Home About
JIKA ADA YANG DITANYAKAN ATAU DATA YANG KALIAN BUTUHKAN, SILAHKAN BERKOMENTAR PADA MATERI TERSEBUT...TERIMAKASIH

Friday, 2 August 2013

SUDUT PANDANG KAITAN LOGIKA DENGAN ILMU KOMUNIKASI



Makalah ini disampaikan pada mata kuliah:
MATEMATIKA 1
Fakultas Ilmu Komunikasi
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jl. Akses UI Kelapa Dua, Depok
TUGAS AKHIR SEMESTER MAHASISWA:
Makalah Keterkaitan  Logika dengan Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS GUNADARMA

Sebuah Susunan Makalah dari Sudut Keterkaitan Ilmu Pengetahuan
Disusun oleh:
Studi Pengumpulan Data
Diserahkan kepada:
Dr. Elfitrin

ABSTRAK
Makalah ini berisi tentang sudut pandang keterkaitan antara logika dengan ilmu komunikasi, di mana logika sendiri mengacu kepada kemampuan rasional seseorang untuk mengetahui kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam  pikiran, komunikasi dan tindakan.
Makalah ini menyajikan sejarah kedua cabang ilmu tersebut, pengertian, perspektif dasar serta uraian-uraian mengenai logika yang berkaitan dalam tindakan sehari-hari khususnya pada kegiatan komunikasi yang berlangsung dalam lingkup kecil maupun luas. Makalah ini juga memasukkan beberapa hal yang berkaitan dengan ilmu filsafat, yaitu sebuah bidang ilmu yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan lain di antaranya ilmu logika dan ilmu komunikasi yang merupakan cabang ilmu dari filsafat itu sendiri.
Kami tertarik dengan hipotesis interaksi sosial yang mana besar atau tidaknya pengaruh pengaplikasian ilmu logika tersebut di dalam masyarakat terutama pada proses  komunikasi. Metode pengumpulan data yang digunakan  adalah dengan  sedikit pengamatan, studi pustaka dan penelitian arsip.
Akhirnya makalah ini lebih merupakan sebuah pemikiran agar logika dalam praktik berkomunikasi mampu menjawab tantangan zaman karena masyarakat yang senantiasa berubah.


SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH
Kami membagi beberapa bagian penting dari makalah ini. Bagian pertama adalah bagian pendahuluan yang ingin memperlihatkan bahwa ilmu komunikasi merupakan ilmu yang multidisipliner dan dengan situasi semacam itulah ilmu dan teori komunikasi masih berkembang sampai sekarang. Bagian kedua adalah terdiri dari dua sub bagian. Sub bagian pertama adalah bagian yang memperlihatkan pengaruh timba balik antara matematika dengan komunikasi sebagai disiplin ilmu pengetahuan. Sub bab bagian kedua adalah bagian yang memperlihatkan pengaruh timbal balik tersebut terhadap dua kajian komunikasi, yaitu pemaknaan dan interaksi dalam komunikasi. Sub bagian ketiga adalah eksposisi sejauh mana implikasi teoritis hubungan mulitiperspektif tersebut dalam perkembangan teori komunikasi.

BAB I
PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang

       Ketika ilmu komunikasi berangkat dari sekian banyak ilmu pengetahuan maka tidak mengherankan bahwa ilmu komunikasi dipahami sebagai ilmu yang multiperspektif. Bidang multiperspektif dalam ilmu komunikasi disebabkan bahwa gejala komunikasi merupakan fenomena pokok dalam kehidupan manusia. Sejarah komunikasi sendiri sudah berkembang jauh sebelum ilmu tentang komunikasi itu sendiri berkembang. Ketika komunikasi berada dalam khasanah ilmu pengetahuan, maka ilmu komunikasi yang dikenal sampai sekarang adalah disiplin ilmu yang berumur relatif lebih muda jika dibandingkan dengan sosiologi, biologi, astronimi, fisika bahkan filsafat.
       Dalam perkembangan ilmu komunikasi terdapat tiga bidang ilmu yang memberikan kontribusi  konkret terhadap perkembangan ilmu komunikasi. Ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu politik, ilmu sosial dalam hal ini adalah sosiologi, dan psikologi. Ilmu politik memberikan ruang pertama pada pembahasan propaganda politik berikut pengaruhnya kepada masyarakat. Sosiologi memberikan tempat dimana komunikasi tidak bisa melepaskan diri dari masalah interaksi antara manusia. Psikologi memberikan kajian pelengkap mengenai masalah komunikasi yang berkaitan dengan prilaku psikologis seorang manusia (individu) maupun tindakan masyarakat.
       Walaupun demikian bantuan atau kontribusi ilmu selain yang di atas juga tidak bisa dipungkiri seperti ilmu matematika (yang persis juga dipakai oleh Shannon dalam menjelaskan persoalan mendasar komunikasi), linguistik (yang turut membantu komunikasi dalam mempelajari karakteristik pesan dalam sebuah bahasa), biologi(yang turut membentuk komunikasi yang dipahami sebagai sebuah sistem jaringan yang saling terhubung satu sama lain). Berdasarkan pernyataan di atas kami berfokus pada penyelidikan kaitan atau visi perspektif dari salah satu bidang ilmu komunikasi, yaitu matematika dengan ilmu komunikasi itu sendiri.

BAGIAN II
MATEMATIKA – ILMU KOMUNIKASI : Lintasan Hubungan
a       A. Definisi dan perspektif dasar
Pada bagian ini akan membahas hubungan antara matematika dengan ilmun komunikasi. Yang perlu dipahami dalam bagian ini adalah salah satu atau bagian kecil dari sekian banyak perspektif  dari ilmu pengetahuan dalam pembahasan tentang komunikasi. Tapi sebelum masuk pada hubungan timbal balik antara kedua cabang ilmu pengetahuan tersebut maka kami ingin meletakkan beberapa hal pokok dari kedua ilmu tersebut dalam beberapa hal diskusi, yaitu definisi, perspektif dasar, dan konsep pokok.
Pertama Matematika adalah disiplin ilmu tertua yang telah dikembangkan oleh manusia (Borchert, 2006:20-21). Matematika adalah ilmu yang mempelajari bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan yang dugunakan dalam menyelesaikan atau mendapatkan akurasi pemahaman masalah atau relitas. Matematika bisa dilihat sebagai proses dan menyediakan perangkat untuk mengukur presisi gejala. Perspektif utama matematika adalah bahwa pengukuran yang tepat – seakurat mungkin atas seluruh gejala atau untuk keperluan yang beragam. Dalam perspektif ini, tujuan matematika adalah untuk mndapatkan definisi yang persis dan akurat. Konsep pokok, dengan demikian, dalam matematika adalah pengukuran, akurasi-presisi, randomness.
Kedua, komunikasi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mulai tumbuh sehabis perang dunia I sampai perang dunia II. Penelitian ilmu komunikasi semakin meningkat pada perang dunia II melalui antar orang lalin Office of War Information Amerika Serikat (Dahlan, 2003). Definisi komunikasi sendiri sangat banyak bahkan Dance dan Larson (dalam miller, 2005:3) pernah menyatakan  terdapat 126 definisi komunikasi. Kami ingin mengangkat beberapa definisi. Komunikasi adalah beberapa keseluruhan prosedur yang mana prosedur tersebut membuat pesan tertentu mempengaruhi yang lain (Weaver, 1949:3). Carl Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seorang individu menstransmisikan stimuli untuk memodifikasi atau mengubah prilaku individu lainnya (Hovland, 1953). Grebner (dalam Miller, 2005: 4) menyatakan bahwa komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan. Maka, penulis menyatakan bahwa komunikasi tidak mempunyai definisi tunggal. Komunikasi lebih merupakan proses penyampaian pesan melalui simbol-tanda yang dilakukan secara transaksional antara penyampai pesan dengan para penerima pesan dengan tujuan tertentu (disediakan dengan kepentingan komunikator atau komunikasi). Karena definisi yang begitu banyak maka tidak mengherankan apabila dalam konseptualisasi komunikasi terdapat (point of confergence) dan (point of difergence). (Miller, 2005:5-11).
Definisi umum (point of confergence) dari komunikasi terdiri dari definisi komunikasi sebagai proses, komunikasi sebagai sesuatu yang transaksional dan komunikasi sebagai sesuatu yang simbolik. Komunikasi sebagai proses adalah pemahaman bahwa titik utama yang menjadi perhatian sekian banyak definisi komunikasi terletak pada proses. Komunikasi sebagai proses menyiratkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang berkelanjutan, kompleks dan tidak arbitrer (mana suka). Komunikasi sebagai sesuatu yang transaksional berarti bahwa komuikasi tidak hanya sekedar prossesual dan interaksional melainkan terjadinya intensifikasi hubungan timbal balik antara komunikator, komunikan, pesan, efek dan sebagainya. Komunikasi merupakan sesuatu yang simbolik meyiratkan bahwa ketika komunikasi berproses melalui sesuatu yang simbolik meyiratkan bahwa ketika komunikasi berproses melalui sesuatu yang transaksional maka hak esensial yang dibutuhkan adalah pemaknaan yang berangkat dari simbol-simbol yang dipakai dalam tindakan komunikasi tersebut.
Berbeda dengan sudut pandang dalam konteks definisi umum point of deifergence lebih melihat pusaran definisi tersebar dalam beberapa karakteristik. Point pertama adalah point komunikasi sebagai aktivitas sosial. Point kedua adalah komunikasi berhubungan dengan tindakan komunikatif dan intensionalitas.
B. Hubungan Matematika dengan Ilmu Komunikasi
Perspektif dasar matematika adalah sebagai proses atau setidaknya melalui pengukuran sedemikian rupa mendapatkan hasil yang benar, akurat dan presisi dalam melihat realitas. Perspektif tersebut memandang titik tolak realitas dalam usaha mengurangi ketidakpastian-ketidakpastian yang melingkupi realitas-realitas itu sendiri. Matematika memahami realitas sebagai sesuatu yang harus bisa dipastikan presisi dan akurasinya (sekaligus menyederhanakan konsep yang mendasari sejumlah besar kompleksitas) karena realitas mempunyai asumsi keidakpastian.
Matematika memberikan dasar-dasar penalaran yang benar (logika) yang diperlukan untuk menyusu argumen-argumen yang mempunyai tingkat kejelasan dan akurasi yang bisa dipertanggung jawabkan. Hubungan perspektif matematika dengan komunikasi dapat dinyatakan sebagai berikut: bahwa perspektif matematika memberikan pengukuran yang akurat pada proses komunikasi yang dilakukan sehingga tindakan komunikasi bisa dilakukan dengan maksimal. Sebaliknya, komunikasi memberikan pendasaran simbolikdan pemaknaan yang bisa digunaan untuk menyedrhanakan, mengkomunikasikan sejumlah besar konsep informasi matematika diberikan oleh seorang kepada yang lain untuk mendapatkan bacaan, maka pada saat itu edang terjadi transformasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Respon yang diberi komunikan merupanan interpretasi komunikan tentang informasi tadi.
Dalam matematika, kualitas interpretasi dari respon itu sering kali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu kemampuan matematika dalam komunikasi menjadi salah satu tuntutan khusus. Kemampuan matematika dalam berkomunikasi merupakan kemampuan yang dapat meyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk melatih penalaran, logika dan ketepatan dalam berkomunikasi. Menggunakan keahlian membaca, menulis dan menelaah untuk menginterpretasikan dan mengavakuasi ide-ide, simbol, istilah serta informasi, merespon suatu pernyataan yang meyakinkan. Secara umum matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan atau kemampuan menulis, membaca, discussing, assessing dan wacana.
C. Implikasi Relasi Perspektif – Matematika dengan Ilmu Komunikasi
Dengan konteks di atas maka terdapat relasi langsung dan tidak langsung antara perspektif matematika dengan ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu. Di satu sisi perspektif matematika sangat fokus pada soal proses pemahaman terhadap realitas secara keseluruhan meskipun dengan cara dan metode berbeda. Tapi yang jelas adalah bahwa perspektif tersebut menekankan pada sebuah proses. Dalam konteks ini ketika sebuah komunikasi dilihat dalam sebuah proses merupakan kepastian. Penekanan definisi proses sebagai sesuatu yang kompleks dan berkelanjuta juga merupakan perspektif matematika. Ini menandakan bahwa interaksi pun juga tidak sederhana. Sifat holistik juga terdapat dalam komunikasi.
Tindak komunikasi tidak hanya dipahami sebagai pecahan-pecahan dari pengalaman, tapi pengalaman secara menyeluruh. Komunikasi sederhana yang berangkat dari interaksi yang sederhana juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang kompleks.
Dengan demikkian model matematika Shannon atau model Berlo (model SMCR)  tidak bisa dipahami hanya sebagai sesuatu yang bersifat linear dan simplistik melainkan harus dilihat secara utuh. Persamaan matematika Shannon dan model Berlo SMCR memuat persamaan yang memperlihatkan proses komunikasi yang utuh.
Apakah memang perspektif matematika hanya berhenti pada masalah prosesual komuniatif? Perspektif matematika yang menekankan kejernihan dan akurasi mengandaikan unsur transaksional. Matematika menekankan hubungan dan intensifikasi timbal balik antara subjek dan objek. Demikian juga halnya ilmu komunikasi. Komunikasi sebagai transaksi, pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengolah pihak-pihak yang berkomunikasi diangap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan.
Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. 
      Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson/; Komunikasi adalah proses memahami dari berbagai makna. 
    William I. Gardon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.
     Donal Byker dan Loren J. Anderson : Komunikasi adalah berbagai informasi antara dua orang atau lebih.
Dalam konteks selanjutnya, komunkasi dalam definisi transaksional merujuk pada masalah kontekstualitas dalam proses komunikasi. Matematika dalam mencari dan berproses melakukan estimasi, penyederhanaan kompleksitas realitas tetap memperhitungkan konseptualitas supaya persamaan yang dibuat juga tetap bisa disesuaikan dengan faktor atau variabel yang mempengaruhinya.
Perspektif matematika berpengaruh pada masalah definisi umum komunikasi sebagai sesuatu yang bersifat simbolik. Perspektif matematika menyiratkan adanya simbol atau tanda ynag berhubungan dengan proses pemaknaan dalam sebuah prses komunikasi. Dalam konteks perspektif matematika, penggunaan simbol dalam proses pengkomunikasian realitas dengan tujuan mencari penyederhanan konsep yang mempunyai tingkat abstraksi yang tinggi serta mencari pemahaman yang lebih presisi merupakan pengandaian yang tidak bisa dihindarkan. Simbol adalah sesuatu yang secara sengaja digunakan untuk menunjukkan sebuah realitas lainnya. Benda ynag ditunjuk oleh simbol itu adalah apa yang dimaksudkan oleh kelompok sosial tertentu. Ciri utama simbol, menurut Hoebel (1966 : 29) adalah kepadatan, Hoebel menyatakan bahwa dalam suatu bentuk atau lainnya, simbol itu selalu bersifat terbuka, ia harus terlihat, terdengar dirasakan atau dibaui. Simbol-simboli itu memadatkan abstraksi ke dalam objek yang terbatas. Simbol-simbol inilah yang dimaknai oleh para pelaku proses komunikasi, menjadi media pesan dan sebagainya. Ketika simbol berhubungan dengan proses pemaknaan maka simbol selalu bersifat kontekstual,
Dalam perspektif matematika dan komunikasi, simbol digunakan dalam menyampaikan pesan sedemikian perlu diukur untuk mendapatkan proses komunikasi yang maksimal.
Definisi khusus tentang komunikasi berdasarkan perspektif matematis lebih dititikberatkan pada masalah sejauhmana pemahaman mendalam ukuran akurasi informasi membentuk komunikasi sebagai aktivitas sosial dan berdimensi intensional. Relasi sosial tentunya akan dipengaruhi sejauhmana seseorang mampu mereduksi ketidakpastian kepada yang lain sehingga membentuk relasi yang pada akhirnya berpengaruh pada masalah bagaimana cara berkomunikasi dengan yang lain. Tentunya relasi sosial yang mengandaikan tindakan komunikasi yang tepat merujuk bahwa komunikasi selalu bersifat intensional (sadar dan terarah). Sebaliknya, ketika proses komunikasi dilakukan seca tepat, akurat dan jelas maka akan mempengaruhi sejauh mana seseorang secara tepat, akurat dan jelas menentukan sikap sosial (Miller, 2005:7). Demikan juga halnya, pemahaman yang mendalam atas sebuah realitas akan menentukan bagaimana proses produksi pesan dan pemaknaan pesan bisa dilakukan secara optimal (Miller, 2005:7). Sebaliknya pesan optimal yang jelas akan mentukan pemahaman mendalam atas realitas.
D. Imlikasi Telaah Komparasi Pada Domain Konseptual Ilmu Komunikasi
Pada bagian sebelumnya, kita bisa melihat pemaparan komparasi antara matematika dan komunikasi. Telah dipahami bersama bahwa perspektif matematika dapat dilihat pada proses pemahaman atas realitas (dalam hal ini proses komunikasi berikut gejala-gejalanya), yaitu bahwa perspektif tersebut berusaha melihat proses pemahaman secara menyeluruh sehingga sebuah realitas dapat diambil maknanya.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalahini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatanberikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.


No comments:

Post a Comment

Silahkan baca dan share