawati tidak lepas dari darah dan ideologi Soekarno. Dalam artian, kebesaran PDIP memiliki akar geneologis dengan Soekarno. Konstituen PDIP adalah kaum nasionalis sekuler, Islam abangan, serta kaum Marhein yang merindukan kepemimpinan kharismatik gaya Soekarno.
4.     Sejarah Singkat PDI-P
Sejarah PDI sendiri berawal dari penggabungan atau fusi dari 5 parpol, yakni PNI, Parkindo, Partai katolik, Murba dan IPKI. Kelimanya memiliki latar belakang, basis sosial, ideologi dan sejarah perkembangan yang berbeda. Fusi dilakukan ketika diselenggarakannya Kongres Serindo I di Kediri, 29 Januari - 1 Febuari 1946. Sumber dukungan pedesaan ini terutama bertumpu pada elit desa (para pamong dan lurah) dan juga birokrasi pemerintahan. Partai ini adalah partai massa bukan partai kader atau partai program karenanya massa aksi menjadi salah satu alat politik penting. Fusi lima parpol berlangsung pada 10 Januari 1973 yang kini dirayakan sebagai hari ulang tahun PDI Perjuangan. Proses ke arah fusi merupakan inisiatif presiden yang diwujudkan dalam bentuk rangkaian konsultasi antara presiden dengan para tokoh parpol. Konsultasi pertama dilakukan secara kolektif dengan tokoh-tokoh dari 9 parpol pada 7 Januari 1970.
Dalam kesempatan ini Presiden melontarkan gagasan pengelompokan parpol ke dalam dua kelompok, masing-masing menekankan pada aspek materiil dan spirituil. Dengannya, akan terbentuk dua kelompok, materiil-spirituil dan spirituil-materiil. Dalam pertemuan ini juga terungkap bahwa ide tersebut berkaitan dengan keinginan Presiden untuk menciptakan stabilitas yang disebutkan sebagai "tanggung-jawab bersama", terutama untuk meredam konflik menjelang pemilu 1971.
Dan periode terakhir, dari 1981 hingga 1986, dikenal sebagai masa re-unifikasi. Melalui periode ketiga inilah, PDI memulai untuk kembali menyatukan unsur-unsur partai yang selama ini berkonflik sekaligus mulai memantapkan Pancasila sebagai ideologi partai. Oleh karena itu persatuan internal partai menjadi fokus penting PDI ketimbang bersikap keras pada pemerintah. PDI bahkan membuat 4 komitmen yang  terkesan pro pemerintah, yaitu komitmen terhadap Orde Baru, pengakuan atas dwifungsi ABRI, penyatuan diri dengan kepemimpinan nasional, serta partisipasi aktif dalam pembangunan nasional. Namun akhirnya, reunifikasi parpol kembali menemui kegagalan. Lagi-lagi hal tersebut disebabkan oleh konflik internal terkait pemberian  sikap terhadap politik Orde Baru.

5. Tragedi 27 Juli 1996

        Pasca peristiwa 27 Juli, Megawati beserta jajaran pengurusnya masih tetap eksis walaupun dengan berpindah-pindah kantor dan aktivitas yang dilakukan dibawah pantauan Pemerintah. Pada Pemilu 1997 Megawati melalui Pesan Hariannya menyatakan bahwa PDI dibawah pimpinannya tidak ikut kampanye atas nama PDI. Pemilu 1997 diikuti oleh PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan hasil Pemilu menunjukan kuatnya dukungan warga PDI kepada Megawati karena hasil Pemilu PDI merosot tajam dan hanya berhasil meraih 11 kursi DPR.

         Seiring perjalanannya PDI terus bongkar pasang dalam struktur pimpinan. Sampai pada suatu kepemimpinan Soerjadi yang saat itu dikecam oleh pemerintah di masa orde baru. Kehendak penguasa untuk mengakhiri karier Soerjadi sudah bulat. Sejumlah "dosa politiknya" terhadap Orba mengharuskan ia dikubur, sama dengan para senior sebelumnya. Kongres Medan dipersiapkan untuk itu. Tapi, Soerjadi memutuskan untuk mencoba melawan. Akibatnya, "aklamasi" bagi kembali berkuasanya Soerjadi dilakukan tubuh ini. Tapi ini melahirkan penentangan luas, apalagi kehendak penguasa memang bergerak ke arah itu. Kontroversi yang terus berlangsung akhirnya ditemukan jalan keluarnya lewat penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya. Perjalanan KLB Surabaya memunculkan figur baru yang lebih mengancam kelangsungan Orba yakni Megawati Soekarnoputri. Karenanya, segala kemungkinan cara akhirnya ditempuh penguasa untuk menghalangi kemunculan figur ini. Tetapi tekad arus bawah, dukungan publik dan media, serta konsistensi sikap membawa kemenangan de facto bagi Megawati untuk memimpin DPP. Keputusan KLB sudah tentu ditolak penguasa. Kekuatan-kekuatan rezim yang berada dalam parpol terus dimobilisasi untuk menggagalkan hal ini. Tapi hasilnya sangat mengcewakan rezim. Akhirnya, lewat proses Munas di Jakarta, penguasa dengan terpaksa harus mengakui legalitas formal Mega sebagai pimpinan baru.

       Tapi ini tidak membuat penguasa berputus asa. Segala jalan tetap ditempuh untuk menyudahi perannya, apalagi tanda-tanda bahwa PDI akan menjadi kekuatan sangat berpengaruh mulai jelas tampak di bawah kepemimpinan Megawati. Mencari figur untuk "mengimbangi" Mega dalam pengaruh di arus bawah bukan pekerjaan mudah. Sejumlah tokoh senior partai seperti Budi Hardjono sudah coba diplot. Tapi hasilnya tetap mengecewakan. Dalam kepanikan inilah figur Soerjadi kembali dilirik.

          Soerjadi memiliki keunggulan. Ia sempat membangun jaringan struktur partai yang cukup solid hingga ke daerah-daerah. Kekuatan inilah yang akhirnya dipakai. Dan Soerjadi sepakat pada ide ini. Dalam konteks inilah, sebuah persekongkolan dibangun. Muncul tuntutan dari daerah-daerah untuk menyelenggarakan KLB guna mengakhiri kepemimpinan Mega. Dan ini harus segera karena Pemilu akan digelar. Untuk itu semua jaringan institusi teritorial tentara dan birokrasi daerah diperintahkan untuk sepenuhnya berada di balik gagasan KLB. Teror, intimidasi, iming-iming dan masih banyak lagi langkah disiapkan di daerah-daerah. Sementara di tingkat DPP lebih dari sebagian anggota DPP digarap. Hasilnya adalah KLB. Tapi ini justru melahirkan penentangan lebih luas. Arus bawah, media, pengamat dan berbagai komponen lainnya melakukan perlawanan serentak. Hasil akhirnya adalah DPP kembar.

        Di tingkat Jakarta dan daerah, perlawanan kolektif yang melibatkan elemen lebih luas, termasuk LSM, terhadap hasil KLB muncul secara konsisten. Di tengah-tengah keputusasaan ini, cara kekerasan dijadikan pilihan oleh penguasa. Hasilnya adalah Peristiwa 27 Juli 1996 yang memakan korban jiwa dan harta benda yang besar. Peristiwa ini melahirkan kehebohan politik maha besar, bahkan hingga ke dunia internasional. Mega dan PDI dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Godaan untuk melakukan perlawanan masif terbuka, apalagi dukungan rakyat demikian kongkrit. Tetapi akhirnya Mega memutuskan untuk menggunakan instrumen legal untuk menyudahi kasus ini. Munculah TPDI yang secara konsisten menguasai dan sekaligus mendikte opini publik.
6.    Bangkitnya Megawati dan PDI Perjuangan
         Terjunnya sosok Megawati dalam perpolitikan dimulai pada tahun 1986 ketika ia menjadi wakil ketua PDI cabang Jakarta Pusat. Perjalanan politik Megawati sendiri terus melesat ketika ia terpilih sebagai Ketua Umum PDI melalui Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya tahun 1993.  Hal ini tentu saja menjadi ancaman bagi pemerintah Orde Baru.
         Adalah Soerjadi, tokoh PDI yang dulunya pernah dibuang oleh Orde Baru kini dimunculkan kembali untuk menjadi pesaing bagi kedudukan Megawati. Hingga akhirnya pada tahun 1996, melalui Kongres Luar Biasa PDI di Medan, Soerjadi terpilih menjadi Ketua Umum PDI.  Megawati tidak mengakui adanya Kongres Medan tersebut. Sehingga lagi-lagi konflik internal partai kembali mencuat. Mega dan para pendukungnya bersikeras untuk tetap menduduki kantor DPP PDI. Di sisi lain, Soerjadi yang dilindungi pemerintah Orde Baru terus mengancam pihak Mega untuk segera meninggalkan kantor tersebut.
         Hingga pecahlah peristiwa yang dikenal sebagai Sabtu Kelabu, tertanggal 27 Juli 1996. Pada saat itu massa pendukung Soerjadi bergerak menyerang massa pendukung Mega yang bertahan di kantor DPP yang terletak di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat. Dari peristiwa ini banyak korban jiwa dan harta benda yang berjatuhan. Terlebih lagi, peristiwa ini sendiri akhirnya terus meluas ke daerah-daerah lain.
         Menindaklanjuti peristiwa ini Megawati memilih untuk membawanya ke jalur hukum. Namun jalur hukum sendiri tidak membawa titik terang bagi penyelesaian peristiwa ini. PDI sendiri kini benar-benar terbelah menjadi dua. Di satu sisi ada PDI yang diakui oleh pemerintah Orde Baru dengan sosok Soerjadi sebagai pimpinannya, namun di sisi lain akar rumput PDI sendiri lebih mengakui Megawati sebagai pemimpinnya.
         Memasuki Pemilu 1997, PDI di bawah kepemimpinan Soerjadi mengalami kemerosotan suara. Hal ini menandakan keberpihakan massa PDI yang lebih nyata terhadap Megawati ketimbang Soerjadi. Maka tidak mengherankan apabila timbul sebutan “PDI Mega” yang ditujukan untuk Mega dan para pendukungnya. Di sisi lain, tuntutan akan penumbangan Orde Baru semakin bergejolak. Berbagai peristiwa terjadi, dimulai dari kemerosotan ekonomi hingga efeknya yang menimbulkan berbagai kerusuhan sosial. Hingga pada akhirnya Orde Baru benar-benar tumbang di tahun 1998.


         Di luar perhitungan penguasa, peristiwa kelabu 27 Juli justru berbalik menjadi titik awal kebangkitan perlawanan masif terhadap Orba. Dan ini dibuktikan dengan jelas dari meluasnya aksi perlawanan terhadap Orba dan hilang totalnya suara PDI Soerjadi dalam Pemilu 1997. Hal ini tidak terlepas dari keluarnya "Perintah Harian Ketua Umum", yang sekalipun sangat terselubung karena hanya menegaskan akan absen dalam menggunakan hak pilihnya merupakan seruan bagi boikot politik yang terbukti sangat efektif. Saat itulah PDI resmi berganti nama menjadi PDI Perjuangan. Simbol partai yang awalnya hanya berlambang kepala banteng di dalam bentuk segi lima berubah menjadi lambang banteng di dalam lingkaran.

        Tahun 1998 membawa angin segar bagi PDI dibawah kepemimpinan Megawati. Di tengah besarnya keinginan masyarakat untuk melakukan reformasi politik, PDI dibawah kepemimpinan Megawati kian berkibar. Pasca Lengsernya Soeharto, dukungan terhadap PDI dibawah kepemimpinan Megawati semakin kuat, sorotan kepada PDI bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.Pada tanggal 8-10 Oktober 1998, PDI dibawah kepemimpinan Megawati menyelenggarakan Kongres V PDI yang berlangsung di Denpasar Bali. Kongres ini berlangsung secara demokratis dan dihadiri oleh para duta besar negara sahabat. Kongres ini disebut dengan "Kongres Rakyat". Karena selama kegiatan Kongres berlangsung dari mulai acara pembukaan yang diselenggarakan di lapangan Kapten Japa, Denpasar sampai acara penutupan Kongres, jalan-jalan selalu ramai dipadati warga masyarakat yang antusias mengikuti jalannya Kongres tersebut. Di dalam Kongres V PDI, Megawati Soekarnoputri terpilih kembali menjadi Ketua Umum DPP PDI periode 1998-2003 secara aklamasi. Didalam Kongres tersebut, Megawati diberi kewenangan khusus untuk mengambil langkah-langkah organisatoris dalam rangka eksistensi partai, NKRI dan UUD 1945, kewenangan tersebut dimasukan di dalam AD-ART PDI. Meskipun pemerintahan sudah berganti, namun yang diakui oleh Pemerintah adalah masih tetap PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan Buttu Hutapea. Oleh karenanya agar dapat mengikuti Pemilu tahun 1999, Megawati mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada tanggal 1 Februari 1999 yang disahkan oleh Notaris Rakhmat Syamsul Rizal, kemudian dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 1999 di Istoran Senayan Jakarta. 

         Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam perjalananya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH Abdurahman Wahid yang terpilih didalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia Ke - 4.

7. Kampanye Mega-Bintang di Pemilu 1997

          Masih di tahun yang sama, Megawati pernah membantu kampanye Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat itu ditengah kampanye dialogis yang membosankan, arak-arakan PPP menampilakan aliansi baru yakni "Mega-Bintang". Bentuk dukungan ini bisa dikatakan sebagai simbiosis mutualisme, karena keduanya memiliki keuntungan. Dua wilayah PPP mencalonkan Megawati sebagai calon presiden. Lalu mungkinkah pendukung Megawati menyalurkan suaranya untuk PPP?, dan jawabannya adalah iya.

         Dalam kampanye PPP, yang diarak-arak tidak hanya lambang bintang saja tapi juga atribut-atribut bergambar Megawati. Padahal sebelumnya putri dari proklamator ini telah menyatakan tidak ambil bagian dalam kampanye, tapi namanya terus dielu-elukan di panggung kampanye. Suasana kampenye pun semakin panas, bahkan tak jarang dari massa yang tampak memegang kartu pengenal yang bergambar Megawati dan dibaliknya ada logo bintang.

       Tidak hanya itu, dari atas truk yang padat sejumlah anak muda berseragam hijau-hijau terus berteriak, "Mega-bintang.... Mega-bintang.... hidup Mega.... hidup bintang". Selain meneriakkan yel-yel dukungan untuk Mega, massa juga membawa dan menempelkan gambar putri Bung Karno itu di mobil-mobil. Kampanye itu seperti menandai kebangkitan PPP di Jakarta. Selain itu, kampanye tersebut juga diramaikan oleh massa yang mengelu-elukan Megawati Soekarno Putri.

       Mengapa isu Mega-Bintang muncul? Mungkin ini semacam "sambutan" pihak PDI Pro Megawati yang biasa disebut pers sebagai PDI Perjuangan atas pencalonan Megawati sebagai presiden RI oleh PPP Solo dan Samarinda. Bahkan, PPP Samarinda pada 8 Mei lalu mencalonkan dua tokoh sekaligus sebagai calon presiden RI : Megawati dan Buya Ismail Hasan Metareum. PPP Solo memajukan Megawati sebagai presiden RI pada tanggal 2 Mei 1997 lalu.

     Faktor lain munculnya Mega-Bintang tentulah "kesumpekan" para pendukung Megawati terhadap kondisi Partai Banteng yang kini dipimpin Soerjadi. Mereka benar-benar seperti kehilangan arah. Karena, Mega sampai kini belum lagi memberikan semacam "dawuh" tentang apa yang harus dikerjakan pendukungnya.
8.     Lambang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan


Berikut adalah lambang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berupa gambar banteng hitam bermoncong putih dengan latar merah di dalam lingkaran bergaris hitam dan putih. Banteng dengan tanduk yang kekar melambangkan kekuatan rakyat dan selalu memperjuangkan kepentingan rakyat. Warna dasar merah melambangkan berani mengambil resiko dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran untuk rakyat. Mata merah dengan pandangan tajam melambangkan selalu waspada terhadap ancaman dalam berjuang. Moncong putih melambangkan dapat dipercaya dan berkomitmen dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Lingkaran melambangkan tekad yang bulat dan perjuangan yang terus menerus tanpa terputus.
9.     Kongres II PDI-P
         Pada 28 Maret 2005, Kongres II PDI-P dibuka di Sanur, Bali, di tengah aksi sekelompok kader yang meminta reformasi di dalam tubuh PDI-P dan terkumpul dalam ‘Gerakan Pembaruan PDI-P’. Kongres ditutup pada 31 Maret, dua hari lebih cepat dari yang direncanakan, dengan terpilihnya kembali Megawati Soekarnoputri secara aklamasi oleh sekitar 1.000 utusan PDI Perjuangan dari seluruh Indonesia sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan periode 2005-2010 beserta sejumlah pengurus lainnya. Sadar akan tuntutan proses regenerasi kepemimpinan dalam tubuh Partai, Megawati menunjuk Pramono Anung Wibowo, seorang politisi muda, sebagai Sekretaris Jenderal. Sedangkan Guruh Sukarnoputra, adik Megawati, yang sebelumnya ikut dalam bursa calon Ketua Umum, terpilih sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
10.  Tonggak-tonggak Muda PDI-P
         Megawati adalah sosok penting dalam PDI-P. Keadaan seperti inilah yang memperlihatkan Megawati dan PDI-P dalam suatu lingkaran penokohan yang kuat, seakan tanpa adanya regenerasi. Namun hal itu ternyata dapat dipatahkan ketika PDI-P sekarang memiliki kader-kader kuat seperti Puan Maharani, Rieke Diah Pitaloka, dan Jokowi. Dengan kata lain, mereka pula lah yang menjadi tonggak muda PDI-P yang berperan penting untuk keberlangsungan partai ini nantinya.
1.     Puan Maharani, menjabat sebagai Ketua Bidang Politik dan dan Hubungan Antar Lembaga PDI-P. Dalam ranah pemerintahan, ia juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI-P di DPR RI untuk periode 2009-2014, serta masuk dalam Komisi VI dengan tugas pengawasan BUMN, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah. Beberapa bulan yang lalu, ia pindah ke Komisi I yang membawahi Pertahanan, Intelijen, Luar Negeri, serta Komunikasi dan Informatika
2.     Rieke Diah Pitaloka, mengawali karir politiknya justru bukan di PDI-P, melainkan di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sekarang ia menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 dalam Komisi IX, membawahi bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, ia juga turut bergabung menjadi bagian Panitia Khusus RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sebagai persiapan penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
3.     Jokowi, mantan Walikota Solo ini dapat dikatakan sebagai salah satu aset kebanggaan yang dimiliki oleh PDI-P. Hal ini terlihat dari sikap berpolitik Jokowi yang terkesan dekat dengan rakyat. Hal inilah yang mengantarkannya memenangkan kursi Gubernur DKI Jakarta pada PilGub DKI Jakarta tahun 2012 lalu, dengan mengalahkan incumbent, Fauzi Bowo.
         Dengan kemunculan nama-nama di atas menandakan pula adanya regenerasi yang telah berjalan dalam tubuh PDI-P. DimungkinKan partai ini akan terus bertahan dengan ideologi kerakyatannya. Tentunya di samping adanya basis massa tersendiri di akar rumput yang telah dimiliki PDI-P, regenerasi yang baik juga menjadi faktor penting dalam usaha membesarkan partai ke depannya.
11.  Pencapaian pada Pemilu Anggota DPR 2009
         PDI-P mendapat 95 kursi (16,96%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat 14.600.091 suara (14,0%). Dengan hasil ini, PDI-P menempati posisi ketiga dalam perolehan suara serta kursi di DPR.


12.  Susunan Pengurus
         Berikut merupakan daftar susunan pengurus PDI-P untuk masa kerja 2010 – 2015 berdasarkan Kongres III PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, April 2010.
Ketua Umum                                                               : Megawati Soekarnoputri
Ketua Dewan Pimpinan Pusat:
1.      Bidang Kehormatan Partai                                          : Sidharto D
2.      Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga Negara: Puan Maharani
3.      Bidang Keanggotan Kaderisasi dan Rekrutmen         : Idham Samawi
4.      Bidang Organisasi                                                       : Djarot S. Hidayat
5.      Bidang Bidang Informasi dan Komunikasi                  : Rano Karno
6.      Bidang Sumber Daya dan Dana                                 : Effendi Simbolon
7.      Bidang Pertanian Perikanan dan Kelautan                 : Mindo Sianipar
8.      Bidang Kesehatan dan Tenaga Kerja                         : Ribka Tjiptaning
9.      Bidang Pendidikan Keagamaan, dan Kebudayaan     : Hamka Haq
10.   Bidang Industri Perdagangan                                      : Nusyirwan Sujono
11.   Bidang Perempuan dan Anak                                     : Wiryanti Sukamdani
12.   Bidang Pemuda dan Olahraga                                    : Maruarar Sirait
13.   Bidang Infrastruktur dan Perumahan                          : I Made Urip
14.   Bidang Energi &Pertambangan dan LH                      : Bambang Mulyanto
15.   Bidang Kehutanan dan Perkebunan                           : Muhammad Prakosa
16.   Bidang Keuangan dan Perbankan                              : Emir Moeis
17.   Bidang Hukum HAM dan Perundang-undangan         : Trimedya Panjaitan
18.   Bidang HANKAM & Hubungan Internasional              : Andreas Pareira
19.   Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah               : Komaruddin W
Sekretaris Jenderal                                                                 : Tjahjo Kumolo
1.     Wakil Bidang Internal                                                  : Eriko Sotarduga
2.     Wakil Bidang Program                                                : Ahmad Basarah
3.     Wakil Bidang Kesekretariatan                         : Hasto Kristianto
Bendahara
1.     Umum                                                                         : Olly Dondokambey
2.     Wakil Bidang internal                                                  : Rudianto Tjen
3.     Wakil Bidang Program                                                : Juliari P. Batubara

13.  Tema dan Tagline Kampanye PDI-P 2014
         Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Boy Bernadi Sadikin mengungkapkan tagline yang diusung PDI-P dalam pemilihan umum 2014 yakni ‘Indonesia hebat’ merupakan suatu semangat untuk mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki Indonesia. Kehebatan Indonesia sangatlah banyak dan kehebatan inilah yang melahirkan bangsa Indonesia dan membuat Indonesia sanggup bertahan terhadap gempuran negara-negara adidaya pada masa revolusi 1945 – 1949. Menurut Ali Sadikin, kehebatan tersebut tidak dioptimalkan pada waktu mengelola negara merdeka, sejak tun 1949 hingga 2014 kehebatan inilah yang digunakan optimal jika Garuda Indonesia ingin terbang dengan gagah mengarungi pasar tunggal ASEAN 2015, pasar global 2020 serta menjadi negara yang mandiri, adil dan makmur di tahun 2030. Untuk memenuhi takdir Indonesia sebagai Jamrud Khatulistiwa yang bersinar di antara bangsa-bangsa di dunia. Menurut ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, masyarakat Indonesia tidak hilang kehebatannya dari sejak terbentuknya Indonesia.
1.     Masyarakat Indonesia yang hebat mendukung para pejuang dan founding father dalam melahirkan negara Indonesia. Masyarakat Indonesia yang hebat bermanunggal dengan TNI selama masa revolusi melawan para negara adidaya
2.     Masyarakat yang hebat menjaga agar perubahan rezim bisa dilakukan secara konstitutional pada tahun 1999.
3.     Masyarakat Indonesia yang hebat menghukum para pemimpin reformasi yang melenceng atau tidak mampu menjalankan amanah melalui sarana pemiu sejak tahun 1999, 2004, dan 2009.
4.     Masyarakat Indonesia yang hebat mendambakan lahirnya pemimpin yang hebat pula pada tahun 2014.
14.  Analisis POAC
1.     Fungsi Perencanaan (Planing)
Adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Adapun kegiatan dalam fungsi perencanaan antara lain; menetapkan pasar sasaran, merumuskan strategi untuk merumuskan pasar sasaran, menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan, menetapkan standar atau indokator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan pasar. Strategi dan taktik dalam fungsi perencanaan dapat ditentukan dengan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
2.     Fungsi Pengorganisasian
Adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Kegiatan fungsi pengorganisasian antara lain:
a.     Mengalokasikan sumber daya atau sarana
b.     Merumuskan dan menetapkan tugas
c.      Adanya struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan memiliki tanggung jawab
d.     Kegiatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat atau yang dinilai mampu dan layak memiliki pengetahuan yang cukup dibidangnya.
3.     Fungsi Pengarahan Implementasi (Actuating)
Adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
4.     Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
Adalah proses yang dilakukan untuk memastika seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
15.  Bentuk-bentuk Kampanye PDI-P
1.     Aksi Galang Dana untuk Satinah
         Ribuan kader dan simpatisan PDI-P memenuhi kampanye terbuka putaran terakhir di Lapangan Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Sabtu 5 April 2014. Kampanye terakhir partai berlambang banteng ini diwarnai dengan aksi pengumpulan uang sumbangan untuk TKI di Arab Saudi, Satinah yang terancam bakal dipancung karena kasus pembunuhan. Ganjar dalam kapasitasnya sebagai Gubernur sebelumnya telah melakukan upaya ekstra untuk menggagas gerakan penggalangan dana untuk membayar uang diyat yang disyaratkan oleh Pemerintah Arab Saudi demi bebasnya Satinah. Penggalangan dana yang terjadi di tengah arena kampanye ini masih dilakukan, padahal telah tersiar kabar bahwa Pemerintah Indonesia telah membayar semua tuntatan diat yang diwajibkan bagi Satinah sebesar 7 juta riyal atau sekitar Rp 21 miliar.
2.     Aksi Sweeping Pelajar
         Kampanye putaran terakhir PDIP di Klaten, Jawa Tengah, di Stadion Trikoyo diwarnai aksi sweeping para pelajar yang dilakukan oleh Panitia Pengawas Pemilu, Sabtu (5/4/2014). Hasilnya hampir semua pelajar yang hadir adalah kelas sembilan atau kelas satu Sekolah Menengah Atas (SMA). Berumur sekira 15-16 tahun dan tentunya belum memiliki hak suara sebagai pemilih. Kehadiran ribuan pelajar dalam ajang kampanye di Stadion Trikoyo Klaten diduga disengaja dimobilisasi. Mereka diperintah oleh Bupati Klaten Soenarno untuk mengikuti kampanye terakhir PDIP yang menghadirkan Megawati Soekarnoputri sebagai jurkamnas. Selain para pelajar, hadir juga para guru yang mendampingi para pelajar tersebut, juga merupakan pegawai negeri sipil (PNS). Terdapat juga sejumlah kepala desa dan camat dari wilayah Klaten. Hal tersebut terbukti dari temuan kartu identitas penduduk yang ditunjukkan, tercatat sebagai PNS guru aktif.  Namun kampanye ini dianggap telah melanggar pemilu dan akan diproses lebih lanjut terkait keterlibatan siswa di bawah umur dan PNS dalam kampanye.
3.     Gratis Pijat dan Bonus Jamu
         Masa kampanye terbuka Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Yogyakarta diwarnai dengan aksi praktek pijat tradisional dan minum jamu gendong di Pasar Talok, Gondokusuman, Yogyakarta, Sabtu, 22 Maret 2014. Dalam kegiatan itu, PDIP mengerahkan sekitar 50 tukang pijat dan bakul jamu di wilayah setempat untuk memberi pelayanan secara cuma-cuma kepada para warga yang melintas. Kegiatan itu mendapatkan antusiasme dengan banyaknya warga yang mengantre dipijat gratis dan mendapatkan segelas jamu sesuai selera.
         Koordinator aksi yang juga kader PDIP Kota Yogyakarta, Eko Suwanto, mengatakan kegiatan kampanye dengan cara tersebut dilakukan guna mengusung program ekonomi kerakyatan yang selama ini telah menjadi jargon partai banteng bermoncong putih itu, sekaligus memfasilitasi tukang pijat dan bakul jamu gendong mau merintis terbentuknya koperasi khusus yang belum mereka miliki. Jika PDIP menjadi pemenang pada pemilu legislatif di Kota Yogyakarta, Eko berjanji akan terus mengawal proses pemberdayaan bagi komunitas tukang pijat dan jamu gendong melalui lembaga khusus. "Ada sekitar 500 tukang pijat tradisional dan seribu bakul jamu di Yogya saat ini yang masih bekerja tanpa perlindungan dan jaminan," kata anggota Komisi A DPRD Yogyakarta itu.
16.  Kesimpulan
         Setelah sempat menurun elektabilitas partai yang dibentuk dari penggabungan lima papol ini, kini PDI-P kembali naik dan mengungguli partai-partai lain di bawahnya. Dengan mandat dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yaitu menjadikan sosok Joko Widodo (Jokowi) sebagai Calon Presiden yang sebelumnya sempat dielu-elukan masyarakat karena kepemimpinannya sebagai Gubernur Jakarta kini PDI-P kembali naik pamornya serta dianggap dapat memberikan harapan akan bangkitnya kembali partai bermoncong putih ini.
         Dengan mengusung tema kampanye 2014 ‘Indonesia Hebat’ dan melakukan berbagai aksi kegiatan kampanye peduli wong cilik PDI-P saat ini berhasil mendapat dukungan dari masyarakat bahkan dengan elektalibilas dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan sebelumnya (sebelum PDIP mencalonkan Joko Widodo sebagai Presiden).
DAFTAR PUSTAKA


http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/03/31/boy-sadikin-paparkan-arti-tagline-pdip-indonesia-hebat
http://regional.kompas.com/read/2014/04/05/2141152/Kampanye.PDIP.Diwarnai.Aksi.Galang.Dana.untuk.Satinah

http://pemilu.sindonews.com/read/2014/04/05/113/850983/kampanye-pdip-di-klaten-diwarnai-aksi-sweeping-pelajar

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/03/22/269564484/Kampanye-PDIPi-Gratis-Pijat-dan-Bonus-Jamu

http://politik.kompasiana.com/2013/01/10/empat-puluh-tahun-perjuangan-pdi-p-524152.html#

http://www.ceritamu.com/info/politik/partai-demokrasi-indonesia-perjuangan-pdip#simple2

www.wikipedia.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan baca dan share